09.

65 8 1
                                    










Mata yang sudah memberat ingin tidur tapi di paksakan untuk tetap terjaga, karena dirinya sedang menyetir mobil menuju ke rumahnya agar tubuhnya bisa di rebahkan pada kasurnya yang empuk. Yoongi baru saja pulang dari acara pencarian pelaku bernama Choi Taehyun bersama Jungkook, asal tahu saja dia baru mengantarkan anak itu pulang di rumah kosnya karena sudah tertidur lebih dulu akibat kelelahan.

Jungkook enak sudah tidur, dirinya masih harus mengemudikan mobilnya sendiri yang di mana dia sudah mati-matian menahan kantuk.

Pun sedari tadi dirinya selalu menguap lebar, karena sungguh pencarian yang mereka lakukan sama sekali tidak ada hasilnya. Kosong besar. Energi terbuang sia-sia begitu saja, dan membuat Yoongi semakin kesal kepada dirinya sendiri dia sangat gagal menjadi detektif. Titik terang dari semua kasus ini semakin jauh di depan mata, sulit sekali rasanya sudah hampir sebulan tapi belum menemukan apapun.

"Apa itu?" tanyanya kepada dirinya sendiri, saat tidak sengaja melihat seseorang menyandarkan tubuhnya di tiang listrik.

Yoongi memelankan laju mobilnya agar bisa jelas siapa seseorang itu, kepala terkunci pada satu arah dengan tatapan mata yang begitu fokus kepada orang itu. Semakin dekat kerutan di kening semakin dalam, ternyata seseorang itu adalah seorang pemuda dengan wajah bengkak penuh luka akibat pukulan. Bibir tipis Yoongi terbuka karena terkejut bahwa pemuda itu seperti korban pemukulan, dia pun segera mematikan mesin mobilnya bergerak cepat untuk turun dan mengecek keadaannya.

Begitu buruk, sampai baju seragam sekolahnya sangat kotor dan ada robekan di beberapa tempat. Mata Yoongi bergerak melihat kearah perut pemuda itu, yang masih bernapas walau sedikit putus-putus.

Kejam sekali orang yang telah melakukan hal buruk ini kepada seorang pemuda yang tidak bersalah.

Yoongi berjongkok, tapi pemuda itu seperti tahu dan berbicara dengan sangat pelan dan hampir tidak terdengar. "Tolong."

Pemuda itu memejamkan beberapa kali matanya, dengan hembusan napas yang terlihat begitu lelah. Tentu dia akan melakukan pertolongan, membawanya di mana dia bisa mendapatkan pengobatan yang terbaik.

"Keadaanmu begitu buruk, saya bawa ke rumah sakit ya."

Namun pemuda itu menggeleng dengan sangat kuat saat mendengar penuturan dari Yoongi, pun air mata ikut turun dari tempatnya berada. Dia seperti tengah ketakutan akan suatu hal, dan itu pasti penyebab dari semua ini. "Ja-jangan, ku mohon jangan."

Suara memohonnya begitu menyakitkan pelan tapi seperti banyak makna di sana, dan Yoongi menjadi tidak tega melihatnya seperti itu apalagi sekarang kondisinya sangat buruk kalau bukan di rumah sakit dia akan mendapatkan pengobatan dari mana? Itu yang Yoongi pikirkan sedari tadi, banyaknya luka berada di tubuhnya harus segera di bersihkan sebelum hal itu menjadi infeksi yang membahayakan.

Ya sudah nanti dia akan membeli obat dari resep dokter, atau dia akan memanggil dokter ke rumahnya.

Yoongi sudah memutuskan, pemuda ini akan dia bawa ke rumahnya karena dia pun tidak tahu di mana tempat tinggalnya berada."Kalau begitu saya akan membawa Anda ke rumah saya saja."

Pemuda itu mengangguk, tapi setelahnya matanya terpejam dan tidak ada keinginan untuk membukanya. Yoongi mencoba menggoyang sedikit lengan pemuda itu dan memanggilnya pelan, tapi sudah beberapa kalo dia coba sama sekali tidak ada tanda-tanda pemuda itu tersadar dengan panik dan khawatir dia segera menghidupkan mesin mobilnya. Rasa kantuk yang sebelumnya hinggap dan ingin cepat-cepat terbaring di kasurnya, sepertinya tidak akan terjadi karena fokusnya sekarang ingin segera menyelamatkan pemuda itu dari di ambang kematian.

Sebab Yoongi mengingat bahwa pemuda ini, adalah pemuda yang dia temukan di minimarket saat sedang di rundung oleh teman-temannya.

Ya pemuda itu dia, Yoongi sangat yakin karena ingatan sangat baik untuk mengingat wajah seseorang.

Hunting Time (Yoonmin Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang