14.

50 9 1
                                    











"Ada apa Hyung?" Jimin menatap penuh penasaran pada seorang pria dewasa di hadapannya.

Tadi saat waktu jam makan siang dan tepat waktu di mana jam istirahatnya terjadi, Yoongi datang begitu mengejutkan bagi Jimin yang masih asyik memakan makanannya yang baru saja masak dari kakak kasirnya terhenti pun meninggalkan 𝘴𝘦-𝘤𝘶𝘱 ramen kesukaannya. Karena Hyungnya itu memberi tahu Jimin untuk ikut dengannya, yang membuat Jimin bingung Yoongi tidak memberi tahunya untuk acara apa pertemuan mereka berdua.

Tanpa banyak bicara Jimin mengiyakan dan di sinilah tempat mereka, di sebuah kafe kecil duduk dekat jendela dengan memesan minuman saja tanpa ada makanan. Padahal Jimin masih lapar, bahkan mie ramen sebelumnya belum dia masukan ke dalam mulut. Jimin merasa menyesal, seharusnya dia bawa saja 𝘤𝘶𝘱 ramennya saat perjalanan menuju kafe ini.

Jimin hanya bisa makan angin saja, deh.

Mau meminta untuk memesan makanan kepada hyungnya, rasanya segan hanya mengeluarkan satu kata maka dari itu dia memilih diam karena nanti Jimin akan memakan banyak saat tiba di rumahnya.

"Kamu bukan warga asli Daegu, bukan?" Tidak ada yang namanya basa-basi kalau sedang berbicara dengan seorang Min Yoongi.

Jimin agak tersentak mendengar pertanyaan yang begitu tiba-tiba dari Yoongi, tapi dia tetap mengangguk membenarkannya. "Ya, aku pindahan dari Gwangju ke Daegu."

Yoongi sudah duga sebelum mendengar jawaban dari Jimin, karena kaptennya memberi usulan untuk memeriksa berapa banyak orang yang masuk ke kota ini agar tahu siapa saja orangnya dan tujuan mereka semua. Sebab pembunuh itu orang asing yang berpindah tempat dari sarangnya, memang agak sulit mengecek satu per satu rumah dari data yang telah mereka dapatkan tanpa lelah Yoongi dan yang lainnya berpencar agar melakukan pekerjaannya dengan mudah.

Karena ada sepuluh keluarga yang berimigrasi dari banyak daerah ke Daegu, maka dari itu harus banyak bekerja hari ini bahkan Taehyung juga membantu dan meminta izin untuk mendatangkan anggotanya dari Gwangju karena Yoongi sepakat untuk bekerja sama memburu pembunuh ini.

Hal yang sangat diinginkan Taehyung akhirnya terjadi, mereka tidak lagi bermusuhan karena musuh sebenarnya adalah pembunuh itu yang sedang berkeliaran di luar.

Akibat pembunuhannya yang semakin gencar dan tidak tertebak, membuat Yoongi memiliki tekad kuat agar segera menemukannya anggotanya di perbesar dari yang hanya di kota menyusuri sampai hutan dan perbatasan Daegu. Di mana pun dia berpijak, Yoongi dan tim akan terus mencarinya sampai kapan pun walau waktu tidur mereka semua tidak beraturan.

Dan dari kesepuluh data itu ada nama Kim Namjoon bersama Kim Jimin bukan karena Yoongi mengenal Jimin, tapi karena mereka memang  pindahan dari Gwangju dan ini terlalu kebetulan.

"Warga asli Gwangju?" Lagi-lagi Yoongi memberi pertanyaan lain.

Jimin merasa terganggu menatap pria di depannya dengan pandangan tidak suka, sekaligus tatapan penuh tanya. "Kenapa ingin tahu, Pak Polisi? Anda mencurigai keluarga saya sebagai pembunuh itu, bukan?"

Tidak ada lagi panggilan Hyung di dalamnya, karena sekarang mereka berdua adalah orang asing yang baru saja kenal. Jimin tidak peduli dengan pria dewasa ini yang kenyataannya sudah menolongnya dari kematiannya, bersikap yang tidak seharusnya dia lakukan tapi Yoongi sudah keterlaluan kalau dari tujuannya hanya ingin menginterogasi dan menjadi bahan curiga pada polisi. Karena Jimin tidak suka, di saat dirinya pun tengah meragukan kakaknya tapi dia percaya kakaknya orang baik.

Mereka tidak pantas di curigai, pembunuh itu ada di suatu tempat dan itu bukan kakaknya.

Yoongi hanya diam saja di tempat saat melihat kepergian Jimin begitu saja dari hadapannya, pun tidak menahannya karena acara tanya menanya ini belum selesai. Namun Yoongi bagai benda yang tidak bergerak diam membeku dengan wajah biasa-biasa saja, karena memaksa bukan jalan keluarnya itu akan semakin memburuk keadaan sebab perkataan dari Jimin itu benar.

Hunting Time (Yoonmin Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang