01.

170 12 2
                                    






Sakral lampu dinyalakan setelah pemiliknya selesai mandi, terlihatlah ruangannya yang begitu luas dan hanya di isi oleh satu kasur berwarna hitam lalu juga putih. Warna yang simpel dan sangat di sukai olehnya. Sebelum duduk di bangku kerjanya pria yang hanya terbalut kemeja putih polos dan celana pendeknya, menghembuskan napasnya sangat kasar kalau di dengar dari kedekatan napasnya seperti orang menahan marah.

Kalau di ingat kejadian dua jam yang lalu tentu masih membuatnya sangat kesal, anak kecil itu dari mana? Bagaimana bisa dia masuk ke kantor kepolisian begitu mudahnya?

Mata tajam Yoongi mengerling begitu mengerikan saat suatu ide muncul begitu saja di kepalanya, dia pun mendudukkan diri di kursi kayu itu dengan gerakan tidak lembut. Lalu jari telunjuk dan ibu jarinya, mengelus pelan dagunya. Otaknya mulai bekerja yang tidak seharusnya. "Apa aku harus mencurigai anak itu? Karena dari mana dia mendapatkan akses keluar-masuk polisi dengan mudah? Ada urusan apa dia di kantor polisi?"

Anak kecil yang masih berusia belasan itu membuat Yoongi harus memiliki pikiran buruk tentangnya, karena seingat dia tidak ada izin spesial dari orang biasa seperti anak kecil yang baru saja menabraknya dan membuat berkasnya berhamburan begitu saja tanpa ada keperluan penting. Mengingat kembali kejadian itu membuat diri Yoongi merasa kesal, kalau bukan anak kecil sudah Yoongi habisi saat itu juga tidak peduli kalau dia orang terpandang ataupun terhormat. Karena kalau sudah salah tetap salah dan tidak bisa membawa jabatan atau hal lainnya, tapi ini anak kecil yang tidak sengaja menabraknya dan Yoongi pun tidak memaafkan kesalahannya itu karena dia pikir hal itu bukanlah suatu hal yang di besarkan.

Namun tetap membuang waktunya yang terbuang sia-sia.

Lagi dan lagi Yoongi membuang napasnya kali ini sangat kasar, saat matanya tertuju oleh berkas yang bertumpuk di depannya. Pekerjaannya masih begitu panjang, dia harus membaca sebagian berkas malam ini lalu di lanjutkan lagi esok dan lusa. Astaga pekerjaannya berat! Apa Yoongi bisa mengeluh? Tapi ini baru permulaan dan pembunuh itu masih berada di luar sana, dia takut akan terjadi pembunuhan di hari lain karena Yoongi pernah membaca waktu Murder membunuh hanya dua minggu atau satu minggu sekali.

𝘉𝘦𝘳𝘢𝘳𝘵𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘯𝘪 𝘭𝘢𝘨𝘪!

Yoongi memekik di dalam kepalanya teringat berita yang dia baca, ponsel yang berada di dekatnya dia sambar begitu cepat lalu mengirim pesan pada Jungkook. Dia ingin memberi tahu hal penting ini, karena mereka bisa membuat rencana untuk berjaga-jaga agar pembunuh itu tidak bisa bergerak.

Namun Yoongi tidak bisa berharap lebih akan ide ini, karena biasanya ide tidak semulus apa yang di pikirkan sebelumnya. Bisa saja berantakan, karena penjahat yang mereka hadapi beda dari penjahat lain.

Yoongi melupakan hal satu itu.

Jari Yoongi bergerak begitu cepat di atas layar ponselnya, tidak semua dia jelaskan secara rinci karena menurutnya lebih enak berbicara tatap mata daripada seperti ini.

"𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘒𝘢𝘬?! 𝘉𝘢𝘪𝘬, 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘯𝘪."

Tidak butuh waktu lama untuk mengetahui balasan Jungkook untuknya, Yoongi pastikan anak itu saat ini tengah membaca atau merancang suatu ide yang bagus. Mengingat bagaimana antusiasme anak muda itu membuat Yoongi menyunggingkan senyum tipis, karena menurutnya Jungkook itu adalah polisi yang kompeten tidak terlalu begitu ceroboh bahkan tidak bisa di hitung sebab sangat kecil dia berbuat salah.

Hunting Time (Yoonmin Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang