Sebelas

5.2K 1K 207
                                    

Selamat malam, Genks 😘😘

Menjelang jam makan siang, IGD kedatangan seorang pasien yang didorong dengan kursi roda. Laki-laki itu ditemani oleh seorang pria parlente berpenampilan apik. Tak lama kemudian, datang dua mobil ambulan meraung-raung silih berganti. Kabarnya ada korban kecelakaan lalu lintas yang butuh pertolongan medis. Tempat yang tadinya sepi itu mendadak berubah ramai dan gaduh.

"Makanya, jangan bilang sepi," celetuk seorang perawat kepada mahasiswa koas. Sudah menjadi mitos tak tertulis bahwa kata 'sepi' menjadi pantangan bagi para petugas jaga di IGD. Biasanya, tidak lama setelah mengucapkan kata keramat tersebut, tempat itu terisi penuh oleh pasien sampai-sampai mereka kewalahan.

"Sakit sekali, Dok!" rintih laki-laki itu saat Attar meraba perutnya. Bagian sebelah kanan atas perutnya tampak bengkak dan memar. Dari hasil pemeriksaan sementara, ia curiga pasiennya mengalami patah tulang iga.

Laki-laki itu menitikkan air mata. Padahal, Attar hanya menyentuhnya sedikit saja. Jauh lebih baik daripada kebanyakan orang yang lebih memilih pergi ke tukang pijat bila mengalami patah tulang. Attar tak bisa membayangkan jerit kesakitan pasien saat dipijat. Ia sendiri belum pernah mengalami patah tulang, tetapi dari pengakuan pasiennya, mereka merasakan nyeri yang tajam pada daerah fraktur. Ada juga yang tidak merasakan sakit, meski kondisi tersebut boleh dihitung dengan jari.

"Coba Bapak tarik napas panjang, sakit tidak?"

Laki-laki itu menuruti perintah Attar, tetapi kemudian mengaduh nyaring. Napasnya pendek-pendek. Rasa nyeri yang hebat itu sangat menyiksa.

"Sepertinya ada fraktur pada tulang rusuk. Bapak terjatuh? Atau kecelakaan?" Attar berusaha mengajak laki-laki itu bicara sambil memberi kode pada perawat untuk kembali menyiapkan kursi roda.

"Dianiaya, Dok. Ada perempuan bar-bar di kantor saya."

"Oh, ya? Wah, kasihan sekali. Pasti sakit banget, ya, Pak?" Attar geleng-geleng kepala dalam hati, membayangkan sekuat apa perempuan itu menghajar pasiennya. Padahal postur tubuh laki-laki itu lumayan padat dan gempal.

"Banget, Dok." Laki-laki itu lagi-lagi merintih, lantas berbisik-bisik pada rekannya. Tak lama setelah itu, rekannya pun pergi, mungkin untuk mengurus administrasi atau ada keperluan lain.

Attar tersenyum tipis. berusaha untuk tidak memandang tangisan laki-laki itu secara seksis karena terlepas dari apa pun jenis kelaminnya, setiap orang berhak menangis. Meskipun nanti, ada saja kelakukan pasien yang ia bahas bersama rekan-rekannya setelah tugas jaga berakhir, hitung-hitung sebagai hiburan di balik layar.

"Untuk lebih memastikan hasilnya, kita rontgen dulu, ya, Pak." Attar meminta perawat mendorong kursi roda pasien tersebut menuju bagian radiologi.

"Kira-kira butuh waktu berapa lama untuk sembuh, Dok?"

"Nggak lama, kok, Pak. Sekitar satu sampai dua bulan."

"Nggak harus dioperasi, kan, Dok?"

"Tergantung derajat keparahannya, Pak." Fraktur tulang iga adalah kasus yang lumayan umum, disebabkan oleh pukulan, benturan, jatuh, kecelakaan, cidera saat berolahraga dan biasanya bisa sembuh sendiri. Namun, fraktur tulang iga dapat menyebabkan kondisi yang serius bila ujung patahan mengancam pembuluh darah maupun organ-organ yang dilindunginya, seperti paru-paru, jantung, hati, ginjal dan limpa. Bila kondisi yang diderita pasien serius dan membahayakan, maka dokter akan melakukan operasi.

Selang setengah jam kemudian, spesialis radiologi menjelaskan, pasien tersebut mengalami patah tulang iga di ruas depan paling bawah, sedangkan satu ruas di atasnya retak.

***

"Tumben lo pulang?" tegur Ronald ketika tugas jaga mereka sama-sama berakhir. Ronald ikut dengan mobil Attar karena searah dengan apartemennya.

Imperfect Romeo (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang