Bagian Dua Puluh Satu

1.9K 180 9
                                    

Happy Reading !!!

***

Agas sudah mengira bahwa Iris marah mengenai kejadian di kantor tadi, hanya saja perempuan itu berusaha menutupinya dengan sikap seolah tidak peduli. Menganggap bahwa apa yang dilihat bukan sesuatu yang mengganggu, namun nyatanya Iris tetaplah perempuan yang memiliki perasaan. Perempuan ia terganggu dengan apa yang dilihatnya, hanya berusaha tegar untuk menunjukkan pada orang-orang bahwa dirinya baik-baik saja. Tapi begitu mereka berdua seperti ini, Iris menujukan perasaan yang sesungguhnya. Perempuan itu marah, bahkan Iris enggan menatapnya.

Sepeninggalnya Ethan tidur di dalam pangkuannya, Iris memilih menatap jalanan di samping. Celotehan Agas tidak lagi perempuan itu tanggapi seperti ketika Ethan masih terbangun. Sekarang Iris begitu tak tersentuh. Perempuan itu bahkan tetap bungkam hingga mereka tiba di kediaman Agas. Tatapannya dingin dengan gurat kemarahan yang tidak bisa dielakkan. Iris-nya benar-benar marah

Namun sebelum menyelesaikan masalah mereka, Agas perlu memindahkan Ethan ke kamarnya lebih dulu. Beruntung Iris tidak berusaha pergi. Perempuan itu mengekorinya masuk, dan Agas bersyukur akan hal itu. Tapi satu hal tak terduga muncul di hadapannya. Sesosok Kalea berdiri di tengah ruang tamu seakan sedang menunggu kepulangannya.

Agas benar-benar merutuki perempuan itu. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya Kalea inginkan setelah penolakan jelas dirinya layangkan ketika siang tadi.

Agas tidak menyangka Kalea akan datang ke kantornya setelah sekian lama perempuan itu tidak menginjakkan kaki di tempat Agas. Dan sialnya perempuan itu tidak datang sendiri, melainkan bersama Ethan. Membuat Agas tidak bisa untuk mengusir perempuan itu.

“Ethan udah pulang? Kok, Papa gak tahu?” kening Agas mengerut mendapati kehadiran putranya yang tidak dirinya ketahui kepulangannya. Sang mama tidak memberi tahu bahwa mereka pulang.

“Tadi malam Ethan pulang. Nenek bilang Kakek ada undangan, jadi cepat-cepat pulang deh.”

“Terus kenapa bisa sama Mama?”

“Aku habis dari rumahnya Bia tadi. Gak sengaja liat Ethan main di rumah Mama, jadi aku samperin,” jelas Kalea dengan seulas senyum manis. Namun Agas tak begitu saja mempercayainya meskipun tahu rumah orang tuanya dekat dengan kediaman sahabat Kalea semasa SMA dulu.

“Pa, kita makan siang bareng, yuk, Ethan pengen makan burger,” atensi Agas diambil kembali oleh putranya yang terlihat begitu semangat menyebutkan makanan kesukaannya.

“Oke nanti kita beli burgernya. Sekarang Papa mau meeting dulu. Ethan gak keberatan ‘kan buat nunggu sebentar?”

Bocah itu menggeleng setelah berseru riang. Setelahnya Ethan meminta izin untuk main di luar bersama sekretaris Agas, meninggalkan Kalea bersama Agas di dalam.

Agas berniat untuk mengabaikan keberadaan perempuan itu, namun ketika kakinya akan kembali melangkah ke meja kerjanya, tangan Kalea lebih dulu mencegah. Membuat Agas kembali berbalik, dan menatap Kalea dengan satu alis terangkat.

“Aku mau bicara,” Kalea menatap Agas dengan sorot serius. Membuat Agas menghela pelan. Sebenarnya ia tidak ingin. Tapi terpaksa mengangguki, dan menahan diri tetap berdiri sana. Sama sekali tidak berniat menyuruh Kalea duduk di sofa yang ada di ruangannya. Lagi pula ia tidak berniat lama-lama dengan perempuan itu, sebab sebentar lagi akan ada meeting bersama Radhika. Selain itu Agas juga tidak ingin sampai Iris berpikir yang tidak-tidak melihat keberadaannya dengan Kalea. Jadi ia harap Kalea akan segera menyelesaikan pembicaraannya.

“Aku minta maaf,”

“Untuk?” tanya Agas tak paham.

“Untuk semua kesalahanku. Aku menyesal …” cicitnya pelan.

“Aku tahu. Dan itu tidak lagi berguna. Semua yang terjadi diantara kita sudah selesai.”

“Gak bisa, Gas!” Kalea menggelengkan kepala, tidak terima dengan kata selesai yang mantan suaminya ucapkan. “Semuanya belum selesai,”

“Oh ya, kenapa?”

“Karena aku masih mencintai kamu. Maafin kesalahanku dulu, maaf sudah gegabah dengan melepaskan kamu dan Ethan. Aku menyesal, benar-benar menyesal. Tolong, maafin aku, Gas. Maafin keegoisanku.”

“Jika kamu mengatakan ini sebelum pengadilan mengesahkan perceraian kita, mungkin aku akan mempertimbangkannya, Kal. Tapi sekarang aku gak bisa. Kamu yang sudah memilih melepaskan kami demi mimpi besar kamu itu. Sekarang kamu sudah mendapatkannya bukan? Selamat.”

“Gas—"

“Aku tidak akan berubah pikiran meskipun Ethan yang kamu jadikan alasan. Selama ini Ethan tidak mengenal kamu. Dia gak butuh kamu, karena sosok kamu sudah diisi oleh Iris. Aku tidak berpikir membuangmu dari ingatan Ethan karena dia berhak tahu siapa ibu kandungnya. Aku juga tidak berniat membuat Ethan memilih Iris dari pada kamu, tapi nyatanya Ethan tahu siapa yang benar-benar peduli terhadapnya. Kamu ibu kandungnya, tapi tidak lebih dari sosok asing di dalam hidupnya.”

Kalea yang tidak terima dengan kalimat Agas barusan mendorong kuat tubuh Agas hingga laki-laki itu mundur beberapa langkah dari tempatnya, dan Kalea langsung saja menyambar bibir Agas yang sedang lengah, melumat habis bibir mantan suaminya yang telah menyakiti dengan kalimatnya barusan. Namun dengan cepat Agas sadar dan mendorong balik Kalea agar perempuan itu menjauh, tapi tangannya yang mencengkeram erat dasi yang Agas kenakan membuatnya ikut tertarik dan berakhir dengan tangan Agas melingkar di pinggang Kalea sementara bibir mereka kembali bersentuhan hingga kemudian pintu ruangannya terbuka dan kejadian itu membuat semua orang yang menyaksikan salah paham. Agas sendiri merutuki dirinya yang tidak bisa menjaga keseimbangan. Di tengah kepanikan Agas yang melihat sosok Iris, Kalea malah justru menarik senyum kemenangan.

“Akan aku pastikan kalian berpisah. Kamu milik aku, Gas. Milikku!” bisik Kalea seraya diam-diam kembali mencuri kecupan di bibir Agas, yang membuat laki-laki terkejut dan sadar akan posisinya yang belum berubah.

Jika pun aku dan Iris harus berpisah, tidak akan aku sudi kembali padamu.”

***

See you next part!!!

Kesayangan DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang