Bagian Delapan Belas

2.8K 187 4
                                    

Happy Reading !!!

***

“Mas gak ada niat ajak aku jalan-jalan gitu?” Iris melirik bosan pada sang kekasih yang malah fokus dengan tontonan di depannya. Sebuah tayangan berita yang malah membuat Iris semakin bosan berada di rumah.

“Jalan-jalan ke mana?” pria itu malah balik bertanya. Membuat Iris mendengus kesal.

Soal jalan-jalan Agas memang tidak sepeka itu. Tipe-tipe pria membosankan yang banyak perempuan benci. Sayangnya Iris terlanjur jatuh cinta, jadi mau-mau saja setiap pacaran di ajak ke rumahnya, main bersama Ethan. Atau justru malah duduk membosankan seperti ini. Jika pun harus ke luar, selalu Iris dan Ethan yang merengek. Menyenangkannya dengan pria itu hanya pada saat berciuman. Agas begitu ahli.

“Ke mana kek, Mas. Mall juga gak apa-apa,” Iris benar-benar merasa bosan berada di rumah. Sepi rasanya ketika tidak ada Ethan bersama mereka.

“Ada yang mau kamu beli?”

“Apa ke Mall harus selalu ada yang di beli?” dengus kesal Iris menatap tajam duda kesayangannya itu.

Agas tertawa geli melihat kekesalan calon istrinya, meraup wajah cantik Iris dengan kedua tangannya, lalu menghujani perempuan itu dengan kecupan-kecupan gemas di sepanjang wajahnya. Setelahnya satu gigitan penuh rasa gemas Agas berikan pada pipi berisi sang calon istri, setelah itu melepaskan Iris dan meminta perempuan itu untuk segera bersiap.

Kepergian Iris bersamaan dengan dering gawai Agas yang berbunyi, membuat pria itu mengerutkan kening, menatap layar ponsel yang tergeletak begitu saja di meja. Tidak sama sekali Agas berniat meraihnya. Memilih mengabaikan dan kembali fokus pada tayangan berita di depan. Sampai dering itu berhenti untuk beberapa saat dan kembali berdering tak lama setelah itu. Menghela pelan, Agas akhirnya meraih benda itu dan menggeser tombol hijau di layar.

“Ada apa?” tanya Agas langsung begitu gawainya ia dekatkan ke depan telinga.

Aku di apartemen. Sendiri. Bisa tolong ke sini? Sekalian belikan obat. Mama lagi gak ada. Manajerku juga sedang ada acara. Aku gak tau mau minta tolong ke siapa la--”

“Oke,” sela Agas cepat.

Aku kirim lewat chat resep obatnya, ya? Terima kasih,” ucap suara lemah itu.

Agas hanya menanggapi dengan deheman kecil lalu mematikan sambungan. Tak lama Iris kembali dari kamar, sudah rapi dengan dress sederhana sebatas lutut berwarna putih, rambut yang terurai, dan tas selempang kecil di pundaknya. Begitu manis dan cantik. Membuat perempuan itu terlihat lebih muda dari usianya.

Ya, walaupun nyatanya usia Iris memang masih muda. Berbeda dengan Agas yang sudah kepala tiga. Hal yang kadang membuat Agas tidak percaya diri setiap kali berjalan dengan perempuan itu. Agas berasa tua bersanding dengan Iris.

“Yuk!” Iris begitu semangat, senyumnya tersungging sempurna, menambah cantik wajah rupawan itu. Agas sampai terpesona dibuatnya. Tapi cepat-cepat menerima uluran tangan Iris, dan bangkit berdiri. Namun bukannya berjalan, Agas malah justru terdiam di sana, menatap Iris tanpa kedip. Membuat perempuan itu menaikan sebelah alis, menatap Agas bingung.

“Mas, ayo!” tegus Iris tak sabar.

“Kamu cantik banget,” puji Agas, menghentikan gerakan Iris yang berusaha menarik sang kekasih agar melangkah.

Menarik dagu Iris dengan perlahan, Agas menuntunnya agar menghadap, dan semburat kemerahan dapat jelas Agas tangkap di wajah cantik itu. Membuat senyumnya tertarik. “Makin cantik dengan pipi merona,” tambahnya.

Iris memalingkan kembali wajahnya ketika rasa panas itu semakin menerpa, dan dapat di pastikan bahwa kini pipinya sudah benar-benar merah padam. Sedangkan Agas semakin menarik kedua sudut bibirnya, begitu suka ketika melihat wajah malu-malu calon istrinya.

Kesayangan DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang