Bagian Sembilan Belas

1.3K 133 5
                                    

Happy Reading !!!

***

Sekembalinya menjenguk Kalea, Iris dan Agas melanjutkan niat mereka untuk jalan-jalan meskipun hari sudah sore karena mereka harus menunggu manajer Kalea pulang lebih dulu. Iris tidak tega meninggalkan Kalea yang tengah sakit seorang diri. Itu mengapa mereka bertahan lebih lama di tempat Kelea.

Sekarang, setelah puas jalan-jalan layaknya ABG pacaran, Agas membawa Iris pulang ke rumahnya selesai makan malam sebagai penutup hari libur mereka. Namun Agas enggan mengantar Iris pulang ke apartemennya. Ia masih ingin menghabiskan waktu berdua dengan gadisnya sebelum besok kembali pada aktivitas sibuk masing-masing.

Awalnya Iris keberatan, karena bagaimanapun setelah berkeliling berjam-jam di Mall, ia cukup merasa lelah dan ingin istirahat. Tapi karena Agas yang membawa mobil jadilah Iris mau tak mau ikut ke rumah pria itu meskipun gerutuan ia lontarkan sepanjang jalan. Bahkan hingga mereka tiba di rumah Agas, Iris tidak hentinya mengomel.

“Mandi, sayang!” Agas melemparkan handuk bersih kepada Iris, yang tepat mengenai kepala perempuan itu. Membuat omelan Iris terhenti, digantikan dengusan kesal. Tatapannya tajam tertuju pada Agas, tapi sama sekali Agas tidak menghiraukannya. Ia memilih keluar dari kamar meninggalkan Iris yang siap kembali mengoceh.

Mengentakkan kakinya ke lantai, Iris kemudian melangkah kasar ke arah lemari Agas, mengambil pakaian ganti untuk dirinya lalu masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang lengket oleh keringat.

Entah sudah berapa banyak pakaian Iris yang berada di kediaman Agas, karena saking seringnya ia pulang ke tempat pria itu. Belum lagi pakaian yang di beli Agas setiap kali Ethan memintanya untuk menginap. Iris sepertinya tidak perlu lagi membawa pakaian ketika menikah dengan Agas nanti. Pakaiannya di sini sudah cukup banyak. Siapa pun yang melihat akan percaya bahwa Iris tinggal di rumah ini, bersama Agas. Tapi masa bodo lah, toh kenyataannya tidak seperti itu. Berapa pun Iris sering menginap di rumah Agas, dulu Iris tidur di kamar tamu, atau bersama Ethan. Hanya ketika menjalin hubungan beberapa bulan belakangan ini saja ia menempati kamar Agas setiap kali menginap. Itu pun karena paksaan Agas.

Setengah jam waktu yang Iris butuhkan untuk membersihkan diri, setelahnya ia keluar dari kamar mandi dan tidak mendapati Agas di kamar. Pria itu sepertinya belum kembali, dan Iris memutuskan untuk menyusul.

“Mau ke mana?”

Terlonjak kaget, Iris sontak memegang dadanya, terkejut dengan kedatangan Agas yang tiba-tiba di depan pintu.

“Ck, ngagetin tahu gak sih!” deliknya kesal.

Agas yang tidak merasa mengagetkan mengerutkan keningnya tak paham.

“Kamu mau ke mana?” ulang Agas masih berdiri di tempatnya semula, di depan Iris yang berdiri di ambang pintu.

“Mau nyusul kamu lah, ke mana lagi!” ujarnya sewot, seraya memutar bola mata.

“Kali aja mau pulang,” ucap Agas mengedikkan bahunya santai.

“Memangnya boleh?”

“Ya jelas aja gak boleh. Udah malam,” jawabnya. Iris mencebikkan bibir dan memberenggut kesal. “Nginap di sini aja, temani aku. Mumpung gak ada Ethan,” bisik Agas kemudian. Membuat tubuh Iris merinding dengan pikiran yang tertuju pada hal yang iya-iya. Terlebih ketika Agas semakin mengikis jarak, lalu memiringkan kepalanya dan menyambar bibir Iris. Mengecupnya lembut, sebelum kemudian melumatnya penuh perasaan.

“Balas sayang,” bisik Agas melepas sejenak ciumannya, lalu kembali memagut bibir kekasihnya itu. Dan sesuai apa yang diminta Agas, Iris membalas setiap lumatan Agas yang memabukkan, hingga tanpa sadar Iris mengalungkan tangannya di leher laki-laki itu. Sedangkan Agas meraih pinggang Iris, semakin mengikis jarak di antara mereka.

Kesayangan DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang