Bagian satu

10.2K 420 20
                                    

Happy Reading !!!

***

"Cowok kok nangis, lembek banget!" cibir seorang perempuan muda yang baru saja memasuki ruangan cukup luas bernuansa putih dengan aroma antiseptik. Mengalihkan semua orang yang ada di sana termasuk sosok tampan yang menjadi objek cibirannya.

"Tante Iris!" teriaknya antusias seraya merentangkan kedua tangan meminta sosok yang dipanggilnya mendekat dan memeluknya.

Perempuan dengan nama lengkap Iris Levana Ziva itu mengulas senyum dan melanjutkan langkah semakin masuk, menghampiri brangkar yang diisi bocah tampan berusia lima tahun yang kini wajahnya sembab akibat menangis entah sejak kapan. Karena begitu sadar kehadiran Iris, tangis bocah itu berhenti, diganti dengan binar ceria yang membuatnya semakin menggemaskan. Iris sampai tidak tahan untuk mencubitnya.

"Halo sayang," sapa Iris begitu tiba di samping ranjang rawat bocah itu, lalu menariknya ke dalam pelukan. "Kenapa nangis?" lanjutnya, mengurai pelukan, dan jemari tangan Iris kemudian bergerak menghapus sisa air mata yang membasahi pipi bocah itu.

"Sakit Tante," adunya menunjuk satu kakinya yang di balut perban.

"Makanya jangan pecicilan! Udah jatuh gini siapa coba yang sakit? Kamu 'kan?"

"Maaf," cicitnya dengan kepala menunduk.

Iris yang tidak tega melihat kesedihan bocah kesayangannya itu kembali memberi pelukan sambil melontarkan peringatan-peringatan agar kejadian seperti ini tidak lagi terulang. Iris sedih mendengar kabar kesayangannya terjatuh dari tangga.

"Lain kali lebih hati-hati, ya? Tante sedih loh liat Ethan seperti ini," itu benar. Iris tidak berbohong bahwa dirinya sedih melihat bocah itu terbaring di ranjang rumah sakit. Meskipun lukanya tidak begitu serius tetap saja akibat dari jatuhnya membuat bocah lima tahun bernama lengkap Ethan Baizhan Fikram itu tidak bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa untuk beberapa waktu ke depan akibat keretakan tulang kaki sebelah kirinya.

"Maaf udah buat Tante Iris sedih," sesal bocah itu, membuat Iris menarik senyum dan melayangkan satu kecupan di pipi gembul Ethan.

"Tante maafin, tapi janji ya Ethan gak akan nangis lagi? Jelek tahu anak cowok nangis,"

"Ethan janji Tante!" ujarnya sungguh-sungguh, kembali menarik senyum di bibir tipis Iris. Dan tidak segan-segan satu lagi kecupan diberikannya di tempat yang sama sampai suara deheman cukup keras menyadarkan mereka bahwa masih ada orang lain di sana.

"Ethan doang nih yang di cium, Papa-nya enggak," ucap jahil seorang pria dewasa berwajah tampan yang begitu mirip dengan bocah di samping Iris. Berhasil menghadirkan semburat kemerahan di pipi Iris yang kini terlihat salah tingkah karena bukan hanya Ethan yang mendengar tapi dua sosok paruh baya yang duduk di sofa pun menangkap godaan itu. Laki-laki itu benar-benar membuat Iris malu.

"Cium juga dong, Ris," masih melayangkan godaannya, pria itu bahkan sampai mendekatkan pipinya ke arah Iris tanpa rasa malu. Namun bukan ciuman yang melayang melainkan cubitan di pinggangnya lah yang Iris berikan, membuat pria itu mengaduh dan kembali menjauhkan wajahnya dari Iris.

"Sakit sayang," protesnya manja. Iris hanya memutar bola mata dengan bibir mencebik. Sedangkan dua paruh baya di sofa sana menggeleng-geleng pelan dengan senyum terukir.

Dua paruh baya itu adalah orang tua dari pria dewasa bernama Agasthya Chatur Fikram, pria yang merupakan ayah Ethan. Seorang duda anak satu yang entah mengapa bisa jadi kekasih dari seorang Iris yang usianya bahkan baru menginjak dua puluh empat tahun. Namun meski begitu Iris tidak menyesali keputusannya menerima pria dewasa itu di dalam hidupnya. Ia bahagia memiliki Agas, lebih bahagia lagi karena ada Ethan yang begitu menggemaskan.

Kesayangan DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang