20.

46 9 1
                                    











"Jelaskan semua ini, apa maksdunya Seokjin?" Yoongi melemparkan dua foto yang terpotret sama di kasur itu kasar.

Hoseok melihat kedatangan Yoongi yang begitu tiba-tiba, cukup mengagetkan sebab dirinya dan Seokjin tengah berbincang santai sembari membantu menyuapi sahabatnya untuk membantu sarapannya. Beberapa hari Hoseok memang absen untuk melihat kemajuan berita tentang pembunuh itu, karena fokusnya hanya pada Seokjin agar segera sembuh tidak ada hal lain selain sahabatnya.

Sepertinya kasus itu mulai menemukan titik terang, Hoseok senang kalau hal itu benar agar tidak ada lagi korban.

Namun yang membuat Hoseok bingung, foto yang masih tergeletak di kasur Seokjin itu tidak pernah terlihat olehnya lalu mengapa Yoongi datang bertanya tentang fotonya kepada Seokjin? Seharusnya kalau itu berkaitan dengan Seokjin, dirinya juga tahu dan bisa membantu sahabatnya menjawab pertanyaan orang-orang tapi kali ini dia sama sekali tidak mengetahuinya.

Seokjin menatap lama kedua foto yang melihatkan dua anak laki-laki sedang merangkul satu sama lain, yang bisa membedakan mereka hanya kacamata yang bertengger di hidung Seokjin kecil dan dua lesung dalam dari Namjoon. Ya dua anak itu tidak lain, Seokjin dan Namjoon saat dulu masih berteman baik. Dulu Seokjin mencetuskan ide untuk mencetak fotonya menjadi dua, karena kalau salah satu dari mereka pergi jauh Namjoon atau Seokjin tidak akan melupakan salah satunya.

Bisa di pastikan foto yang baru di temukan oleh Yoongi itu ada di rumah Namjoon.

"Anak itu Kim Namjoon, bukan? Kenapa kau tidak bilang saja saat kau memberikan foto ini kepadaku, kalau itu Namjoon. Kau sengaja melakukannya?" Yoongi kembali mencerca pertanyaan kepada Seokjin yang hanya diam saja sedari tadi. Kesal, terlihat suaranya lebih meninggi.

Walau terkejut sebab foto anak berlesung itu adalah Namjoon, Hoseok mengalihkan perhatiannya pada Yoongi yang sedang menatap Seokjin tajam. "Detektif, bisa pelan-pelan bertanya dengan temanku? Dia masih dalam masa pemulihan."

Masih berusaha netral, walau di dalam hatinya merasa kecewa karena tidak tahu menahu atas foto itu.

"Kau kira aku memiliki waktu banyak, huh? Aku harus pergi kalau sudah mendengar penjelasannya." Tipikal Yoongi yang selalu mencari jawaban sebelum melanjutkan pekerjaannya, karena sudah di tangani oleh Jungkook dan yang lainnya.

Sudah memegang kedua fotonya pun kedua matanya juga terlihat berkaca-kaca, menarik napas panjang lalu menjilat bibirnya yang sedikit kering akibat kepala Seokjin kembali memutarkan kenang-kenangan itu. "Tidak penting. Hanya suatu rencana yang terlihat sia-sia, karena dia juga sudah jatuh terlalu jauh dengan dunia gelapnya ku pikir aku masih bisa menolongnya. Ternyata tidak, sudah tidak bisa lagi."

Diam. Keduanya diam mendengar penjelasan Seokjin yang menatap kosong ke angkasa, seperti tengah menerawang jauh mengambil semua sisa-sisa kewarasannya untuk tidak meneteskan air mata.

"Sebenarnya, aku melakukan 𝘥𝘶𝘱𝘭𝘪𝘤𝘢𝘵𝘦 pembunuhan itu hanya ingin menarik perhatian polisi agar tidak terfokus padanya. Awalnya berhasil. Aku kabur saat Namjoon di nyatakan kabur, akupun mencuri kesempatan untuk berbicara padanya." Seokjin menundukkan kepalanya mengingat saat Namjoon menggoreskan luka pada lehernya, yang di mana luka itu akan membekas sampai kapanpun. Dia tidak marah, hanya merasa kecewa atas keterlambatannya bergerak.

Menggigit bibir bawahnya pelan, Seokjin menggerakkan tangannya saat air mata itu menetes. "Berbicara padanya bukan hal yang bagus, dan aku merasa bersalah karena telah melibatkan Hoseok, Taehyun dan Huening ke dalam kasus ini sebab tidak seharusnya aku membawa mereka untuk hal pribadiku."

"Jadi benar-benar tidak begitu penting? Ku pikir, kau terlibat karena kau suruhan dari Kim Namjoon." Yoongi berkacak pinggang menatap lega pada Seokjin, setelahnya dia menarik napasnya dan membuangnya perlahan-lahan. "Kalau begitu aku permisi, cepatlah sembuh."

Hunting Time (Yoonmin Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang