24.

52 9 2
                                    





"Kakak sengaja buat prank ya?" tanya Jungkook yang terdengar seperti rengekan. Karena dia hampir terkena serangan jantung dini, saat melihat monitor yang memperlihatkan jantung kakaknya itu bernyaring panjang.

Beruntung hal itu sudah terlewatkan, dan dia sudah bisa melihat kakaknya sehat menunjukkan senyum walau tipis.

Saat ini ruangan Yoongi terisi oleh, Minjoon, Jungkook, Jinyoung, Jimin dan ibu yang sedang duduk di dekat ranjang Yoongi pun genggamannya tidak pernah terlepas karena dia tidak ingin jauh-jauh walau semenit. Semua wajah terlihat sumringah, lega. Tidak ada lagi menunjukkan wajah tegang dan kepanikan seperti sebelumnya, sebab orang yang mereka khawatirkan sudah sadar pun mungkin sebentar lagi akan pulih dan kembali melakukan pekerjaan seperti sebelumnya dengan baik.

Terkekeh kecil, Yoongi menggeleng pelan akan pertanyaan juniornya. "Kamu ada-ada saja, Jungkook. Kakak mana mungkin membuat seperti itu pada keluargaku tersayang, dan lagipula aku sadar karena doa-doa kalian."

Menatap satu per satu dengan tatapan penuh terimakasih, Yoongi memberikan senyuman terbaiknya kepada keluarganya yang saat ini tengah menatapnya juga dengan pandangan tidak keberatan atas hal itu. Mereka juga, benar-benar melakukannya dengan tulus agar orang tersayang mereka masih bisa selamat walau kemungkinan besar tidak bisa. Namun mereka percaya kalau keajaiban Tuhan itu masih ada, dan terbukti memang tidak ada yang tidak mungkin kalau Tuhan sudah berkehendak.

"Nak, Ibu bersyukur atas nama Tuhan karena dialah yang menolong kita semua. Kalau tidak ada Tuhan, pasti kita juga tidak bisa melakukan apapun selain berpasrah diri." Sunhyun meremas tangan kanan Yoongi dengan kedua tangannya, mengulum bibir bawah saat Yoongi menoleh memandangnya perhatian.

Tersenyum hangat, dia merasa sangat bersyukur atas semua ini. "Kalau bukan karena doa Ibu, Yoongi tidak bisa seperti saat ini."

Berusaha mengangkat tangan kirinya yang terinfus oleh cairan energi di dalamnya, hanya untuk memberi tepukan pelan pada tangan ibunya yang begitu sedang posesif memegangi tangan kanannya tanpa ada ingin melepaskannya. Tuhan memang baik memberikan sosok ibu di depannya, dia selalu kuat dan tegar menghadapi kesulitan kehidupan yang selama ini dia merasakannya sendiri Yoongi merasa sangat beruntung akibat kehadiran ibunya di dalam kehidupannya. Kalau bukan karena ibunya, dia tidak akan menjadi Min Yoongi yang kuat dan bisa menjadi detektif yang sering mendapatkan pekerjaan bahaya untuk nyawanya.

Di sela keharubiruan yang terjadi antara ibu dan anak, Minjoon memecahkan keheningan yang ada dengan menyatukan kedua tangannya begitu keras. Membuat perhatian, terfokus kepadanya. "Karena Yoongi sudah sadar, Jungkook kita pamit saja."

Jungkook yang juga sudah lega melihat sendiri, atas kesehatan Yoongi stabil seperti biasanya. Jadi dia mengangguk menyetujui perkataan kaptennya, untuk pamit dari rumah sakit karena sang senior pasti ingin beristirahat penuh tanpa ada keramaian seperti ini.

"Kita pamit ya, Kak. Cepat sembuh," ujar Jungkook riang dengan senyum lebarnya. Saat mereka berdua ingin membubarkan diri, langkahnya tertahan akibat di panggil oleh Yoongi dan membuat mereka kembali menatap penuh tanya.

"Sebentar." Yoongi baru tersadar akan satu hal. "Namjoon, bagaimana dia?"

Mendengar nama kakaknya menjadi bahan perbincangan, Jimin tidak bisa menyembunyikan wajah murung dan sedihnya kalau mengingat perbuatan sang kakak kepada dirinya.

Melirik sekilas kepada Jimin, Minjoon berdeham kecil. "Dia tidak kabur, sudah di tangani oleh Kim Taehyung karena aku yang memerintahkan dia untuk mengintegrasikan manusia itu."

Mengerutkan keningnya dalam, tapi saat ingin membuka suara Jungkook lebih dulu mencuri melayangkan protes. "Kok Kim Taehyung, sih Kapten? Kapten kan bisa kirim aku ke sana buat ngelakuin itu, bisa-bisanya si Taehyung sialan."

Hunting Time (Yoonmin Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang