23.

48 9 6
                                    













Keberadaan media di luar sana, begitu ramai yang sangat menyesakkan jalan akibat kehadiran mereka orang yang ingin memasuki area rumah sakit sedikit terhambat. Namun sudah di tangani oleh polisi yang bertugas untuk menjaga ketertiban umum, media melakukan itu karena mengetahui bahwa ketua kepolisian Song Minjoon tengah berada di rumah sakit dan mereka semua meminta jawaban atas penangkapan pembunuh berantai yang selama ini bersembunyi. Bukan karena dia butuh perawatan, tetapi menemani detektif terbaiknya yang masih terbaring lemah di kasur itu tidak peduli akan wartawan di bawah sana tengah menunggu kehadirannya.

Media sedang menggila saat ini, dan Minjoon tidak ingin mengambil resiko. Biar sedikit tenang, agar pekerjaan mereka lebih baik dan mendapatkan hasil terbaik.

Sebenarnya Yoongi juga tidak mendapatkan luka serius yang fatal, sudah di katakan sebelumnya oleh dokter saat dia sudah selesai memeriksa keseluruhan tubuh Yoongi. Namun sampai saat ini, Yoongi belum juga memberi tanda-tanda dia akan sadar.

Itu yang membuat Minjoon masih bertahan di samping Yoongi, dengan tatapan khawatir yang begitu jelas menunggunya untuk sadar kembali. Sebab sudah hampir empat jam dari kejadian masuk ke dalam kontainer itu, dan Yoongi belum juga sadar dari pingsannya.

"P-pak di mana anak saya?"

Minjoon yang masih merapalkan doa-doa kepada Tuhan, dia membuka kelopak matanya dan sudah mendapati sesosok wanita yang menggunakan dress selutut warna biru langit sudah basah akan air mata. Lalu pupil mata Minjoon bergerak ke arah Jungkook tepat di belakang ibunya Yoongi, dengan tatapan begitu sendu. Melihatnya membuat Minjoon bangkit dari duduknya, dan mempersilahkan ibu Yoongi untuk menggantikannya lagipula mungkin saat ini Yoongi merindukan sosok ibu di sampingnya.

Saat sampai di mana Jungkook berada, Minjoon memeluknya dari samping dan membuang napas panjang. "Kita doakan saja, ya. Semoga Yoongi ingat jalan pulangnya, dan juga kita."

Mendengar perkataan dari sang kapten membuat Jungkook hanya bisa mengangguk saja, tidak ada niatan untuk membuka suara karena dia tahu pasti akan serak sebab dia baru saja selesai menangis di toilet. Seperti memberi waktu berdua untuk sang ibu dan Yoongi, mereka berdua pergi keluar tentu dengan mimik yang sama sekali tidak terlihat lega atau hal yang bisa membuat napas lancar.

Air mata sudah mengalir sedari tadi lama, mendapatkan berita kalau anak sulung di bawa ke rumah sakit membuatnya menjadi lemah tidak berdaya. Selalu begini, ini yang sangat di takutinya selalu was-was kalau nanti terjadi hal buruk pada anaknya tapi memang begitu syarat awal saat Yoongi mendaftar. Jadi hal semacam ini, mau tidak mau harus di laluinya karena semua ini adalah cita-cita besar dari anaknya.

Namun tetap saja, seorang ibu tidak akan pernah bernapas lega kalau anaknya telah melakukan pekerjaan berbahaya. "Nak, Yoongi. Kamu tidak akan meninggalkan Ibu, kan? Seperti Papamu dulu?"

Nadanya bergetar, menggenggam erat tangan dingin Yoongi untuk memberinya kehangatan. Papa Yoongi sudah pergi begitu lama saat umur Yoongi sendiri belum memasuki usia sepuluh tahun, dia telah pergi. Pergi untuk selamanya, akibat kecelakaan tunggal karena dia tengah mabuk dan berkendara sendiri. Hal itu sangat membekas bagi ibunya dan juga Yoongi, karena mereka seperti kehilangan arah untuk melangsungkan hidup kedepannya bahkan akibat kematian ayahnya Yoongi berubah lebih banyak diam berbeda saat ayahnya hidup dia begitu ceria dan sering tersenyum.

Mencium beberapa kali punggung tangan Yoongi, ibunya terus memohon kepada anaknya untuk tidak meninggalkannya sendirian di dunia ini.

"Kalau kamu pergi juga seperti Papa kamu, Ibu akan ikut Nak. Sungguh Ibu akan ikut, karena untuk apalagi Ibu hidup karena seseorang yang sebagai pondasi kekuatan Ibu telah pergi." Air mata itu terus saja mengalir, ketakutan demi ketakutan berputar begitu kurang ajarnya masuk ke dalam pikirannya membuatnya semakin gelisah dan tidak tenang.

Hunting Time (Yoonmin Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang