13.

69 10 2
                                    






Pusing yang di rasakan Seungwoo saat terbangun dari pingsannya, mengadu pelan atas apa yang terjadi padanya pun langsung terkejut saat matanya tertutup oleh sesuatu bahkan mulut juga terkunci pada kain yang sama. Bukan hanya itu saja kedua tangannya terikat di belakang kursi yang membelenggu dirinya, panik itu dia rasakan dan takut juga mulai menyelimutinya. Karena dia tidak menyukai matanya tertutup seperti ini, apalagi tidak bisa melihat apapun sekarang sebab terakhir kali dia ingat dia ingin berjalan pulang dengan santai.

Namun dia pingsan akan pukulan dari belakang lehernya.

Seseorang telah membuatnya kesal, awas saja dia akan menandai orang itu dan memukulnya begitu brutal saat mata ini terbuka.

Namun pikirannya terbesit akan satu nama seseorang, remaja seumurannya yang sering di ganggu dia dan teman-temannya pun melukainya tanpa sebab.

Park Jimin.

Tidak mungkin dia melakukannya, karena Jimin adalah orang yang tidak suka kekerasan terhadap teman-temannya tapi dia mengapa berpikiran seperti itu? Sebab hati seseorang tidak ada yang mengetahui dia ingin apa dan watak bisa menipu banyak orang.

Mengapa Seungwoo membenarkan hal itu? Dirinya menjadi tidak tenang.

"Shin Seungwoo."

Siapa?

Seungwoo seketika menggerakkan lehernya segala arah mendengar nama lengkapnya disebut oleh orang asing, dia menggelengkan kepalanya tidak ingin mempercayai apa yang dalam pikirannya katakan sebab itu suara pria, pria dewasa bukan anak seumurnya. Atmosfir yang begitu berbeda dari sebelumnya, dia merasa sangat takut pun keringat sudah membasahi keningnya dan juga bagian tubuhnya. Dia benar-benar penasaran tetapi ingin langsung kabur saat ikatan ini terlepas, karena dia tidak menyukai hal di dalam kepalanya terjadi kenyataan saat penutup matanya terbuka.

Ingin berteriak tapi kain ini menghalanginya.

Tawa renyah mengudara di sela-sela rasa takut menghiasi Seungwoo, maka dia tersentak langsung mengarah pada suara yang sedang terjadi itu. "Bagaimana?"

Tanyanya menggantungkan pertanyaan yang dia berikan kepada Seungwoo, tanpa di ketahui Seungwoo orang itu tengah menyeringai mengerikan seraya mengasah kedua pisau di tangannya. Seungwoo menegang di tempatnya mendengar pisau yang di asah oleh orang asing itu, dengan panik dirinya menggoyangkan tubuhnya otomatis untuk segera terlepas dari belenggu ini. Namun dia merasa kursinya juga terikat oleh sebuah tiang yang kuat, ini semakin membuatnya merasa gila dan mulai tidak bisa berpikir jernih.

"Ingin langsung ke intinya atau sedikit bermain?" Dia melangkah perlahan mendekat kepada Seungwoo, dan sudah puas mengasah pisaunya sebab sudah cukup tajam dari sebelumnya.

Orang itu berdiri tepat di depan pemuda yang tengah gemetar begitu ketakutan, tangan kosongnya yang tidak memegang apapun menurunkan kain penutup milik Seungwoo dari tempatnya. Lalu dengan cepat remaja itu langsung saja mengumpat begitu lancar, rahangnya juga menahan amarah yang begitu sangat memuncak di dalam benaknya. Dan bukannya merasa kesal saat di mana remaja memberinya sumpah serapah, dia malah tertawa mendengar ucapan kasar untuknya seperti sesuatu yang menyenangkan baginya.

"Orang tidak waras! Lepaskan aku, keparat!" Karena sudah terlepas dari penutup itu, akhirnya dia merasa lega atas ucapan yang sangat ingin dia lemparkan kepada orang gila ini.

Seungwoo berdesis pelan saat ujung benda dingin itu mengiris kulitnya. "Ban-"

"Jangan banyak bicara, kalau benda tajam ini tidak ingin menghiasi semua tubuhmu." Orang itu menyela ucapan dari Seungwoo pun masih bermain pisaunya, tapi ini sedikit di tusuknya lalu mencabutnya dengan cepat.

Hunting Time (Yoonmin Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang