20

3 0 0
                                    

Chapter Dua puluh

Happy Reading!

*****

“Kita mau kemana?”

Amanda menatap kearah lelaki yang sedang menyetir itu sambil mengusap-usap kepala putrinya lembut, “Kemana aja yang penting nggak ketempat Jeff.”

Lelaki itu menghela nafas panjang, melirik ke arah spion mobil dan menyadari ada mobil yang sedari tadi mengikutinya, ia sangat yakin bahwa itu mobil Jeff. Ia ingin memberi tahu wanita disebelahnya tetapi melihat raut wajah lelah Amanda ia urungkan niatnya.

“Jeff main sama jalang lagi, Lex.” Amanda mulai mencurahkan hatinya ketika Aster sudah terlelap kealam mimpinya. “Kemarin lusa orang yang aku suruh untuk mengikuti Jeff mengabari kalo Jeff pergi ke bar dan main sama jalang.”

Alex mengeratkan pegangannya pada setir, “Are you okay?”

“Bohong kalo aku bilang nggak papa, Lex.” Amanda tertawa getir, “Aku nggak tau harus gimana lagi.”

“Kamu udah bilang tentang kehamilanmu?” tanya Alex pada Amanda. Ia sudah tahu akan fakta kehamilan Alex sejak satu bulan lalu saat ia tidak sengaja melihat Amanda keluar dari poli kandungan.

Amanda hanya menggeleng menjawab pertanyaan Alex. Lelaki itu pun menghela nafas, lagi-lagi sahabatnya itu hanya memendam masalahnya sendirian. Alex melihat kearah spion lalu berucap, “Sedari tadi Jeff mengikuti kita. Kamu mau ke apartemenku atau ada tempat tujuan lain?”

“Tolong menepi sejenak!” Alex memberhentikan mobilnya seperti yang Amanda minta, dan tak lama setelah mobil itu berhenti, Jeff mengetuk jendela mobil.

Amanda menurunkan kaca mobil tanpa menoleh kearah Jeff. Suaminya itu membujuk agar Amanda mau pergi dengannya dan menyelesaikan masalahnya di rumah. Ia juga mencoba meminta bantuan pada Alex agar membujuk Amanda. Namun, Amanda masih kekeh dengan pendiriannya.

Dengan terpaksa, Jeff membuka pintu mobil dan langsung mengambil alih Aster yang sedang tertidur di pangkuan Amanda. Lalu ia menyeret keluar Amanda, awalnya Amanda tidak mau tetapi saat Aster menangis dan memanggil-manggilnya akhirnya Amanda mengalah. Alex mencoba membantu Amanda sebisanya, tetapi anak buah Jeff menghalanginya. Akhirnya Amanda dan juga Aster dibawa pergi oleh Jeff.

Jeff menaruh Aster dijok belakang dan mendudukkan Amanda dijok sampingnya. Ia langsung menancap gas pergi dari sana. Diikuti oleh mobil Adit dan juga para bawahannya. Aster menangis histeris sambil memanggil-manggil ayahnya.

“Ayah kamu itu saya, Aster!” bentak Jeff tanpa sadar, membuat anak kecil itu berhenti menangis sejenak lalu beranjak mendekat pada ibunya. Amanda pun mengambil Aster dan tanpa disengaja perutnya terkena kaki Aster saat ia mengangkat anak itu. Jeff yang mendengar rintihan Amanda pun menoleh kearahnya. Betapa terkejutnya ia saat melihat wajah Amanda sangat pucat, ia pun menepikan mobilnya dan mengecek keadaan istrinya.

Jeff mengambil alih Aster dari pangkuan istrinya, membuat anak itu menangis lagi. Namun, Jeff mengabaikan tangisan anak kecil itu. Amanda ingin merebut Aster lagi tetapi nyeri pada perutnya tidak bisa ia tahan. Sungguh sakit kali ini melebihi rasa sakit yang tadi. Jeff keluar dari mobil sambil menggendong putrinya lalu ia mendekat pada mobil Adit dan meminta Adit membawa putrinya kerumah terlebih dahulu. Setelah menyerahkan putrinya, Jeff kembali ke mobilnya dan mengecek apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya.

“Kita ke rumah sakit lagi ya?” bujuk Jeff pada istrinya.

Amanda menggeleng lemah, ia tidak mau suaminya tahu akan kehamilannya ini. Dengan lirih Amanda berucap, “Kita pulang aja, nanti juga sembuh.”

Jeff yang tidak mau membuat Amanda marah-marah lagi pun menuruti keinginan istrinya itu, sepanjang jalan tangan kanannya menggenggam tangan istrinya, lebih tepatnya Amanda yang menggenggam tangannya. Dapat ia rasakan kalo istrinya itu sedang menahan rasa sakit yang amat terasa, terbukti dengan Amanda yang sesekali mengeratkan genggamannya.

Sesampainya Jeff di rumah, ia menggendong istrinya ke arah kamarnya. Sesudah membaringkan istrinya di ranjang mereka, tangan Jeff ada noda darah dan darah itu dari Amanda.

“Kamu sedang datang bulan?”

Amanda yang melihat noda darah di tangan suaminya pun merasa takut, lalu ia meraba perutnya. Tanpa ia sadari air matanya luruh dengan sendirinya, apakah sudah terjadi sesuatu dengan buah hatinya? Dan semua itu tak lepas dari pandangan suaminya, ada sesuatu yang mengganjal dihati Jeff namun ia tidak berani mengungkapkannya. Jeff memilih membersihkan tangannya dari darah istrinya lalu tanpa sepengetahuan Amanda, ia menghubungi dokter Ina, dokter yang tadi menangani Amanda, dan memintanya datang ke rumah bersama beberapa suster.

Jeff kembali menghampiri Amanda yang masih terpenung, ia meminta agar Amanda berganti pakaian. Namun, istrinya itu tidak mendengarkan ucapannya. Bahkan Amanda seperti tidak menyadari akan keberadaan suaminya itu. Dengan lembut Jeff mengusap tangan Amanda sambil berucap, “Kamu ganti baju dulu ya, nanti baru istirahat.”

“Boleh nggak kalo kamu bantu aku?” tanya Amanda.

Jeff langsung membantu Amanda berdiri, tetapi seakan tidak ada tenaga istrinya itu hampir saja terjatuh. Ia pun menggendong Amanda sampai ke kamar mandi dan mendudukkan di wastafel. Jeff kembali keluar dari kamar mandi dan mengambilkan istrinya baju dan juga handuk. Saat kembali ke kamar mandi, Amanda masih dalam keadaan yang sama seperti tadi. Dengan telaten Jeff membersihkan tubuh istrinya lalu memakaikannya baju tidur.

“Perutnya sakit banget, ya?” tanya Jeff setelah membaringkan Amanda ke ranjang.

Tok…tok…tok…

“Siapa?”

“Saya Tuan,” jawab Adit dari luar kamar. Lalu Jeff menyuruhnya masuk dan ternyata Adit bersama dengan dokter Ina.

Dokter Ina dan dua orang suster bawaannya langsung saja menghampiri Amanda yang terlihat begitu pucat. Amanda melihat kearah Jeff dan juga Adit yang memperhatikannya lalu menyuruh agar mereka keluar dari kamarnya. Namun Jeff tidak mau meninggalkan istrinya hanya menyuruh Adit yang keluar dari dalam kamar.

“Sebenarnya apa yang terjadi dengan istri saya, Dokter? Tidak biasanya dia sakit perut saat datang bulan.”

Dokter Ina menoleh ke arah Amanda meminta persetujuan untuk menjawab pertanyaan Jeff, tetapi hanya gelengan yang ia dapat. Namun, mau tidak mau Jeff harus tahu tentang kehamilan Amanda agar pria itu bisa menjaga buah hati mereka.

“Sebelumnya maafkan saya, Nyonya,” ucap Dokter Ina. “Tuan Jeff, saat ini istri anda sedang hamil. Dan kehamilannya ini cukup rentan akibat benturan yang cukup keras. Dari yang saya dengar barusan, sepertinya istri anda mengalami pendarahan dan untungnya anak anda bisa bertahan. Untuk itu saya minta agar kalian menjaga kehamilan Nyonya Amanda dengan sebaik-baiknya.”

Jeff yang mendengar ucapan dokter Ina pun sedikit tidak percaya kalau dia akan menjadi seorang ayah, perlahan ia menghampiri Amanda yang masih terbaring lalu mengusap perut istrinya itu.

“Akhirnya Jeff junior tumbuh dirahimmu, Sayang.”

“Karena kehamilan Nyonya Amanda, dia harus berisitirahat dengan tirah baring atau bedrest selama beberapa hari kedepan,” jelas Dokter Ina.

Amanda menepis tangan suaminya yang sedang mengusap perut ratanya itu sambil berucap, “Selama masa kehamilan, aku tidak mau melihat wajahmu atau aku akan menggugurkan kandunganku!”

__________

Allow 🙌🏻
Gimana nih sama part ini? Rada sedih pinky sama Amanda, semoga aja kehamilannya kuat. Ada pesan ga nih yang mau disampein ke Jeff atau Amanda?

Salam manis, pinky
See you …

Jeff And AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang