"Kadang mengingat masa lalu membuatku ingin pergi dari dunia. Namaku Aurora, dan Aurora mustahil untuk bercahaya di Langit Biru."
~Aurora~.
.
.
.
Melihat wajahnya di cermin perempuan dengan rambut kecoklatan itu dengan telaten memasang dasi sekolahnya. Setelah memasang dasi kini tangannya beralih mengikat rambutnya dengan rapi. Melihat penampilan khasnya, perempuan itupun beranjak dan mengambil tas sekolahnya yang berada di ranjang.
Menuruni anak tangga dengan pelan, dan melirik bidadari tanpa sayapnya yang kini sudah berada di meja makan. Dengan senyum merekah perempuan dengan ikatan rambut kuncir kuda itu pun menarik satu kursi yang berada di meja makan.
"Nih, bunda buatin nasi goreng, sama susu. kamu makan terus susunya dihabisin" ujar Melda setelah menyodorkan sepiring nasi goreng Dan segelas susu.
Sungguh kali ini Aurora melahap makanan Bundanya dengan tenang meresapi setiap rasa yang ia nikmati di setiap kunyahan. Kalau boleh jujur ia sangat merindukan masakan Bundanya beberapa hari ini yang selalu lembur di butik.
"Astagaaaa!!!! Ra kamu makan, atau lagi ngapain sih. Makan sambil merem-merem gak jelas gitu, habisin makanan kamu nanti telat lagi" ujar Melda memperingati anak gadisnya yang selalu ceroboh bin ngeselin itu.
"Bunda ini tuh namanya menikmati sebuah makanan. Dan lagi aku gak telat kok" ujar Aurora lagi sambil melirik jam yang berada di dinding.
"Terserah kamu, kalau daftar telat kamu udah bejibun di guru BP. Bunda gak mau yah kalau harus dipanggil ke BP, yang ada Bunda lagi yang diceramahin" ujar Melda dengan pelototan tajam.
Aurora bahkan baru dua kali telat, ini Bundanya sungguh terlalu heboh. Walau Bunda mengancam seperti itu Aurora yakin Bundanya mana tega membiarkannya mendekam di ruang BP.
"Dari pada Bunda ngomel, mending jawab pertanyaan Aurora aja deh"
"Kamu mau tanya apa?, Jangan sembunyiin sesuatu yah Rora" ujar Melda memperingati apalagi saat melihat tatapan jahil anak gadisnya.
"Itu loh, tentang om Dika yang selalu chat aku nanya-nanya tentang Bunda, Aurora itu bingung Bund masa om Dika suka sama Bunda tapi kenapa gak nanya langsung ke Bunda. Kenapa yah om Dika itu Bund?" Tanya Aurora sambil cengengesan bahkan ingin terbahak saat melihat wajah datar ibunya.
Jujur saja kalau Bundanya mencintai pria lain Aurora terima saja, kalau melihat om Dika yang baru beberapa bulan bertemu Aurora menilai orang nya baik, dan dewasa heran saja kenapa Bundanya itu sangat dingin dengan pria ramah seperti om Dika padahal Aurora sedikit mengetahui kalau om Dika memang pernah ditinggal oleh sang istri dan bahkan belum mempunyai anak. Kalau boleh jujur om Dika itu sangat baik berbeda sekali dengan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
Teen Fiction[SELESAI DAN TIDAK DI REVISI] '. '. ~ ' ' "Aurora hanya menampakkan cahaya nya di malam hari, setelah langit menjadi cerah Aurora sudah tidak berguna lagi" -Aurora ••• "Gue harap Lo lupain perasaan Lo itu"- Langit "Dan semestinya Lo ga...