Tujuh

1K 68 0
                                        

Kanaya mengendarai motornya dengan sedikit terburu buru takut Anggita kelamaan untuk menunggunya. Jalanan yang sedikit lengang membuatnya untuk menambahi kecepatan laju motornya.

Ciiiiitttt.... dooor...!!! braaakkk...!!!
Motor yang dikendarai Kanaya menabrak mobil yang tiba-tiba saja berhenti dan membuat Kanaya kelimpungan tidak bisa mengendalikan laju motornya. Padahal ia sudah berusaha mengerem motornya, namun na'as... ia tetap saja menabrak bagian belakang mobil itu.

"Aaaa... aaawwwhhh..." ringis Kanaya berusaha untuk berdiri. Untung saja tidak terlalu keras ia menabrak mobil itu. Jadi tidak terlalu parah kecelakaan tadi.

"Adduuuuhhh... apes banget sih gue... mana motor baru aja diservis kemaren. Masa harus gue servis lagi...??? Lo tau aja gue baru dapat bonus dari resto. Ih...!!" Gerutunya sambil  menaikkan motornya.

Tak lupa, dia juga menghampiri pemilik mobil ini. Niatnya sih mau minta ganti rugi sama pemilik mobil.

Tok tok tok...

Itu suara kaca mobil yang diketuk Kanaya. Seseorang keluar dari mobil itu dan menghampiri Kanaya. Kanaya sudah bersiap untuk mengomelinya.

"Mas..  gimana sih bawa mobilnya...??? Yang bener dong, jangan asal main ngerem gitu aja. Jadinya kan saya kelimpungan." Omelnya.

"Siapa yang menabrak siapa...??" Jawaban singkat pria pemilik mobil itu membuat Kanaya jadi kelimpungan.

Bener juga... kan gue yang nabrak yak... gumamnya bingung dalam hati.

"Ya kalo mas nya nggak ngerem dadakan kaya tadi. Nggak gini kejadiannya.." elak Kanaya tidak mau kalah.

"Saya sudah berhenti 5 menit lebih dulu sebelum anda akhirnya menabrak mobil saya."

"Nggak bisa. Pokoknya saya minta ganti rugi untuk kerusakan motor saya. Saya juga lecet-lecet ini." Kekeh Kanaya sambil sesekali mengusap luka disiku tangannya.

Pria itu melihat kearah mobilnya yang kena tabrak motor Kanaya. Kemudian dia melihat kearah Kanaya lagi.

"Seharusnya saya yang meminta ganti rugi untuk kerusakan mobil saya ini.." jawab si pria membuat Kanaya kicep.

"Baiklah.. begini saja... saya akan membayar ganti rugi kerusakan motor anda, tapi anda juga harus membayar ganti rugi kerusakan mobil saya. Bagaimana..??" Lanjutnya.

"Me.. memangnya... berapa biaya kerusakan mobil anda...??" Tanya Kanaya agak takut. Masalahnya ini mobil sodara sodara... ganti rugi untuk kerusakan kecil saja harganya bisa selangit. Habis sudah uang tabungan Kanaya yang selama ini susah payah ia kumpulkan.

Terlihat si pria menyeringai licik. Membuat bulu kuduk Kanaya berdiri. Dia merasakan aura negatif disini. Dengan susah payah Kanaya meneguk ludahnya sendiri. Ia gugup takut dan merasa terancam saat ini.

"50 juta..." jawabnya singkat padat dan jelas. Jelas-jelas membuat Kanaya pusing dan ingin pingsan. Dia kaget dengan apa yang tadi didengarnya. Matanya melotot tak percaya dan mulutnya menganga. Sekarang ini Kanaya benar-benar terlihat sangat lucu.

"Apa-apaan ini...??? Anda mau memeras saya...??? Nggak gini caranya dong... masa cuma lampu dan itu apa namanya... penyok sedikit bisa habis 50 juta...??? Nggak bisa..!!!" Tolak Kanaya setelah ia mendapat kekuatannya kembali untuk melawan.

"Kalau begitu lebih baik kita selesaikan saja ini di kantor polisi. Bagaimana...??" Usulan si pria berhasil membuat Kanaya semakin menciut ketakutan.

"Kenapa harus ke kantor polisi...?? Saya nggak mau...!!" Tolak Kanaya kekeh.

"Kalau begitu berarti anda setuju akan mengganti rugi mobil saya..??" Putusnya

"Ok... baik... saya akan ganti rugi semuanya. Tapi saya minta waktu untuk melunasinya. Bagaimana...???"

Aduh... ini mulut kok berani banget bilang ok aja... duit woy duit ini... 50 juta mau nyari dimana...??? Mau ngepet...??? Dalam hati Kanaya merutuki mulutnya sendiri yang lemes.

"Saya tidak butuh uang anda." Ok... jawaban si pria berhasil membuat Kanaya bingung.

"Maksud anda...???"

"Saya tidak butuh uang anda karena uang saya sudah banyak." Jawabnya songong membuat Kanaya melongo. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang si pria itu katakan. Dia sombong sekali. Kalau memang tidak butuh uang. Kenapa minta ganti rugi...?? Kanaya masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri. Dia mulai menebak sesuatu yang tidak-tidak. Dia takut pria itu menginginkan ginjalnya atau organ tubunya yang lain...

Ya Allah... ibu... bapak... Kanaya takut... keluhnya dalam hati. Dia sudah hampir menangis sekarang ini.

first love ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang