Sijin berjalan kearah nakas di kamar Eunjung mencari lilin dengan posisi Eunjung yang masih menempel pada tubuhnya. Wanita itu benar-benar tidak memberikan ruang gerak untuk Sijin. Dengan susah payah Sijin menyalakan lilin dengan satu tangannya. Beruntungnya wanita itu sudah berhenti menangis. Sijin mendudukan dirinya dan Eunjung di atas kasur. Kemudian Sijin mengangkat dagu Eunjung agar wanita itu menatapnya.
"Kau takut gelap?" Sijin mengusap pipi Eunjung yang masih berair. Sedangkan Eunjung hanya mengangguk.
"Tidak perlu takut, ada aku"
"Tapi kau tidak akan selalu ada disisi ku" Sijin tersenyum pahit, apa yang dikatakan Eunjung memang benar.
Dengan hati-hati Sijin memindahkan kepala Eunjung untuk berbaring diatas bantal. Dia pun ikut tidur di sampingnya. Hal itu karena Eunjung yang tidak mau melepaskan pelukannya. Tanpa butuh waktu lama Eunjung sudah terlelap dalam tidurnya.
"Apa yang membuatmu menjadi pemurung seperti ini, Eunjung-a?" Sijin mengusap lembut kepala Eunjung. Walaupun Sijin baru bertemu dengan Eunjung, perasaannya mengatakan kalau sebenarnya wanita itu tipe periang dan penuh kehangatan. Pasti ada alasan kenapa dirinya seperti saat ini.
🌱🌱🌱Sinar matahari menerpa wajah Eunjung karena dia lupa untuk menutup tirai jendela kamar. Kepalanya sedikit pusing akibat menangis semalaman. Sekali, dua kali, Eunjung mengerjapkan matanya. Mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Dan betapa terkejutnya saat dia menemukan Sijin yang tertidur di atas kasurnya. Hampir saja dia berteriak kalau saja dia tidak segera menutup rapat mulutnya. Melihat wajah polos nan tampan pria itu membuat Eunjung terus mengutuki perbuatannya semalam. Dia mengingat betul semua kejadian yang telah dia perbuat.
"Gila, aku memang sudah gila" gumam Eunjung pada dirinya sendiri.
Secara perlahan Eunjung turun dari kasur, pergerakan sedikit yang Eunjung lakukan membuat Sijin pun ikut bergerak. Tapi untung tidak sampai membangunkan pria tersebut.
Eunjung masuk kedalam kamar mandi membasuh wajahnya dengan cepat. Lalu semenit kemudian kembali melihat keadaan kamar. Sijin masih tertidur lelap. Aman batinnya. Eunjung segera membereskan barangnya dengan hati-hati sehingga tidak menimbulkan suara bising. Eunjung mengangkat kopernya keluar kamar dan berjalan layaknya pencuri yang sedang mengendap-endap.
"Kau mau kabur?" Eunjung menghentikan langkahnya. Padahal baru tiga langkah dia meninggalkan kamarnya. Mau tidak mau Eunjung membalikkan badan. Sijin ternyata sudah berdiri di ambang pintu sambil menyilangkan kedua tangan.
"Kau sudah bangun?" tanya Eunjung basa-basi.
"Kau harus menghilangkan kebiasaanmu kabur dari orang yang berniat menolongmu" ucap Sijin sambil sesekali menguap.
"Sejak kapan kau bangun?"
"Saat aku mendengar suara keran"
"Sial" Eunjung memaki dirinya lagi
Eunjung menegapkan badan sambil mengedarkan pandangannya kesekeliling koridor mencari celah untuk berlari. Satu dua tiga, Eunjung menghitung dalam hati dan bersiap mengambil langkah besar untuk berlari. Tapi sayang gerakannya kalah gesit dengan Sijin. Pria itu berhasil mengambil koper dari tangan Eunjung dan membawanya masuk kedalam kamar. Kemudian mengunci kamar miliknya. Eunjung hanya bisa mengetuk pintu itu berharap barangnya dikembalikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Documentary [END]
RomantikEunjung, wanita malang itu berdiri di tepi tebing menikmati kesendiriannya sampai akhirnya seorang pria dengan seragam militer berbicara dengannya. Yoo Sijin itulah nama yang Eunjung lihat di dada kanan pria tersebut.