Bagian Dua Puluh Delapan

3.2K 233 4
                                    

Happy Reading !!!

***

Setelah satu bulan menunggu, akhirnya Ethan bangun dari tidur panjangnya meski dalam keadaan ingatan yang hilang. Namun setidaknya itu sudah membuat mereka semua bahagia, terlebih Iris dan Agas yang paling terpukul dengan kejadian penabrakan satu bulan lalu.

Kalea sendiri sudah mendekam dalam penjara sejak hari itu. Orang tuanya sempat mendatangi Agas untuk memberi keringanan pada sang putri, sayangnya Agas enggan mengabulkan. Kalea dibiarkan menjalani hukuman selama yang sudah ditetapkan. Dan menurut Agas bahkan itu belum seberapa di bandingkan nyawa anaknya yang nyaris hilang.

Kejam. Agas tidak peduli dengan itu. Toh, nyatanya apa yang Kalea lakukan lebih kejam, hanya karena alasan penolakan yang Agas berikan. Itu pun karena keegoisan perempuan itu sendiri. Jadi biarkan saja Kalea menikmati buah dari perbuatannya. Agas tidak ingin lagi memiliki urusan.

“Kapan aku pulang?” pertanyaan itu sudah berulang kali Ethan layangkan. Bocah itu sudah benar-benar merasa bosan berada di rumah sakit nyaris dua bulan ini. Namun dokter belum mengizinkan karena kondisi Ethan yang masih butuh penanganan. Cedera di kepala Ethan yang lebih mendapat perhatian sekarang karena luka-lukanya sudah sepenuhnya mengering. Dan karena terlalu lama berbaring, Ethan juga harus melakukan terapi untuk merilekskan sendi-sendinya yang kaku dan lemah. Jadilah mau tidak mau Ethan harus berada lebih lama di rumah sakit.

“Gak akan lama lagi kok, sayang. Dokter bilang keadaan Ethan sudah mendingan, paling cuma butuh dua atau tiga hari lagi untuk pulang. Sabar, ya, Nak,” jawab Iris begitu lembut. Duduk di samping Ethan yang kini sedang menikmati buah apel yang sudah Iris kupas dan potong-potong agar memudahkan bocah itu memakannya.

“Mama, kenapa Ethan bisa seperti ini?” tanya bocah itu seraya melihat bekas-bekas lukanya yang mengering.

“Itu karena kamu gak hati-hati waktu menyeberang jalan.” Agas yang memberikan jawaban itu, sementara Iris justru menunduk. Masih saja merasa bersalah untuk kejadian tempo lalu. Meskipun sudah berusaha menerima dan tidak menyalahkan diri sendiri seperti apa yang Agas dan mertuanya katakan, tetap saja Iris tidak bisa. Iris merasa bahwa ini tidak akan terjadi jika saja dirinya bisa melindungi bocah itu.

Sayangnya waktu tidak bisa di putar kembali dan ia tidak bisa menggantikan posisi Ethan beberapa waktu belakangan ini. Sekarang, Iris hanya bisa berjanji untuk tidak membiarkan bocah itu kembali mengalami hal yang sama. Iris berjanji tidak akan membiarkan siapa pun melukai dan menyakiti Ethan. Dia anaknya, meski bukan lahir dari rahimnya.

Sekembalinya Ethan dari rumah sakit, rencana pernikahan yang sempat tertunda kembali dilanjutkan, dan sejak dua hari yang lalu Iris sudah berada di kampung halamannya bersama Ethan yang memilih tinggal dari pada harus ikut pulang dengan sang papa. Memang, Agas hanya mengantarkan calon istrinya saja sebelum ia dan keluarga kembali datang untuk melangsungkan ijab kabul yang sempat batal.

Acara kembali mengikuti kesepakatan awal dimana ijab kabul akan berlangsung di kediaman Iris dan resepsi tetap di selenggarakan di hotel milik teman Agas. Yang pastinya acara akan berlangsung meriah, karena meskipun Agas pernah melangsungkan pernikahan, tidak bagi Iris. Ini pertama, dan diharap akan selamanya bagi Iris.

Dan, ketika hari besar itu datang, Iris benar-benar merasa gugup setengah mati. Tak jauh berbeda dengan Agas yang meskipun pernah berada di situasi seperti ini, rasanya amat berbeda dengan debaran jantung yang lebih menggila. Agas benar-benar seperti baru pertama kali. Meski begitu, bahagia benar-benar terpancar dari wajahnya. Apalagi ketika kata sah menggema di sepenjuru ruang tamu rumah Iris yang tak begitu luas.

Agas benar-benar merasa dunianya begitu berwarna, kebahagiaannya begitu sempurna sampai tak sadar ia menarik Iris ke dalam pelukannya, hingga sorakan dari tamu undangan membuatnya sadar bahwa di dunia bukan hanya mereka berdua.

Dua hari setelah ijab kabul terlaksana, Agas membawa Iris ke kota untuk melangsungkan resepsi pernikahan. Keluarga dan tetangga dekat Iris ikut serta meramaikan acara yang telah di siapkan. Dan para karyawan Agas tidak ketinggalan hadir memberi selamat untuk kedua mempelai begitu pula Radhika dan beberapa orang teman Iris di kantor tempatnya bekerja kemarin.

Kebahagiaan hari ini bukan hanya milik kedua mempelai karena nyatanya semua orang yang hadir turut bahagia terlebih keluarga. Hanya satu orang yang menangis menyaksikan pernikahan Iris dan Agas. Kalea. Sosok itu tak hentinya menitikan air mata sepanjang acara berlangsung yang ditontontnya lewat siaran di televisi yang ada di kantor polisi.

Sesal itu sudah Kalea rasakan sejak hari pertama dirinya masuk tahanan, namun tetap saja itu tidak mampu mengubah apa pun. Ia tetap menjadi tersangka yang sudah menghancurkan kebahagiaan orang, bahkan kebahagiaannya sendiri.

Andai ia puas dengan pencapaiannya menjadi seorang artis dan model. Andai ia tidak lagi berusaha meraih Agas setelah dirinya campakkan. Andai ia bisa menekan perasaannya untuk tetap tinggal tanpa berontak di keluarkan, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Mungkin ia masih menikmati pencapaiannya di dunia hiburan. Mungkin ia masih menjadi sosok yang dicintai banyak orang. Ia masih bisa menemui anaknya, bermain dengan Ethan yang menggemaskan dan masih dapat menatap Agas walau dari kejauhan.

Sayangnya, semua sudah terlanjur dihancurkan, dan untuk mengembalikannya tidak semudah membalik telapak tangan. Semua hancur karena ulahnya. Semua kacau karena keegoisannya dan semua hilang karena keserakahannya.

“Aku memang begitu jahat. Maaf … maafkan aku Agas. Maafkan aku.”

Tangis Kalea terdengar begitu pilu, membuat siapa saja yang mendengar pasti akan merasakan kesedihannya, dan ingin merengkuh sosoknya. Sayangnya Kalea tidak memiliki satu pun orang di dekatnya. Orang-orang yang dulu dekat dengan kumpulan bernama sahabat satu per satu undur diri, menjauh sembari memberinya tatapan jijik. Membuat Kalea kini sendiri, bersandar pada tembok dingin yang semakin membuatnya terlihat menyedihkan. Malang. Begitu malang nasibnya sekarang.

***

Serakah memang selalu rugi.
Iya 'kan? Kayak upin ipin.

Btw guys, Bab selanjutnya hingga benar2 end gak aku up disini ya. Kalian bisa baca lengkap di Karyakarsa. Atau bisa juga beli ebooknya di google play book.

Link ebook ada di Bio ...

Kesayangan DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang