15.

399 69 6
                                    

Tengah malam, Shandy terbangun karna tiba tiba tenggorokan nya terasa kering. Ia mencari botol minuman miliknya didalam tas, namun ternyata ia lupa mengisinya. Jadi mau tak mau, ia harus pergi kearah dapur umum untuk mengisi botol minumnya.

Suasana sekitar tenda bisa dibilang tak begitu sepi, karna masih ada beberapa teman temanya yang sedang bermain kartu atau mengobrol.

Setelah selesai mengisi botol minumnya, Shandy hendak kembali ke tenda. Namun manik nya tak sengaja menatap bayangan seseorang yang mirip dengan Zweitson. Shandy mengernyit, kemudian masuk kedalam tenda untuk memeriksa apakah ada Zweitson atau tidak. Dan ternyata tidak ada.

Shandy menghela nafas kemudian berjalan kearah Zweitson yang duduk diatas batu besar seraya menatap rembulan dan bintang yang menghiasi langit malam ini.

" oi, ngapain lo disini malem malem? ngelamun lagi! awas kesambet. " ujar Shandy sedikit mengejutkan Zweitson lalu duduk disebelah teman sang adik.

" Ka Shandy kok ada disini? bukanya tadi tidur? " tanya Zweitson.

" kebangun karna haus, ternyata botol minum gue abis, jadi ya gue dadak ngisi dulu ke dapur umum, " jelasnya dan diangguki oleh Zweitson.

" lo belum tidur? apa udah tidur terus kebangun? " tanya Shandy.

" belum tidur kak, "

" ngapa? udah malem lho son. apalagi lo duduk disini yang udah keliatan banget bahaya. lagian angin malem juga ga sehat, nanti lo masuk angin, " Kata Shandy yang malah membuat Zweitson tersenyum.

" dih, malah senyum senyum. Beneran kesambet ya lo?! " Zweitson terkekeh mendengar perkataan Shandy.

" lo ga bisa tidur mikirin apa son? mau cerita ke gue ga? " tanya Shandy.

" kok ka Shandy tau aku lagi mikirin sesuatu? "

" ya tau lah. gue juga pernah ada diposisi lo kali son. Jadi, mau cerita ga? " tanya Shandy lagi.

Zweitson menghela nafas panjang sebelum memulai ucapannya, " Ka Shandy sayang banget ya sama Fenly? " tanya Zweitson.

Shandy menyatukan kedua alisnya bingung mendengar pertanyaan Zweitson, " ga usah gue jawab juga lo tau jawabannya son. Gue udah janji sama diri gue sendiri buat jagain Fenly. Gue bakal lakuin apa pun demi Adek gue. Gue ga mau Adek gue ngerasain keras nya hidup, " ujar Shandy.

Zweitson menghela nafas gusar yang malah menarik atensi Shandy, " kenapa? kok lo tiba tiba nanya gini? "

" aku kadang iri banget sama Fenly karna dia punya abang. Palagi abangnya kayak ka Shandy yang perhatian, lucu, baik, dan lain lain. Kadang aku mikir kak, kenapa sih aku harus jadi anak tunggal? kan aku jadi ga punya temen main dirumah. aku juga pengen punya Abang. " balas Zweitson lirih diakhir kalimatnya.

" Lho? jadi selama ini lo nganggep gue cuma Abang nya Fenly doang son? " tanya Shandy pura pura terkejut.

" iya lah ka Shan. Emang aku harus nganggep ka Shan apa selain kakak nya Fenly dan temen ngelawak? "

" Gue pikir lo nganggep gue kakak lo. Parah banget lo son. Padahal gue udah nganggep lo kayak Adek gue sendiri, ck ck ck. "

" hah? "

" hah heh hah heh. Denger ya son, gue tuh sebenernya kenal lo tuh dari jaman lo sama Fenly masih SMP. tapi emang pada saat itu gue bodo amat tentang pertemanan Fenly, Yang gue perduliin ya tentang Adek gue bahagia karna punya temen kayak lo... Dari dulu sih gue sedikit tau tentang lo, itu pun karna Fenly setiap pulang sekolah selalu cerita tentang persahabatan lo berdua... "

" dan asal lo tau ya, setiap Fenly cerita tentang lo, dalem hati gue selalu bilang makasih sama lo karna udah bikin Adek gue bahagia. Gue pengen ketemu langsung sama lo, tapi ga pernah ada waktu, sampe akhirnya lo ngasih tau gue kalo maag Fenly kambuh, dan disitu gue udah nganggep lo Adek, walaupun gue sama lo baru akrab ga lama ini... "

Best Brother | SELESAI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang