26. MAKNA KEBAHAGIAAN BAGI LANGIT

278 63 701
                                    

26

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

26. MAKNA KEBAHAGIAAN BAGI LANGIT
.

.

.

"Ra Lo aja yang nyanyi, suara Lo bisa dikategorikan bagus kok,"

"Iya tuh, suara Lo bagus Ra...gue yang bakal tepuk tangan paling depan kalau Lo nyanyi,"

Beberapa murid XI IPA 1, berbondong-bondong memberikan pencerahan terhadap Aurora yang terlihat diam sepertinya gadis itu akan dijadikan tumbal penyanyi dadakan untuk pentas perpisahan angkatan enam.

Sungguh, Aurora memang bisa bernyanyi. Tapi balik lagi ia belum terbiasa.

"Elah, kalau orang gak mau yah gak usah dipaksa," timpal Aisyah yang beru datang dengan bibir mengunyah batagor.

"Lo aja yang nyanyi kalau gitu Syah, kan Lo gak mau Aurora nya-" belum selesai Genta berbicara mulutnya sudah disumbat oleh batagor super pedas.

Melihat Genta yang merebut minumannya, Aisyah hanya bisa mendengus pasrah, sungguh ia kesal dengan ketua OSIS baru ini.

"Kalau Aisyah nyanyi bisa bangkit tuh manusia dari kubur, jangan Aisyah pokoknya." Celutuk salah satu siswi yang tidak setuju.

"Nah, Lo baru tau kan. Kalau mau lebih adil si Genta aja yang nyanyi, gimana? Kan dia gak buat apa-apa...cuman merintah-merintah doank, enak banget-aw" pekik Aisyah ketika kepalanya ditumpuk pulpen.

"Gue udah capek-capek ngumpulin dana yah, Lo kira gue cuman ongkang-ongkang kaki." Celutuk Genta tak terima. jelas ia tak terima, gadis berhijab itu hanya seenaknya mengatai tanpa tahu apa yang sudah ia lalui.

"Yaudah kalau gitu, biar aku yang nyanyi. Biar lebih adil," ucap Aurora tiba-tiba, biarlah ia menjadi penyanyi untuk pentas seni ini. Anggap saja, ia sedang belajar mengendalikan kegugupan ketika menghadapi banyak orang.

Dan lagi, ia jadi teringat pentas seni ini adalah pentas perpisahan untuk angkatan enam. Dan mengingat Langit juga berada di angkatan enam. Berarti tinggal menghitung hari, Langit sudah menjadi alumni SMA negeri 8 Erlangga.

Bahkan menjadi sebuah kenangan, karena cowok itu juga turut andil dalam kehidupan sekolahnya, bahkan disaat latihan olimpiade matematika hampir setiap hari ia bertemu Langit. Sepertinya Aurora juga harus memberikan hadiah perpisahan, ia tak ingin mendiami seseorang dan tak juga ingin terlalu dekat...

Biarlah ia bersikap seperti ini, selagi ia bisa mengendalikan diri untuk tak melihat Langit dalam kurung waktu lama.

***

Berada diruang musik, Aurora melihat sekelilingnya yang dipenuhi beberapa alat musik. Mulai dari gitar, biola, piano, keyboard, drum, dan lain sebagainya.

Ruang musik, seketika ia jadi bernostalgia ke era saat masih mengenakan seragam putih merah. Saat itu ia tengah menolong seseorang yang dikeroyok dan bersembunyi disalah satu ruang musik, yang sungguh itu adalah kali pertamanya ia melihat ruangan seperti ini.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang