Sembilan Belas

4.7K 1K 275
                                    

Selamat malam minggu 😘

Setelah Costa ikut permisi, Attar mengajak Aretha pindah ke halaman belakang. Mereka duduk di kursi santai yang menghadap ke greenhouse kecil milik orang tua Costa. 

Pandangan Aretha menerawang. Tubuhnya limbung tak terkira. Pikirannya bercabang-cabang bak ranting kayu. Ia baru mulai mencari jati dirinya di usia yang sudah terlambat. Dan kini, fase quarter life crisis mencekik lehernya. Masa depannya terombang-ambing tanpa kejelasan, buah dari ketidakmauannya menentukan tujuan.

Ia mengakui dirinya mantan mahasiswa yang disebutkan Yanuar, berkuliah hanya demi nilai seadanya. Ia tak punya pandangan hidup yang jelas, tak punya career plan, tak punya masa depan.

Skill apa yang ia punya? Programming? Ah, semua orang juga bisa.

Rebahan? Sepertinya begitu.

"Di rumah ada perpustakaan pribadi, Re, di samping ruangan kerja Papa," kata Attar membuka pembicaraan, sembari mereka-reka dari sisi mana ia harus 'memoles' Aretha terlebih dahulu. Ia gemas setengah mati pada gadis itu. "Di waktu luang kamu bisa baca aneka buku di sana. Ada pengembangan diri, filsafat, psikologi sosial, hukum, buku-buku kedokteran. Novel dan komik juga ada, tapi nggak banyak." 

"Di rumah Om Robert juga ada banyak buku. Aku cuma baca satu, sih, dikit aja," sahut Aretha seraya menggosok ujung hidungnya dengan malas. "Ngomong-ngomong, Tante Martha pernah bilang kalau Om Bima itu kembar."

"Iya, Papa memang punya saudara kembar. Namanya Om Rama, beliau ada di Yogyakarta."

"Kenapa nama Om Robert berbeda? Maksudku—"

"Bukan nama Sansekerta, ya?" Attar tersenyum kecil. "Dulu, sewaktu Om Robert lahir, kakek ngefans berat sama Robert De Niro. Makanya, nama Om Robert itu beda sendiri."

"Oh, pantes." Aretha ikut tersenyum kecil. Ada-ada saja!

"Jadi di rumah Om Robert kamu baca buku apa?" Attar kembali ke topik sebelumnya.

"Umm ... Sobotta Atlas of Human Anatomy."

"Wah, itu sih, kitab sucinya mahasiswa kedokteran. Ada yang kamu ingat dari Sobotta? Keterangan salah satu bagian tubuh, mungkin?" tanya Attar penasaran ingin menguji daya ingat Aretha yang katanya seperti gajah itu. Meskipun demikian, ia tidak berharap banyak.

"Yang aku ingat, pembentukan septum jantung pada embrio dimulai akhir minggu keempat dan berlangsung sekitar tiga minggu. Pada saat itu, embrio sudah tumbuh sekitar 5 hingga 17 mm. Melalui pembentukan berbagai septum, tabung jantung menjadi dua tabung yang terpisah. Hasilnya adalah satu jalur aliran kiri dan satu jalur aliran kanan. Pemisahan definitif kedua sirkuit aliran darah tersebut baru sempurna pada saat lahir karena penutupan Foramen ovale ketika paru-paru bayi sudah mulai memberikan oksigen ke darah arteri."

"Ada lagi?"

Aretha berpikir sejenak. "Organa urinaria meliputi sebuah daerah yang luas dari abdomen sampai ke pelvis. Karena organ-organ ini secara ontogenetis sangat dekat berhubungan dengan Organa genitalia, keduanya sering dirangkum menjadi Organa urogenitalia. Meskipun demikian, karena alasan didaktis, kedua sistem berikut dibicarakan secara terpisah."

"Wow!" Attar terkesima beberapa detik, tak menyangka Aretha mampu mengingat penggalan isi buku dalam satu kali baca. "Daya ingatmu bagus banget lho, Re."

"Apaan, Mas, biasa aja, kok." Aretha berdecak. "Semua orang juga bisa."

"Dan apa kamu ngerti dengan apa yang kamu jabarkan barusan?" tukas Attar tak sabar.

"Enggak juga, mungkin ... dikit." Aretha nyengir lebar. "Itu bukan bidangku, kan?"

"Beneran, daya ingatmu bagus. Tapi ... " Attar menatap Aretha lekat, antara gemas dan frustrasi. "Aku nggak ngerti selama ini kamu ngapain aja. Sekarang gini, Re, setelah ngomong panjang kali lebar sama Mas Yan, kamu masih mau rebahan?"

Imperfect Romeo (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang