03.

90 8 1
                                    





Jari panjang itu berjalan menyentuh botol-botol di dalam rak khusus hanya berisi minuman keras ber-merk dan yang paling mahal, lalu senyum terukir saat sudah mendapatkan minuman yang tepat untuk keadaan sekarang tanpa pikir panjang botol itu di tarik tempatnya dan pergi dari sana menuju sofa yang tersedia. Langkah kakinya begitu tegap dan mantap, dia terlihat begitu menawan saat senyumnnya terukir dengan manis di bibirnya sayang sekali hatinya masih kosong dan sedang mencari belahan jiwanya untuk hidup bersamanya.

Botol kaca berwarna hitam itu di letakkan di atas meja kaca itu dia sengaja memilih yang paling mahal dari yang lainnya, salah satu dari mereka berdua menuangkan air di dalam botol itu dengan perlahan ke gelas cantik yang sudah seseorang itu pilih sendiri. Warna air bening kekuningan terlihat begitu indah saat ada bulir-bulir gas muncul saat air itu dituangkan, lalu menghilang sedikit demi sedikit pada gelas itu karena sudah berada di tempat berbeda. Lalu, bau yang begitu menyengat sangat khas itu pun menggelitik indra penciuman karena baunya benar-benar begitu menguar sampai ke seluruh ruangan.

Gelas yang terisi setengah itu di ambil oleh berambut berwarna coklat yang duduk di sofa tunggal warna merah pekat, bagai darah. Dia menyukai hal-hal berwarna merah kalau saja rambutnya boleh di warnai, dia akan memilih warna favoritnya itu. Namun warna merah terlalu mencolok dan terlalu terang, dia takut orang memandangnya penuh dengan tatapan yang tidak bisa dia artikan.

Sebelum meminumnya dia menghirup air beralkohol itu terlebih dahulu menikmatinya lewat hidung, lalu tinggal merasakan bagaimana panasnya air itu mengalir di tenggorakannya walau begitu dirinya akan merasa tenang. 𝘞𝘪𝘯𝘦 adalah bagian dari dirinya, jadi minuman yang satu itu tidak bisa di lewatkan begitu saja.

Seseorang lain berada di depan orang berambut coklat yang tengah menikmati waktunya, sedang meminum minuman itu dengan santainya tanpa perlu menghirup atau mengecapi rasanya. "Senang berada di kota baru ini?"

Orang yang rambutnya tertata rapi oleh gel rambut belah samping dengan beberapa anak rambut terjatuh ke keningnya, membuka pembicaraan setelah keheningan menyelimuti mereka berdua.

Si rambut coklat dengan gaya rambut terjatuh semua ke kening terlihat berantakan tapi menawan, bibirnya terhenti saat ingin meminum air keras itu mendengar pertanyaan dari lawan bicaranya dia terdiam seribu bahasa. Bukan karena bingung atau takut, dia hanya tidak bisa mengutarakan semua isi hatinya pada lawan bicara di depannya walau dia tahu semua rencana ke kota ini.

Namun dia tidak pernah menceritakan semuanya, ada beberapa yang dia sembunyikan dan memendamnya sendiri tanpa ada orang lain tahu. Termasuk sahabatnya.

"Tentu saja aku senang. Bukan hanya damai yang kutemukan, tapi ketenangan yang tidak bisa ku rasakan selama di Seoul rasanya benar-benar menyenangkan." Dia menatap lawan bicaranya setelah memberi tahu hal sebenarnya.

Si rambut bergaya rapi pun mengangguk, menatapnya sangat dalam di saat temannya sudah memutuskan pandangan mereka begitu saja. Sebelum kembali berbicara dia meminum minuman itu, lalu meletakkan gelas cantiknya pada meja kaca itu. "Kau tahu, apa yang ingin kau lakukan aku akan membantu sampai kau memiliki hidup tenang."

Si rambut coklat tersenyum kecil mendengarnya. "Ini bukan masalah kecil, aku tidak ingin membawamu ke dalam jurang yang besar."

Dia mengepalkan tangannya seketika, temannya selalu seperti itu menganggapnya lemah dan tidak berguna. Padahal dia ingin memberi tahu bahwa dia mampu, dan bisa membawa kepala brengsek itu ke hadapannya. Dia akan membuktikan dia akan berhasil, karena semua rencana sudah tersusun rapi kalau temannya itu mengizinkannya pun walau nanti temannya tidak juga memberi izin dia akan bergerak sendiri dan membawa kepala si brengsek itu sendiri dengan tangannya.

Hunting Time (Yoonmin Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang