Bagian Dua Puluh Tujuh

1.4K 194 12
                                    

Happy Reading !!!

***

“Bagus! Kamu malah lebih sayang ibu tirimu itu dari pada mama kandung kamu sendiri, Ethan! Kenapa … kenapa malah kamu yang seperti ini? Kenapa malah kamu yang berbaring tak berdaya seperti ini? Kenapa?”

Setetes air mata yang terjatuh dari sudut matanya, segera Kalea seka dengan tatapan tak lepas dari sosok bocah yang tertidur di pembaringannya. Tangannya terulur berusaha menyentuh wajah pucat putranya, namun segera di tariknya kembali. Kalea merasa tak sanggup, dan ia benar-benar merasa bersalah pada sang putra. Karena ulahnya, Ethan berbaring sekarang, karena dendamnya ia membuat putranya celaka, dan karena sakit hatinya ia membuat putranya terluka. Kalea mengakui bahwa dirinya memang bukan ibu yang baik.

“Seharusnya kamu tidak berlari ke tengah jalan. Seharusnya kamu tetap diam dan biarkan Mama menabrak perempuan itu. Biarkan Mama membuat kekasih Papa-mu itu mati, supaya kita bisa berkumpul tanpa sebuah halangan. Biar Mama yang ada di samping kamu dan Papa, bukan perempuan itu. Tapi … kenapa kamu malah melindunginya? Kenapa, Ethan? Apa sesayang itu kamu kepada calon ibu tirimu? Apa secinta itu kamu terhadap perempuan yang merebut kamu dan Papa dari Mama? Aku ibu kandung kamu, Ethan. Aku … bukan dia.”

Isak yang semula Kalea berusaha tahan, kini tak lagi bisa dirinya cegah. Air matanya sudah benar-benar luruh sepenuhnya, membasahi pipinya yang tirus dan polos. Tidak ada lagi make up yang menempel seperti biasanya. Kini Kalea tidak memedulikan penampilannya, ia benar-benar merasa hancur. Bukan hanya karier yang susah payah diraihnya, tapi juga hidupnya kini hancur sebab sang buah hati terimbas karena kejahatan dan keegoisannya.

“Maafin Mama, Nak, Maaf.” Sesal Kalea tergugu di samping pembaringan Ethan.

Selama tiga minggu Ethan di rawat. Kalea tidak hentinya mengunjungi, namun baru kali ini ia bisa masuk dan melihat anaknya dari jarak dekat karena tidak ada satu pun orang di sana. Iris yang selalu setia berada di samping Ethan keluar beberapa menit lalu karena ada salah satu suster yang memanggil. Jadilah Kalea menggunakan kesempatan itu untuk masuk dan meminta maaf pada sang putra.

Merasa sudah cukup lama dirinya di sana, Kalea segera menyeka air matanya dan kembali memakai masker yang tiga minggu ini setia ia gunakan demi tidak di sadari orang-orang. Kalea bergegas pergi sebelum Iris kembali dan memergoki keberadaannya. Namun baru saja pintu dirinya buka, sosok Agas dan juga Iris sudah berdiri di sana, menghalangi jalannya keluar. Membuat Kalea cepat-cepat menundukkan kepala dengan rasa gugup yang mendera.

“Mbak Kalea?” suara Iris mengalun pelan, terdengar tak yakin.

“Kamu ngapain di sini?” dan pertanyaan itu Agas yang melontarkannya. Nada suaranya terdengar dingin dan menakutkan. Membuat Kalea tanpa sadar merinding karenanya.

Mengumpulkan keberanian, Kalea lalu mendongakkan kepala dan menatap dua sosok di depannya dengan raut tajam. “Menjenguk Ethan, kenapa?”

“Untuk apa?”

Mata Kalea sontak memicing, menatap Agas tersinggung. “Untuk apa? Ethan anak aku, Agas! Apa tidak boleh aku menjenguk anakku sendiri? Keterlaluan kamu, Agas. Keterlaluan! Aku ibu kandungnya, kalau-kalau kamu lupa!” ujarnya murka seraya melayangkan pukulan pada dada Agas yang berada di depannya, namun dengan cepat Agas menahan kedua tangan mantan istrinya itu, hingga pukulan Kalea tertahan di udara.

“Anak kamu?” kata Agas terdengar memastikan. “Tidak ada ibu kandung yang mencelakai anaknya sendiri. Jika pun ada, dia adalah ibu kandung yang gila. Dan kamu … kamu orang tua gila itu, Kalea. Kamu!” sentak Agas penuh emosi, membuat beberapa suster yang melintas segera menghentikan langkah, dan orang tua Agas yang baru saja datang pun berlari menghampiri, lengkap dengan kedua orang tua Iris yang datang menjenguk sejak tiga hari lalu.

“Kamu tega mencelakai anak kamu sendiri, Kalea. Ibu macam apa kamu, hah? Ibu macam apa yang nyaris membunuh anaknya sendiri? Ibu macam apa kamu, Kalea … ibu macam apa?!” teriak marah Agas. membuat orang-orang di sana mundur ketakutan. Tak terkecuali Kalea yang menjadi objek amukan pria dewasa ini.

“Aku tidak berniat mencelakainya, Agas. Tidak!”

“Memang, tapi kamu berusaha membunuh Iris, iya ‘kan? Kamu si penabrak malam itu. Iya kan Kalea?” suara Agas mulai melemah, tatapannya tajam tertuju pada Kalea yang kembali menunduk. Dan gurat luka juga kecewa begitu jelas nampak di sana. “Kenapa … kenapa kamu lakuin ini sama aku, Kal … kenapa? Tidak cukupkah perceraian itu yang membuat aku hancur? Kenapa sekarang kamu kembali ingin merenggut kebahagiaanku?”

“Karena aku tidak suka kamu berbahagia dengan perempuan lain, Agas. Berapa kali aku bilang jika aku masih mencintai kamu? Berapa kali aku meminta kamu untuk kembali memperbaiki pernikahan kita yang retak? Berapa kali aku meminta maaf? Aku … aku hanya ingin kembali, Gas. Aku hanya ingin kembali menjadi istri kamu, membangun rumah tangga yang dulu kita dambakan. Aku hanya ingin kembali bersama kamu, Agas. Tapi … kenapa kamu malah bersamanya? Kenapa kamu malah memilih dia dari pada aku? Jelas-jelas ada Ethan diantara kita.”

“Lalu apa hubungannya? Kamu jelas tidak lupa bukan siapa yang lima tahun lalu memilih melepaskan kami demi film sialan itu? Kamu Kalea. Kamu! Andai dulu kamu tidak begitu bertekad untuk menjadi bintang. Andai dulu kamu tidak berambisi menjadi terkenal. Andai dulu kamu melepaskan karier kamu itu … semuanya tidak akan jadi seperti ini. Aku tidak akan terluka, aku tidak akan hancur. Ethan tidak akan terlantar, dan Iris tidak akan hadir. Sayangnya kamu terlalu egois, Kalea. Maka nikmat lah buah dari semua keegoisan kamu itu,” Agas menggeser posisinya untuk mempersilahkan beberapa orang polisi menangkap Kalea.

“Berikan hukuman seberat-beratnya pada penjahat itu, Pak,” kata Agas dengan sorot begitu tajam.

“Kamu tidak bisa melakukan ini kepadaku, Agas!”

“Kenapa tidak? Kamu dalang dari tabrak lari yang nyaris menewaskan Ethan. Kamu sudah membuat isu yang tidak-tidak tentang Iris. Kamu mencemarkan nama baikku dan Iris. Kamu juga merencanakan pembunuhan terhadap Iris. Jangan pikir aku bisa bermurah hati untuk apa yang sudah kamu perbuat, Kalea. Aku tidak sebaik itu!” tekan Agas di akhir kalimatnya, lalu menganggukkan kepala singkat, mempersilahkan para polisi itu membawa Kalea. Sementara dirinya langsung meraih sang calon istri ke dalam pelukan. Agas butuh kekuatan untuk semua yang sudah terjadi. Ia lelah, bukan hanya fisik, tapi juga hatinya.

Agas sadar tindakan yang Kalea ambil beralasan karena dirinya, tapi apa ia salah memilih Iris dari pada mantan istrinya itu? Apa Agas sudah mengambil keputusan yang salah karena mencintai Iris? Tidak. Agas tidak merasa perasaannya salah. Ia tidak merasa apa yang dilakukannya salah. Karena jelas semua kekacauan ini bermula dari obsesi Kalea menjadi seorang bintang. Perempuan itu lebih memilih karier dari pada anak dan suaminya. Jadi, bolehkah Agas kecewa? Bolehkan ia benci pada sosok yang dulu pernah begitu dirinya cintai?

***

Cung yang kesal dan nangis?

Kesayangan DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang