EKSTRA PART (FLASHBACK)

448 39 417
                                    

P

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

P.s part ini diambil dari sudut pandang Langit dan penulis...

Note: part ini Menceritakan pertemuan antara Aurora dan Langit dalam dua waktu... Mereka memiliki ikatan rasa yang kuat namun tak kunjung untuk terucap...
Disaat Aurora merasakan sakit, maka Langit lah yang menjadi obat pertama untuk Aurora...
Disaat Langit tidak diakui, orang pertama yang memberikan kata bangga adalah Aurora...
Mereka pernah sakit, pernah rapuh, pernah hancur di saat yang bersamaan... Rasa yang terkubur beberapa tahun yang lalu akhirnya mulai tumbuh, dan mati seiring insan yang tak memahami satu sama lain...

-EKSTRA PART (FLASHBACK, LANGIT)
.

.

.

Jakarta, 27 April 2015

Setelah memakai seragam putih abu-abu nya. Cowok dengan rahang tegas, hidung mancung, kulit putih, serta alis yang tak terlalu tebal kini menampakkan bahwa dirinya memang tak setampan Manu Rios. Tapi memiliki standar ketampanan sendiri membuat cowok 16 tahun itu sedikit tak acuh.

Wajahnya memang agak sedikit western, tapi percayalah garis Asiatis dari tampangnya sangat terlihat jelas
Kalau diteliti lebih lama lagi.

Mengambil tas ranselnya dan disampirkan di bahu kiri, Langit pun keluar dari kamarnya dan menuruni satu persatu anak tangga.

Atensi gelapnya menatap sang ayah dengan pandangan biasa, tanpa ikut serta dalam sarapan pagi Langit pun terus melangkah hingga saat di ruang tamu suara ayahnya kembali terdengar.

"Kamu mau ikut Ayah ke Seattle atau menetap di Jakarta?" Pertanyaan yang sering terulang dan kini membuat Langit malas untuk menjawabnya.

"Ayah pasti tau jawabannya,"

"Lang, kamu harus bisa melupakan! Sampai kapan Kamu tidak mau menerima Mama dan adek kamu!" Merotasi kan bola matanya malas. Kini Langit berbalik dan menatap ayahnya dengan datar.

"Melupakan? Coba Langit tanya. Anak mana yang bisa ngelupain ibu kandungnya?... Gak, gak ada yah. Seumur hidup pun Langit akan mengingat mama, walau kenangan Langit dan mama hanya sampai delapan tahun. Tapi tetap aja itu berharga buat Langit,"

"Mama yang ngelahirin Langit, dan mama juga yang merawat Langit. Bahkan semua etika baik itu hanya mama yang ngajarin,"

"Ayah harus bisa ngerti perasaan Langit. Ngeliat kota Seattle aja aku belum mau, apalagi untuk nerima ibu sambung dan saudara tiri. Aku gak bisa, atau bahkan tidak akan bisa," jelas Langit dengan suara bergetar.

Melihat ayahnya yang tak bergeming, membuat Langit dengan cepat keluar dari rumah itu.

Memejamkan matanya sesaat, Langit tidak ingin merusak pagi harinya dengan permasalahan tak jelas.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang