"Astagfirullah" ujar seseorang yang baru masuk, yang tak lain adalah Bu uni.Bahkan saat dilihat dari belakang mereka seperti berciuman bahkan Bu uni dengan segera menghampiri. Dan setelahnya Aurora bangkit dan kembali duduk di bangkunya dengan gugup. Tentu saja, Aurora berpikir pasti Bu uni akan berpikir yang aneh atau berpikir yang tidak-tidak. Sebelum itu terjadi Aurora dengan segera angkat bicara.
"Aa...an...an anu Bu, itu tadi kak Langit matanya kelilipan karena saya nggak sengaja lempar pulpen dan kena matanya kak Langit jadi saya bantu tuipin matanya" ujar Aurora gugup sekaligus merasa sedikit geram melihat Langit yang bahkan dengan cueknya melanjutkan menulis tanpa membantu dirinya menjelaskan apa yang terjadi. Tau begitu dia biarkan saja, lihatlah bahkan dirinya pasti dianggap cewek ganjen setelah ini karena kelihatan nyosor nyosor, padahal kenyataannya ia hanya ingin menolong karena perbuatan tidak sengaja nya itu.
Melihat Aurora yang gugup tanpa sadar mengundang senyum tipis Bu Uni. Bu Uni saja tahu bagaimana kadar kesopanan Aurora yang memang adalah salah satu siswi pandai sekaligus teladan bagaimana bisa berbuat yang tak senonoh apalagi Aurora yang terkenal dikalangan banyak guru di sekolahnya, walaupun kenyataannya Aurora yang tak dikenal oleh banyak siswa siswi tapi jangan ditanyakan karena memang ia hanya seorang anak cupu, nan kutu buku yang prestasinya kadang tertutup oleh famous nya bad boy, cool boy, bad girl, ataupun cool girl dan apalah itu yang penting menarik dilihat pasti itu yang akan terkenal disekolah.
"Ya udah sekarang soal-soalnya kumpulkan di ruangan saya"
"Sudah mau jam 5, lebih baik sekarang kita pulang" lanjut Bu uni seraya tersenyum tipis akan tingkah Aurora yang masih terlihat gugup.
"Kamu santai donk Ra', kok gugup gitu sih beresin alat tulis kamu, tuh liat pulpen kamu jatuh tuh" ujar Bu uni lagi sambil menahan tawa melihat Aurora yang memerah.
"I...Iy...iya Bu" ujar Aurora.
Setelah membereskan alat tulis Aurora pun berjalan beriringan dengan Bu uni dan Langit yang masih berjalan dibelakang.
"Ciee" ujar Bu uni sambil menyenggol bahu Aurora.
"Ibu lihat-lihat kamu cocok tahu sama Langit, nanti saya comblangin deh Langit sama kamu".
"Hehhh!!!..." Ujar Aurora dengan syok.
***
Berjalan di halte dengan langit yang sudah hampir gelap, entahlah Aurora tak berharap kalau ada bus yang melintas di waktu yang hampir menunjukkan pukul enam sore. Kalaupun ada itu bukan di halte dekat sekolahnya, malahan di halte yang bahkan memakan waktu dua kilometer untuk berjalan. Ok sekarang Aurora harus menuju halte itu walaupun kini peluh sudah memenuhi kening dan sekujur tubuhnya tapi Aurora masih tetap gigih untuk berjalan dengan kaki yang gemetar lantaran belum makan dari siang. Kalau diingat-ingat Aurora hanya memakan nasi goreng saat pagi tadi itupun dia makan hanya sedikit karena buru-buru untuk ke sekolah.
salahkan saja dirinya karena ia yang harus pergi ke kelas Arka yang sama sekali tak peduli dengan apa yang ia ucapkan, sungguh itu sangat menyebalkan dan ia merasa malu kalau mengingat dia memaksa Arka saat itu, dan lagi karena kecerobohannya tadi pagi ia tak sengaja jatuh diatas tubuh Langit karena sikap konyolnya yang tak mendapat apa-apa, dan kalau diingat ia hanya mendapat malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
Teen Fiction[SELESAI DAN TIDAK DI REVISI] '. '. ~ ' ' "Aurora hanya menampakkan cahaya nya di malam hari, setelah langit menjadi cerah Aurora sudah tidak berguna lagi" -Aurora ••• "Gue harap Lo lupain perasaan Lo itu"- Langit "Dan semestinya Lo ga...