16.

47 10 1
                                    












Jimin terdiam di sisi mobil yang terparkir banyak pada halaman rumahnya, dengan handuk menyelimuti sedikit dari tubuhnya karena dari mereka semua memberikan kain itu dan menyuruhnya untuk di taruh pada sekitar pundaknya. Jimin masih tidak mengerti apa yang terjadi kepadanya, kakaknya dan juga Jaebeom yang sudah di bawa ke rumah sakit untuk perawatan lengannya yang terluka akibat gunting tertancap pada kulitnya. Sebenarnya Jimin tidak ingin mengerti semuanya, karena dia benci mengakui bahwa tadi kakaknya yang melakukan hal buruk di depan matanya sendiri.

Membuat Jimin kecewa dan bertanya-tanya.

Kenapa sang kakak bisa melakukan seperti itu di rumahnya sendiri, yang di dalamnya ada adiknya sendiri lebih buruknya di ketahui olehnya dan dia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.

Jimin menangis, terisak kecil bahunya bergetar pelan dan sedikit menunduk ke bawah agar tidak diketahui orang disekitarnya.

Ini menyakitkan sungguh.

Kakak kesayangan, keluarga satu-satunya yang di miliki oleh Jimin dan sumber kekuatannya telah membuatnya kecewa tidak terkira kakak kebanggaannya menghancurkan diri Jimin begitu mudahnya. Saat ini siapa yang akan menjadi sumber kekuatannya? Sedangkan orang itu telah pergi dan melukai hatinya.

Sakit, rasanya lebih sakit daripada luka-luka yang pernah hinggap di badannya.

"Jimin." Seseorang memanggilnya, suaranya tidak asing tapi Jimin tidak menghiraukannya.

Semakin menangis, area dadanya pun terasa begitu sakit akibat tangisannya tapi tidak di hentikan oleh Jimin malah suara isakannya terdengar pilu.

Yang memanggil itu Yoongi, setelah selesai melakukan pekerjaannya yang memeriksa area rumah Jimin bersama anggota polisi lain tidak ada orang di sana. Karena hanya ada barang bukti yang harus di amankan, pun Jimin sebagai saksi dalam hal ini harus di jaga dengan baik agar bisa meminta keterangan darinya. Saat mendekat pada Jimin anak itu terdengar menangis sesegukan, mendengarnya membuat Yoongi merasa iba dan kasihan karena siapa yang tidak akan sedih anggota keluarga satu-satunya berbuat buruk di depannya.

Dan hal itu tengah di rasakan oleh Kim Jimin.

Beberapa menit yang lalu pihak kepolisian Minjoon mendapatkan telepon dari pemuda dengan suara bergetar menahan sakit dan ketakutan, pemuda yang baru saja di bawa ke rumah sakit bernama Jaebeom itu mengatakan kalau dia hampir menjadi korban pembunuhan. Saat itu juga polisi bergerak cepat menuju lokasi tanpa menunggu waktu lagi, apalagi Yoongi yang tahu jalan yang mereka tuju tempat ke rumah Jimin membuatnya tidak berpikir jernih dan langsung melajukan mobilnya meninggalkan kawanannya yang berada di belakang.

Khawatir Yoongi, takut kalau tadi yang menelepon itu Jimin dan dia tengah kesakitan karena telah di lukai oleh pembunuh itu.

Ternyata salah, yang terluka Jaebeom teman Jimin yang membullynya di sekolah pun saat datang di rumah Jimin pertama kali Yoongi melihat Jimin tengah kebingungan dengan air mata membasahi pipi.

Saat di tanya tidak membuka suara, sebab Jaebeom lebih dulu memberi tahu bahwa yang melakukan semua ini kakaknya Jimin. Saat itu juga Yoongi terkejut, hanya dirinya karena yang lain tidak tahu perawakan kakaknya Jimin. Benar dugaan Yoongi, kakak Jimin bernama Namjoon itu harus di curigai karena ada bukti kuat dari data diri mereka yang pindah dari Gwangju ke daerah Daegu. Dan sekarang pelakunya berhasil kabur, tapi Yoongi pastikan Namjoon akan tertangkap kali ini dengan tangannya sendiri.

"Apa Kakakku di temukan?" Jimin membuka suara dengan gemetar, pun mengangkat kepalanya menatap Yoongi dengan mata basahnya.

Yoongi menggelengkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari Jimin. "Rumahmu kosong. Kakakmu sudah lari, jauh dari sini dan kita sedikit terlambat untuk menahannya pergi."

Hunting Time (Yoonmin Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang