chapter 13

13K 1.1K 8
                                    

"Killa" Panggil seorang pria, killa menoleh dan melihat arsya yang berniat menghampiri nya yang saat ini duduk di sofa, killa saat ini sedang duduk didepan TV

"Sky" Panggil nya lagi sambil memeluk killa manja, killa sudah hapal dengan prilaku rendra, jika dia sudah memanggilnya dengan nama sky itu artinya pria itu sedang ingin bermanja-manja.

"Rendra kenapa? " Tanya killa saat arsya. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher nya.

"Cincin pernikahan kamu mana? " Tanya pria itu.
"Ada, kenapa memangnya? "

"Pakai yah, mulai sekarang pakai oke" Ujar pria itu lagi
"Kenapa tiba tiba harus aku pakai? " Tanya killa heran
"Kenapa? Kamu gak mau pakai cincin itu, kamu mau buat orang lain salah paham dan ngira kamu single? Kamu mau cari cowok lain kan? " Tuduh pria itu, killa dibuat kicep, 'yaampun mulai lagi deh posesif nya'

"Rendra kok ngomong nya gitu, Rendra ngeraguin killa? " Tanya killa lembut

"Rendra yang ngeraguin sky kok, maafin Rendra yah, Rendra cuma gak suka aja kalo ada pria lain yang natap sky kayak sky itu mangsa mereka, rasanya Rendra pengen colok mata mereka biar gak liat sky lagi"
Killa terkekeh

"Baiklah killa bakal pakai kalo itu keinginan Rendra, killa gak mau nanti banyak orang yang buta mendadak gara-gara kamu"

"Tapi kalo ada yang curiga gimana? " Tanya killa  lagi
"Gapapa, bilang aja kita udah tunangan, lagian sekolah itu punya keluarga nya Brian kok"

'Tunggu Brian? Kok aku bàru tahu yah? '

"Benarkah? Tapi bukannya kamu bilang setatus hubungan kita itu sepupu, lalu jika sekolah itu milik keluarga Brian apa hubungannya dengan kita?"

"Kamu lupa ya sayang? Brian kan sepupu aku, ayah nya Brian itu adik papa aku"

Loh loh kok jadi kayak gini? Emang diceritain yah di novel nya kalo Brian dan arsya itu sepupu?
"Dan otomatis Brian tau kalo kita udah nikah, orang dia datang jadi saksi" Lanjut pria itu membuat killa semakin shok

'Kenapa di novel aslinya gak diceritain secara detail sih, yaampun banyak banget kejutan yang belum aku ketahui. "

***

"Raisa kamu yakin dengan keputusan kamu? " Tanya seorang wanita paruh baya menatap raisa lembut

Dia adalah bibi nya raisa.
"Aku yakin bibi, aku akan pergi bersama adikku untuk tinggal bersama dia"

"Dengan berbohong dengan semua orang" Tanya nya lagi
"Bibi aku tak punya siapa siapa lagi disini, bukannya lebih baik aku pergi dengan papah"

"Bagaimana dengan pria itu"

"Perlahan lahan dia akan menerima bahwa aku sudah tiada bibi" Ujar raisa meyakinkan

"Baiklah jika itu memang keputusan mu, papah mu sudah mengurus kematian mu, mereka telah menganggap kamu telah tiada karena mengidap penyakit leukemia"

"Terimakasih bibi, aku sangat berhutang pada mu, setelah ibu tiada kamu lah satu satunya orang yang mau mengurus kami"

"Sama sama, kamu tak perlu berterima kasih begitu, ibu mu adalah kaka ku, sudah seharusnya aku menggantikan nya"

"Jaga kesehatan mu disana nanti dan sampaikan salam ku pada kak Bram"
"Iya bibi, aku akan sampaikan salam mu pada papa nanti"

Tak lama suara klakson mobil terdengar "sepertinya papa mu sudah datang"
"Iya sepertinya begitu"
"Cepat panggil iqbal sana, "

Figuran Polos [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang