5

54 15 145
                                    

Chapter Lima

Happy Reading!

****

Pagi harinya, cahaya mentari masuk lewat celah kamar itu seakan menyuruh kedua sejoli yang sedang berpelukan dibalik selimut itu untuk bangun.

Wanita cantik yang sedang terlelap membuka kelopak mata indahnya secara perlahan, ia mengerutkan keningnya dikala merasakan ada tangan yang melingkar di pinggang rampingnya.

Ia mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya dan dengan cepat wanita itu memindahkan tangan itu dari pinggangnya. Mengibaskan selimutnya yang menutupi tubuhnya dan dugaannya benar, saat ini tubuhnya tak tertutup sehelai benang pun.

'Sial, jadi tadi malam itu bukan mimpi! Dasar laki-laki brengsek!' gerutu wanita itu dalam hati.

Amanda menengok ke arah lelaki yang tertidur di sampingnya, memastikan apakah dia sudah bangun atau belum. Dikira lelaki yang sudah berstatus sebagai suaminya itu masih tidur, ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi dan menjalani rutinitas mandinya.

Tanpa Amanda sadari, sedari tadi suaminya sudah bangun dan memperhatikan gerak-gerik Amanda. Ia terkekeh saat melihat cara jalan Amanda yang berbeda dari sebelumnya. Seulas senyum terukir di wajah tampannya saat memikirkan apa yang telah terjadi tadi malam.

"Sayang, jangan kelamaan mandinya atau kita akan terlambat menjemputnya!" teriak Jeff untuk memancing emosi istrinya. Ia sangat suka sekali mendengar ocehan istrinya itu, terdengar merdu di telinganya.

"Diam lah, aku perlu waktu lima jam untuk mandi! Emangnya mau jemput siapa?! Kamu saja yang jemput, aku tidak mau pergi kemana-mana. Aku ingin beristirahat!"

Jeff mengibaskan selimutnya dan mengambil celana pendek yang tergeletak di lantai kamarnya. Ia mendekat pada pintu kamar mandi dan mengetuk-ngetuknya.

"Kalo kamu mau mandi! Cari kamar mandi lain! Apa rumah sebesar ini hanya ada satu kamar mandi? Tidak kan!" teriak Amanda dari dalam sana.

"Aku ingin melanjutkan yang tadi malam!"

"Sewa jalang saja, nanti aku yang bayar!"

Jeff terkekeh kecil mendengar teriakan istrinya itu, ia lalu keluar dari kamarnya menuju kamar pribadinya. Di sana ia akan membersihkan tubuhnya. Namun, saat ia melewati ruang bermain. Ia mendengar suara seorang anak kecil yang sangat ia kenali. Dengan perlahan ia melangkah ke ruangan itu dan mengintip dari pintu yang tidak tertutup rapat. Dan benar, putri kecilnya sedang bermain di sana.

"Akh kelinci ini sangat lemah ... harusnya dia bisa bertahan satu jam, tapi apa ini? Baru juga lima menit tapi dia sudah mati," cibir anak kecil itu pada seekor kelinci yang sedang ia pegang.

Anak kecil itu tanpa jijik memotong-motong tubuh hewan pemakan wortel itu menjadi beberapa bagian. Tangannya sudah berlumuran darah dan jangan lupakan mayat-mayat kelinci berjejeran di hadapannya.

Seulas senyuman selalu terukir di wajah cantik anak kecil itu saat sedang memotong hewan kecil itu. Seakan memotong kue ulang tahun, anak kecil itu menikmati setiap darah yang mengalir dari hewan itu.

"Wow, lihat apa yang sedang putri ayah lakukan saat ini? Kenapa kau mengotori ruang bermain mu dengan darah binatang ini?!" Jeff menghampiri anak perempuan itu membuat anak kecil itu menunda aktifitasnya.

"Liat Ayah, kelinci ini sangat lemah! Aku ingin sekali bermain-main dengannya lebih lama, tapi dia begitu lemah! Tolong carikan aku mainan yang lebih tahan lama dibandingkan kelinci ini!"

Jeff And AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang