Ayat Tujuh

39 5 0
                                    

PINTU kediaman pasangan suami istri itu terbuka, nampak Ozgur masuk ke dalam dengan kemeja yang dikenakannya ketika berangkat tadi. Wajah pria itu terlihat letih namun rautnya masih menampakkan semangat kentara.

"Qaila!"

Ozgur mencari ke seluruh penjuru ruang tamu di rumahnya, tetapi ia tidak menemukan keberadaan sang istri. Ozgur lantas melihat pesan yang dikirim Qaila tadi siang, memastikan bahwa istrinya memang sudah di rumah ketika pesan itu diterimanya.

Dengan langkah pasti, Ozgur segera masuk ke dalam kamar, napasnya yang semula tertahan mulai terlepas rileks ketika mendapati tubuh istrinya berada di atas ranjang sedang tertidur.

Pada akhirnya, Ozgur melanjutkan langkah untuk membersihkan diri, mengganti pakaiannya dengan setelan kaos hitam dan celana mambo berwarna senada. Lalu ia mencuci muka dan menggosok gigi, lantas bergabung bersama istrinya di ranjang.

Tangan Ozgur telaten membenarkan letak tidur Qaila, kemudian ia menyelimuti tubuh yang berukuran lebih kecil darinya. Sambil mengelus kepala Qaila dengan lembut, Ozgur tersenyum memperhatikan wajah cantik di hadapannya.

Hari pertamanya bekerja kembali juga sudah cukup mengerahkan tenaga, pelanggan membeludak seperti biasa di jam-jam makan siang dan makan malam. Ozgur memang sengaja mengambil shift penuh karena ia segan dengan rekan kerjanya. Sebab cutinya sudah diambil terlebih dahulu untuk mengurus pernikahannya dengan Qaila.

Maka sambil menyamankan posisi, Ozgur mulai memejamkan mata. Tapi kelopaknya langsung terbuka begitu sebuah tangan memeluknya sangat erat.

"Kenapa tidak membangunkanku?" Qaila bersuara serak, tatapannya sayu karena masih dikuasai kantuk.

Ozgur mengganti posisinya yang semula telentang menjadi menghadap sang istri sepenuhnya. "Kau terlihat lelah dan aku tidak tega membangunkanmu."

"Tidak apa-apa." Qaila mengelus rahang suaminya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. "Aku ada jadwal melayanimu malam ini, bukan?"

Tangan Ozgur naik, merangkul pinggang sang istri agar jarak mereka tidak terbentang lagi. "Malam ini tidak perlu."

"Ada apa?" Qaila mengerutkan kening. "Tadi pagi kau minta supaya aku di atas, bukan?"

Ozgur terkejut mendengarnya, meski merasa geli, ia penasaran, lantas tangannya menyelip masuk ke dalam piyama yang dikenakan istrinya. Tangan besar Ozgur langsung meraba payudara sang istri, seringainya langsung berkembang.

"Biar malam ini aku yang memimpin." Gemas, Ozgur meremas payudara sintal itu dengan satu gerakan cepat, istrinya sampai melenguh. "Aku suka caramu mendengarkan setiap permintaanku."

Qaila menarik tengkuk suaminya, ia berbicara dengan nada pelan tapi napasnya sengaja meniup tepat di depan bibir Ozgur. "My pleasure to let you in."

Ozgur terkekeh, ia langsung bergerak cepat, menindih tubuh istrinya yang kecil. Kedua tangan Ozgur menahan Qaila dan memenjarakannya seketat mungkin, tak membiarkan celah terlihat.

"Nakal." Ozgur menenggelamkan kepalanya di tengkuk Qaila, membaui aroma tubuh istrinya yang memabukkan, gigitannya kemudian hadir, mengikuti jilatan basah yang ia berikan di setiap titik kulit sensitif istrinya, sampai desahan Qaila mulai terdengar. "Aku tidak akan segan mengisimu sampai penuh."

Qaila menahan napas begitu bajunya dibuka paksa, gerakan Ozgur teramat cepat, seiring nafsu yang mulai menguasai pikiran pria itu. Tanpa aba-aba ia langsung memulai permainan panas mereka.

Desahannya terlepas ketika ciuman Ozgur mulai menurun. Sambil menyusu di dada kiri istrinya, tangan kanan Ozgur pun bergerak telaten, memilin dan meremas gumpalan daging lembut tersebut.

Karasevda (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang