25.

94 11 2
                                    




Dulu bertanya-tanya bagaimana rasanya di sukai banyak orang? Mendapatkan teman yang selama ini selalu sendirian, atau lebih sederhananya bisa merasakan pelukan hangat dari seorang ibu. Namun tidak pernah seharipun begitu berharap untuk mendapatkan semua sekaligus, dalam doanya setiap malam tidak dia terapkan untuk merapalkan omongan kosong itu tapi sepertinya Tuhan telah mendengarkan. Mendengar doa-doa permohonannya selama ini, walau harus menunggu begitu lama dan dia mendapatkan kejadian buruk di hidupnya akhirnya merasakan kebahagiaan yang telah lama dia nanti.

Kesakitannya di rasa dulu, tidak lagi dia terima tatapan orang-orang sekitar juga lebih ramah dari biasanya.

Walau tidak begitu yakin mereka melakukan tulus, tapi dia bisa percaya mereka sudah tidak bisa lagi berbuat buruk padanya dengan sesuka hati. Karena dia bukan yang dulu, selalu di remehkan dan selalu tidak di anggap oleh mereka.

Namun setelah menunggu sekian lama, putusan sidang akan di lakukan siang nanti menetapkan hukuman sah yang di terima oleh Kim Namjoon hampir lima bulan terkurung pada jeruji besi tanpa hukum yang tetap. Seperti terombang-ambing akhirnya, dia akan di vonis hari ini juga pun karena pemberitaan yang heboh semua orang termasuk korban berbondong-bondong untuk ikut menonton hasil akhirnya yang selama ini mereka tunggu-tunggu.

Termasuk Jimin. Dia akan menunjukkan wajah di depan pengadilan, hanya untuk melihat keadaan Kim Namjoon beberapa bulan atau lebih tepatnya selama penangkapan terjadi Jimin sama sekali tidak berkunjung walau membesuk sebentar.

Bukan karena Yoongi atau sang ibu melarang, malah mereka membujuknya untuk melihat sekali saja sebelum di kirim ke penjara BlackDeath yang tempatnya begitu jauh dari perkampungan dan penjara itu memang khusus untuk orang-orang yang sudah di vonis hukuman mati. Sebab Yoongi yakin sekali, Namjoon tidak bisa lepas dari hukuman yang berlaku. Mendengarnya saja membuat Jimin terpukul, jantungnya pasti akan memberi efek nyeri luar biasa akibat menahan sakit di dalamnya.

Dia kecewa, benar. Kakaknya memang bersalah, benar. Perbuatannya tidak bisa di maafkan, dan harus di hukum.

Letak kesalahan ada di diri Jimin.

Dia hanya takut, rasa ketidaktegaannya menyeruak dan memberi ide gila kepada kakaknya untuk kabur atau semacamnya yang terpenting bisa keluar dari hukuman nanti. Jimin takut, hal itu akan terjadi membuat jiwanya goyah agar Namjoon lari. Lari sejauh mungkin, yang terpenting Jimin masih bisa melihatnya baik-baik saja. Maka sebelum hal itu terjadi, Jimin pun tidak pernah lagi bertemu dengan Namjoon selama lima bulan itu Jimin menjalani hidup barunya. Begitu bahagia, tidak ada kesedihan yang biasa Jimin torehkan apalagi temannya di tambah oleh Jaebeom. Mereka bertiga sudah menjadi sahabat sekarang.

Namun kalau mengingat masa-masa dulu hidup bersama Namjoon, membuat Jimin meneteskan air mata tapi tidak berselang lama dia menghapusnya. Masih tidak percaya, kalau kakaknya yang paling terbaik sedunia mematahkan hatinya akibat berita-berita di ponsel maupun televisi mengatakan dia seorang pembunuh.

"Kamu yakin mau masuk?" Jinyoung bertanya sekali lagi sebelum memasuk gedung besar di depannya, karena tadi dia mendengar helaan napas berat dari Jimin. Jinyoung tahu ini hal yang berat, maka dari itu dia berusaha untuk menghentikannya sebelum terlambat.

Dengan terik matahari yang tidak terlalu bercahaya akibat mendung melanda, mereka bertiga yang masih menggunakan seragam sekolah bergegas pergi ke gedung pengadilan Daegu dengan banyak wartawan anak-anak ini menatap lurus bangunan memiliki banyak pilar pun anak tangga sebelum memasuki ruangan. Jimin tiba-tiba meminta Jinyoung dan Jaebeom untuk menemaninya, sekolah belum selesai tapi mereka sudah izin untuk menghadiri sidang putusan hari ini. Tidak lama, karena terbantu oleh Jaebeom.

Hunting Time (Yoonmin Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang