Bagian Dua Puluh Lima

2.1K 209 8
                                    

Happy Reading !!!

***

Di tengah kelegaan Agas dan Iris yang sudah dapat menyelesaikan semua permasalahan, Kalea justru terlihat frustrasi sebab beberapa kontrak yang sudah di tanda tangani dibatalkan oleh pihak agensi.

Film yang akan tayang dalam waktu dekat pun gagal di rilis sebab mereka sudah kehilangan minat penonton. Tiket yang sebagian sudah terjual di kembalikan dan menuntut uang mereka di kembalikan, hal itu membuat perusahaan perfilman mendapatkan kerugian. Dan pada akhirnya Kalea harus bertanggung jawab untuk semua itu.

“Mama sudah memperingati kamu berulang kali untuk tidak mengusik keluarga Agas! kenapa kamu tidak pernah mendengarkan perkataan Mama sih, Kal? Sudah seperti ini, bagaimana cara kamu kembali ke dunia hiburan? Sudah tidak ada agensi yang mau menerima kamu. Sudah tidak ada brand yang ingin menggunakan kamu. Karier kamu hancur, Kalea! Kerja keras dan pengorbanan kamu sia-sia. Seharusnya kamu bisa mengendalikan diri, bukan malah lepas kendali dan membuat semua jadi berantakan seperti ini.”

Stop Ma! Aku gak butuh omelan Mama.” Setelahnya Kalea bangkit dari duduk, meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja, lalu pergi tanpa mengatakan apa pun.

Kalea mengabaikan teriakan sang mama, juga menyingkirkan manajernya yang menghalangi jalan. Saat ini Kalea hanya ingin pergi, menenangkan hati dan pikirannya. Mencari cara untuk memperbaiki keadaan yang jelas mustahil untuk distabilkan.

“Semua ini gara-gara perempuan jalang itu!” geram Kalea seraya mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih dan kuku panjangnya yang terawat menusuk telapak tangan.

“Aku gak akan biarin kalian bahagia. Gak akan!” ujarnya dengan kepala menggeleng kuat dan sorot mata memancar kebencian, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia butuh pelampiasan untuk kehancuran yang dirinya dapatkan. Namun Kalea berjanji tak akan lemah hanya gara-gara ini.

Jika mantan suami bisa menghancurkannya, maka ia akan melakukan hal yang sama. Kalea tidak akan pernah membiarkan mereka bahagia di atas penderitaannya.

Kabar mengenai pernikahan Iris dan Agas jadi banyak di bicarakan di hampir semua media online mau pun cetak. Dan Kalea yang melihat itu di buat geram. Ia mengutuk siapa pun yang memberikan pertanyaan mengenai rencana pernikahan antara mereka. Dan sialnya kenapa juga Agas harus memberi tahu semua itu. Gara-gara kabar itu juga ia bertindak bodoh dengan melabrak Iris ke tempat kerjanya dan membuat pemberitaannya dengan Agas muncul.

Itu berawal dari ketidak sengajaan. Kalea tidak tahu ada wartawan yang mengikutinya dan merekam, sampai akhirnya ia didatangi salah satu media untuk mendapat kejelasan. Karena saking marah dan tidak bisa menerima Agas menikahi perempuan lain, Kalea membuka semua bukti pernikahannya dengan Agas dan menjadikan sosok Iris sebagai penghancur.

Awalnya ia senang sebab semua orang merasa simpati terhadapnya, terlebih begitu banyak penggemar Kalea di luaran sana. Membuat Kalea percaya diri bisa menyingkirkan Iris. Sayangnya, Kalea tidak memikirkan dampak dari semua ini. Agas yang dulu setengah mati mencintainya sudah beralih tidak menginginkannya. Berkali-kali ia mendapat penolakan Agas, seharusnya Kalea sudah tahu bahwa ia tidak akan menang. Tapi emosi menguasainya kala itu. Demi mendapatkan Agas kembali ia membuat kebohongan mengenai Iris.

Kalea awalnya berpikir bahwa Agas tidak akan setega itu terhadapnya, pria yang pernah menjadi suaminya itu tidak akan mungkin tega menghancurkannya. Namun lagi-lagi Kalea tidak menyadari bahwa kini Agas bahkan membencinya. Setelah perceraian itu Agas membuang jauh-jauh perasaannya. Tidak ada alasan untuk pria itu tidak yakin membuat Kalea hancur. Dan sekarang terbukti. Pria itu menghancurkannya, bahkan tanpa harus bersusah payah.

“Arghh, sial!” umpat Kalea seraya memukul kuat stir mobilnya yang kini sudah berhenti beberapa meter di depan rumah Agas, menyaksikan dengan geram bagaimana anaknya tertawa bermain bersama Iris dan Agas. Memperlihatkan kebahagiaan sebuah keluarga kecil yang sesungguhnya. Namun yang membuatnya sakit adalah, kenapa harus Iris yang ada di sana? Kenapa harus perempuan lain yang berada di antara anak dan pria yang dicintainya.

“Seharusnya aku yang ada di sana,” gumam Kalea pelan dengan air mata yang mengalir tanpa permisi.

“Seharusnya aku yang membuat kalian tertawa seperti itu. Bukan perempuan lain,” lirihnya menyeka kasar air mata di pipinya, lalu bergegas pergi meninggalkan pemandangan menyesakkan itu.

“Udahan mainnya, Than, Papa cape,” ucap Agas seraya menjatuhkan diri di lantai. Napasnya terengah, benar-benar merasa lelah setelah bermain bola dengan putranya yang curang karena bocah itu di bantu oleh Iris. Sementara dirinya sendirian dan selalu kebagian mengambil bola yang di tendang tak beraturan.

“Ah, Papa payah!”

“Maklumin lah, Than, Papa kamu kan udah tua,” kata Iris mengejek, lalu setelahnya tertawa bersama Ethan begitu mendapati delikan kesal dari Agas.

“Ck, dasar kalian … nyebelin!” dengus Agas kesal, menambah tawa dua orang beda usia itu. Setelahnya Agas bangkit dari duduknya dan melangkah masuk ke dalam rumah dengan niat membersihkan diri karena hari juga sudah beranjak sore. Namun sebelum benar-benar melewati ambang pintu, Agas kembali menoleh ke arah anak dan calon istrinya yang malah kembali menendang bola dari pada mengikutinya masuk.

“Papa mau makan di luar malam ini. Kalau mau ikut cepat mandi dan siap-siap.” Setelah itu barulah Agas benar-benar masuk ke dalam rumah. Tapi, ketika baru saja akan menaiki undakan tangga langkahnya kembali berhenti. Lebih tepatnya di hentikan oleh dua sosok yang berebut untuk naik lebih dulu, membuat Agas terdorong ke belakang dan berakhir di tinggal sendiri di bawah. Sedangkan dua orang menyebalkan yang sial kesayangannya itu sudah berhasil masuk ke dalam kamar.

Agas hanya mampu geleng kepala melihat tingkah anak dan calon istrinya. Iris, usianya saja yang sudah lebih dari angka dua puluh, kelakuannya tidak lepas dari bocah berusia lima tahun. Pecicilan, bar-bar dan kekanakan. Membuat Agas tak jarang merasa menjadi ayah dari dua orang anak yang sedang bandel-bandelnya. Namun meski begitu Agas tetap menyayangi dan mencintai keduanya. Lagi pula Iris tak selalu seperti itu, ada saat dimana gadis itu bersikap dewasa dan bijak. Hanya saja ya begitu, lebih banyak kekanakannya. Tapi tak apa, Agas tetap mencintai perempuan yang akan menjadi istrinya dalam waktu kurang dari dua minggu lagi. Dan sungguh, Agas tak sabar menanti hari besarnya itu.

***

See you next part!!

Kesayangan DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang