Bagian Sebelas

2.3K 212 8
                                    

Happy Reading !!!

***

“Terima kasih sudah datang,” ucap Agas begitu Kalea duduk di depannya.

“Gak masalah. Kebetulan aku juga lagi senggang,” senyum manis Kalea sunggingkan sebagai tanda bahwa dirinya tidak keberatan.

Kalea justru senang ketika mendapati pesan sebuah ajakan bertemu dari mantan suaminya itu. Dan Kalea tidak menyangka bahwa pria yang masih begitu dicintainya menunggu seorang diri. Padahal seingatnya, selama ini selalu ada Iris di samping laki-laki itu. Syukurnya sekarang perempuan itu tak ada, karena jujur saja, ia tidak begitu menyukai Iris. Alasannya jelas, karena ia merasa cemburu.

Kalea tidak rela mantan suaminya memiliki perempuan lain, sebab rasanya terhadap Agas belum pudar hingga saat ini. Dan Kalea berharap bahwa dirinya bisa kembali membina pernikahan dengan pria itu. Semua mimpinya dalam dunia hiburan sudah ia capai. Sekarang impiannya bersama Agas yang ingin Kalea gapai.

Agas hanya mengangguk menanggapi jawaban mantan istrinya. Tidak sedikit pun senyum ia lemparkan, dan wajah datarnya tidak sama sekali mengeluarkan ekspresi lain. Bagaimanapun baiknya hubungan mereka beberapa bulan belakangan ini, bukan berarti luka lalu sudah ia lupakan. Agas masih merasa kecewa terhadap Kalea yang memilih mimpi menjadi bintang dari pada suami dan anaknya ketika itu.

Agas bukan sosok yang berlapang hati mengenai hal yang dirinya cintai. Ia senang Kalea bisa meraih mimpi dan cita-citanya, tapi ia tidak rela Kalea berperan di depan layar dengan orang-orang yang menjadi pasangan mainnya. Agas adalah sosok yang egois, ia tidak pernah mau membiarkan miliknya di sentuh orang lain. Terlebih Kalea yang ketika itu menjadi istrinya, ibu dari anaknya.

Sejujurnya Agas tidak begitu membatasi Kalea sejak awal. Namun ketika ambisi perempuan itu menjadi seorang bintang semakin tinggi, Agas mulai hilang kesabaran. Ia tidak lagi bisa memaklumi terlebih sang istri berani menelantarkan anaknya sendiri demi sebuah pemotretan. Sampai akhirnya pilihan Agas berikan antara pernikahan dan cita-cita jadi seorang bintang. Dan Kalea memutuskan untuk melepaskan pernikahannya. Hal yang membuat Agas hancur kala itu.

Perempuan yang mati-matian dirinya cintai dengan mudahnya melepaskan hanya demi sebuah kepopuleran.

Benar-benar mengecewakan.

Ketika dua bulan lalu Kalea memohon dipertemukan dengan putranya, jujur saja Agas enggan memberi mantan istrinya kesempatan. Tapi nyatanya Agas tidak setega itu, ia tidak sekejam itu. Terlebih ada nasihat dari orang tuanya untuk tidak memisahkan anak dari ibunya. Pada akhirnya Agas setuju, memberi ruang kepada Kalea dan Ethan. Tapi bukan berarti dirinya melupakan kekecewaan terhadap sosok itu. Agas masih benar-benar kecewa, tapi berusaha mengikhlaskan.

Semua yang sudah terjadi berusaha dirinya terima. Meskipun selalu ada kekesalan setiap kali melihat wajah cantik Kalea. Bukan apa-apa, hanya saja bayangan dimana perempuan itu memilih melepaskannya demi sebuah pekerjaan membuat Agas merasa terhina. Tapi sekarang ia tidak lagi seemosi itu, karena sosok Iris berhasil mengalihkannya.

Perempuan muda itu membuatnya tertarik di pertemuan pertama. Bukan karena kelembutan dan kecantikannya, melainkan karena makiannya yang terbilang berani.

Agas tidak pernah mendapat amukan dari kedua orang tuanya ketika meninggalkan anaknya demi pekerjaan. Tapi sosok asing itu malah justru berani mengatainya, mengumpatinya, dan menceramahinya panjang lebar mengenai ketidak pantasannya menjadi orang tua.

Iris benar-benar gadis yang menakjubkan, dan Agas suka. Selama satu tahun belakangan juga ia merasa hidupnya lebih berwarna setelah perpisahannya dengan Kalea hampir lima tahun ini.

“Ethan gak di ajak?” pertanyaan Kalea menarik Agas dari ingatan mengenai sang kekasih. Membuatnya mendongak, menatap mantan istrinya lamat-lamat.

Agas akui Kalea semakin cantik dari beberapa tahun lalu, namun kecantikan itu sama sekali tidak membuatnya tertarik. Di mata Agas, Kalea terlihat biasa saja walau aura yang perempuan itu pancarkan begitu memukau.

“Ethan di kantornya Radhika,” jawabnya singkat.

“Kamu titipin? Kenapa gak di ajak aja?” heran Kalea dengan kening berkerut cukup dalam.

“Dia minta di antar ketemu Iris. Mungkin nanti mereka nyusul ke sini,” katanya terlihat santai. Berbeda dengan Kalea yang merubah ekspresi jadi tak suka. Namun sepertinya Agas tidak menghiraukan itu. Ia tidak peduli Kalea suka atau tidak pada Iris. Yang jelas ia dan Ethan begitu menyukai Iris.

“Aku mengajak kamu bertemu ingin minta tolong sesuatu,” Agas langsung mengutarakan maksudnya karena ia jelas tidak ingin berlama-lama berdua dengan perempuan itu. Selain karena takut Iris salah paham, Agas juga tidak ingin ada media yang menemukan keberadaan Kalea dan memergoki dirinya. Agas enggan menjadi sorotan, apalagi di tanya-tanya mengenai kedekatannya dengan si artis.

“Apa jadwal kamu minggu ini senggang?” tanya Agas lebih dulu.

“Aku cukup senggang untuk beberapa minggu ke depan. Kenapa?”

“Aku mau titip Ethan untuk beberapa hari. Mama sama Papa sedang pergi ke luar negeri untuk satu pekan ini. Aku akan ke luar kota, bertemu keluarga Iris. Tadinya Iris minta agar aku mengajak Ethan, tapi aku gak bisa. Ethan belum terbiasa dengan perjalanan jauh. Maka dari itu aku menghubungimu. Apa kamu tidak keberatan?”

Kalea tak lantas menjawab, perempuan itu menatap Agas dengan sorot rumit. Tidak menyangka bahwa ia sudah terlambat begitu jauh. Agas yang berusaha ingin kembali dirinya raih, sudah menunjukkan tanda-tanda akan kembali melangkah ke pelaminan, dan itu bukan bersama dengannya, melainkan perempuan lain yang belum lama hadir. Jujur, Kalea tidak suka dan ia tidak rela jika Agas benar-benar menikah dengan Iris.

“Kalau memang kamu tidak bisa, tidak masalah, biar Ethan aku ajak sekalian,” tambah Agas ketika beberapa menit berlalu dan tidak juga mendapat jawaban dari mantan istrinya itu.

“Apa kamu akan menikah?” tanya itu yang justru meluncur dari mulut Kalea. Dan tanpa ragu Agas mengangguk, membenarkan tanya yang mantan istrinya lontarkan. Ia memang akan menikahi Iris dalam waktu dekat ini.

“Agas--"

“Papa!” teriakan itu menghentikan kalimat Kalea. Membuat perempuan itu menoleh ke arah suara dan mendapati sosok sang putra berlari menghampiri meja yang didudukinya. Namun bukan itu yang menjadi pandangan Kalea, melainkan sosok yang berjalan tergesa di belakang anaknya. Perempuan itu terlihat menggerutu hingga sosoknya duduk di samping Agas masih dengan gerutuan mengenai kekesalannya pada Ethan yang kini duduk di pangkuan ayahnya. Bocah itu hanya tertawa-tawa mendengar omelan Iris. Sementara Agas terlihat menarik senyumnya seraya mengulurkan tangan mengusak gemas rambut perempuan di sampingnya dan menyeka keringat di pelipis Iris. Terlihat begitu manis, namun menyesakkan untuk Kalea yang menyaksikan.

***

See you next part!!


Kesayangan DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang