PART DUA PULUH SEMBILAN || keputusan

693 46 0
                                    

Tasya berjalan bersama Michelle di koridor menuju ke kantin sambil mengobrol.

"Sya, lo sama vino.. lagi ada masalah ya?" Tanya Michelle ragu ragu.

"Enggak.. kenapa emangnya?"

"Udah lama gue nggak liat lo sama vino jalan bareng"

"Emang kalo baik baik aja harus jalan bareng ya?"

"Nggak gitu juga sihh.."

"Tapii,"

"Apa?"

"Nggak tau ini perasaan gue aja apa gimana, tapi gue liat liat.. mood vino kayak lagi nggak bagus mulu gitu, dia nggak pernah senyum"

"Dan kata Geral, setiap dia ngajak ngobrol tentang lo, dia selalu menghindar dan ganti topik" Lanjut Michelle.

"Hmm" Tasya tersenyum tipis sambil menundukkan kepalanya.

Michelle menghentikan langkahnya, dan mengahadap ke arah Tasya, diikuti oleh Tasya yang menghentikan langkahnya.

"Sebenarnya ada apasih?, lo cerita aja nggak papa syaa!, lo udah gue anggep seperti keluarga gue sendirii!, dan masih ada yang lo rahasiain dari gue?!" bentak Michelle dengan nada yang lumayan tinggi.

"Iyaa, maaf maaf"

Tasya membalikkan badannya lalu kembali berjalan, diikuti oleh Michelle.

"Jadi kenapa?" Tanya Michelle.

"Sebenarnya gue juga nggak tau kenapa, tapi akhir akhir ini, gue sama vino udah jarangan ngobrol."

"Gue nggak tau dia ada masalah apa. Gue ngerasa sekarang gue lebih dekat dengan Jeremy." Lanjut Tasya.

"Lo suka sama jeremy??"

Tasya hanya mengangkat kedua bahunya, dan lalu mengatur posisi duduknya, dan duduk.

Michelle memutar bola matanya." Yaudah, lo mau pesen apa?" Tanya Michelle

"Yang seger aja, lagi nggak pengen makan pokoknya."

Michelle pun berjalan pergi membeli minum untuknya dan Tasya.

Sambil menunggu, Tasya memainkan ponselnya.

Tasya menyadari seseorang menarik kursi di depannya.

Tasya langsung melihat ke arah orang tersebut. "Jerr"

"Michelle mana?" Tanya Jeremy yang sudah duduk, dan melihat Tasya.

"Lagi beli minum. Geral mana?"

"Masih ngerjain tugas."

"Owhh."

"Eh iya, vino mana?"

"Nggak tau tu anak, datang terlambat, di kelas diam aja, pas bel langsung keluar nggak tau kemana."

"Vino lagi ada masalah ya?" Tanya Tasya.

Jeremy mengangkat kedua bahunya "Gue juga nggak tau tu anak kenapa."

Michelle datang membawa mimunam miliknya, dan Tasya, lalu duduk di samping Tasya, sambil memberikan minuman Tasya.

"Jer, Geral mana?" Tanya Michelle sambil meminum minumannya.

"Masih ngerjain tugas"

"Lo nggak ngerjain tugas?" Tanya Michelle lagi.

"Gue mah rajin, ngerjain tugasnya di rumah"

"Serah lo deh" Michelle menghembuskan nafasnya pasrah.

"Iyain aja chelle, biar seneng" ucap Tasya.

"Yaudah, iya deh kalo gitu."

Arsen datang bersama Abhy, dan berjalan melewati Tasya.

Tasya melihat ke ke arah Arsen, yang juga sedang melihatnya sambil tersenyum. Tasya membalas senyuman Arsen, dengan tersenyum tipis.

Arsen dan Abhy duduk di meja yang tidak jauh dari tempat Tasya duduk.

"Ihh, pak arsen ngapain sih duduk disituu??" sambil memperbaiki poisisi duduknya.

Gue jadi salt-

"Tasya"

"Ya?" Tasya langsung melihat ke arah sumber suara tersebut. vino?

"Ikut aku yuk" Ajak Vino, lalu tersenyum.

"I-i-" Tasya perlahan melihat ke arah Arsen. Arsen mengangguk, sebagai jawaban dari maksud Tasya, "iya"

Tasya berdiri dari duduknya, dan berjalan ke arah Vino. Vino menggenggam tangan kanan Tasya, dan menuntuk langkah Tasya.

Vino membawa Tasya kelaur dari kantin, dan menuju ke parkiran, karena di parkiran tidak ada orang.

Vino menatap Tasya, "sya"

"Hm?"

"Aku ingin ngomong serius"

Tasya mengerutkan alisnya, "apa?"

Vino menarik nafasnya dalam. "Aku masih sayang sama kamu, dan aku tau kamu tau itu."

Tasya mengangguk pelan dengan ragu ragu.

"Aku udah coba untuk berhenti sayang sama kamu dengan perasaan sayang sebagai pasangan, karena aku tau jeremy juga suka sama kamu. Tapi aku nggak bisa. Aku nggak bisa berhentiin perasaan ini."

"J-jeremy?"

Vino mengangguk.

Vino memegang kedua tangan Tasya, "Sya, aku mau kita balikkan"

Tasya tersenyum tipis, "aku belum bisa nentuinnya sekarang"

Vino langsung memeluk Tasya. "Aku tunggu, sampai kapanpun."

"I-iya"

Tasya tersenyum tipis, berusaha menahan agar matanya tidak terlihat berkaca. "Maaf vin, tapi mungkin jawabannya akan tidak. karena aku udah dijodohin sama pak Arsen."

Tapi.. pelukan vino kayak beda..

_____
maaf baru up..

Perfect Teacher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang