13

1 0 0
                                    

Chapter Tiga belas

Happy Reading!

*****

Brakkk!!!

Pintu dibuka dengan kasar oleh Jeff, orang-orang yang berada didalam ruangan itu pun terkejut akan kedatangan bos besarnya. Bisa mereka lihat, sepertinya suasana hati bos besarnya kali ini sedang tidak baik dan pasti dia akan meluapkan kemarahannya ke siapapun yang mengusiknya kali ini. Mereka memilih diam dan melanjutkan kegiatan mereka.

"Dimana Adit!?" teriak Jeff.

Seorang lelaki berkaos hitam ketat yang memperlihatkan otot bisepnya menoleh dan membalas teriakan Jeff, "Tadi dia sempat kesini Bos, tapi dia pergi lagi."

"Saya kerahkan kalian semua ke rumah Adiguna dan siksa keluarga itu! Buat mereka sengsara, lakukan sesuka kalian!" perintah Jeff pada anak buahnya. Lalu ia pergi meninggalkan markasnya.

Saat ini ia butuh pelampiasan untuk menyalurkan isi hatinya. Ia pun melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata membelah jalanan raya. Sepanjang jalan ia mengumpat meneriaki nama Amanda. Ia sungguh tak percaya wanita yang sangat ia cintai memilih lelaki lain untuk menjadi ayah putri kandungnya.

Mobil Jeff berhenti di depan club ternama di kota itu. Club miliknya namun atas nama Adit. Ia melangkah masuk ke dalam club dan langsung memesan minuman.

Ia akan meluapkan amarahnya dengan minuman keras dan sedikit bermain-main dengan wanita di sini. Ia tidak berpikir lagi apa yang nanti akan ia terima akan tindakannya kali ini. Yang ada dipikirannya kali ini adalah cara untuk menghilangkan ucapan-ucapan Amanda yang menyakiti hatinya. Dan didalam lubuk hatinya ia sangat ingin membunuh lelaki yang bernama Alex.

Setelah minuman yang ia pesan datang, ia meminta pada pelayan agar mencarikan wanita yang sesuai kriterianya. Ia akan menunggu wanita itu di kamar VVIP, kamar favorit nya ditempat ini.

Tak lama ia menunggu di dalam kamar, datanglah wanita dengan pakaian sangat seksi. Wanita itu langsung menghampirinya dan duduk di pangkuannya. Mencoba menggodanya. Tanpa banyak kata Jeff langsung membopong tubuh wanita itu dan melemparnya ke ranjang yang berada di sudut kamar itu. Dan sudah kalian tebak apa yang akan mereka lakukan di kamar itu, sedangkan di dalam rumah kecil yang berada di gang Kencana seorang lelaki sedang terbaring lemah dengan wajah yang memar.

Terlihat dari raut wajah lelaki itu sedang menahan rasa sakit disaat seorang gadis sedang membersihkan memar di wajahnya. Padahal dalam hati, lelaki itu sedang mengagumi kecantikan gadis itu. Memar di wajahnya tidak lah sakit, ia hanya berpura-pura agar mendapat perhatian dari gadis cantik itu.

"Bapak harusnya tidak menolong saya," ujar gadis yang sedang mengobati memar lelaki itu.

Lelaki yang tak lain adalah Adit, sekertaris Jeff, ia mengambil alih kapas yang gadis itu gunakan untuk membersihkan lukanya. Ia menatap lekat pada gadis cantik itu dan berucap, "Apa alasan saya untuk tidak menolongmu? Jika kamu dalam kesulitan maka saya akan menolongmu."

"Lalu apa alasan Bapak menolong saya? Bahkan saya tidak mengenal Anda?

Adit menaruh kapas yang ia gunakan untuk membersihkan memarnya di nakas samping ranjang, lalu atensinya beralih ke gadis cantik di sampingnya lagi. "Kamu dalam bahaya jadi sudah seharusnya saya menolongmu."

"Dia teman sekolah saya, jadi tidak mungkin ia mencelakai saya."

"Tapi tadi dia hampir saja memperkosamu Luna!" sanggah Adit, "lebih baik kamu pindah dari sekolah itu."

Gadis dengan nama lengkap Aluna Prameswari, atau sering di panggil Luna itu menggelengkan kepalanya menolak ucapan Adit. Ia tidak bisa pindah dari sekolah itu.

"Saya akan mencarikan sekolah yang bagus untukmu, jadi kamu tidak usah khawatir. Sekarang kamu kemasi saja pakaianmu."

"Maksud Bapak?"

Adit menggenggam tangan gadis di sampingnya, "Kamu pindah dari sini, saya sudah menyiapkan tempat tinggal untukmu dan nenekmu."

"Sebenarnya Bapak ini siapa? Kenapa Bapak baik sekali kepada saya?" Aluna melepas tangannya dari genggaman Adit, "lebih baik Bapak jujur kepada saya siapa sebenarnya Bapak, jangan membuat saya bertanya-tanya."

Adit menjelaskan semuanya pada Luna. Ia berkata bahwa ia menganggap Luna adiknya yang telah lama meninggal. Ia bisa merasakan berada di dekat mendiang adiknya disaat berada di dekat Luna. Jadi ia ingin selalu berada di dekat Luna. Dan semua yang dikatakan Adit adalah kebohongan belaka. Ia sama sekali tidak punya adik, bahkan keluarganya pun ia tidak tahu.

Setelah mendengar semua yang diucapkan Adit, Luna pun sedikit berempati pada lelaki itu. Ia akan menuruti perkataan Adit, semua itu ia lakukan untuk menebus semua kebaikan yang telah Adit berikan padanya. Berkat Adit, neneknya bisa menjalani operasi. Dan berkat Adit pula, ia mampu melunasi tunggakan SPP nya.

Luna mengemasi semua barang dan pakaian-pakaiannya. Tak lupa ia juga mengemasi pakaian neneknya. Setelah semua siap, Adit membawanya keluar dari rumah itu. Dalam perjalanan menuju tempat tinggal barunya, Adit mengajaknya mengobrol. Lelaki itu menanyainya tentang sekolah yang diinginkan Luna. Dan Luna hanya menjawab "Saya nggak pernah pilih-pilih tentang sekolah, dimana pun itu sama saja. Bisa sekolah saja saya sudah bersyukur."

Adit mengusap lembut surai Luna, "Anak pintar, besok kita urus perpindahan sekolahmu. Saya akan mendaftarkan kamu ke SMA Pelita Jaya, apakah kamu setuju?"

"Bapak serius?" Luna menoleh pada Adit, "itu sekolah swasta, pasti mahal. Saya sekolah di negeri aja yang murah."

"Jangan hiraukan tentang biaya, seberapapun akan saya keluarkan untuk pendidikanmu."

Mobil Adit memasuki kawasan perumahan anggrek bulan, salah satu perumahan elit di kota ini. Adit menghentikan mobilnya di pekarangan depan salah satu rumah di gang Dermawan. Ia membukakan pintu untuk Luna dan mengajaknya masuk ke dalam rumah itu.

Adit menyerahkan kunci rumah itu pada Luna, "Ini kunci rumahnya, dan rumah ini mulai sekarang menjadi milikmu. Rumah ini juga atas namamu, jadi saya harap kamu suka."

"Apa ini tidak berlebihan Pak? Saya tahu Bapak menganggap saya adik Bapak tapi tidak seperti ini. Ini terlalu berlebihan untuk saya," ucap Luna sambil mengembalikan kunci yang Adit berikan. Ia tidak bisa menerima ini semua, kebaikan yang di berikan Adit selama ini sudah lebih dari cukup. Ia tidak mau berutang budi terlalu banyak kepada lelaki itu.

Adit lagi-lagi menjelaskan pada Luna bahwa ia ikhlas memberikan ini semua padanya. Namun, gadis itu tetep kekeh pada pendiriannya. Ia tidak mau menerima rumah ini. Ia mau saja menempati rumah ini, tapi ia tidak mau jika rumah ini atas namanya. Adit pun mengalah dan mengatakan bahwa ia akan mengubah kepemilikan rumah ini atas namanya. Dan dia kembali memberikan kunci rumah ini pada Luna. Dengan berat hati pun Luna menerima kunci itu, untuk saat ini ia akan menempati rumah ini.

"Terimakasih Pak, entah harus bagaimana saya membalas semua kebaikan bapak. Saya janji akan melakukan apapun yang mampu membalaskan kebaikan bapak," ucap tulus Luna dari lubuk hatinya.

"Jangan memanggil saya Bapak, panggil saja Om atau kakak. Bapak terlalu tua untuk saya yang masih muda ini."

Luna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Maaf, karena Bapak menganggap saya adik Bapak jadi mulai saat ini saya akan memanggil Kakak saja."

"Jika saya menganggapmu kekasih apakah kamu akan memanggil saya dengan sebutan sayang?"

__________

Allow 🙌🏻
Gimana nih sama part ini? Keknya ada yang lagi kasmaran nih. Kalo lagi bucin mah ga mikirin mau bosnya marah-marah atau gimana, yang penting bisa sama ayang😂

Salam manis, pinky
See you ...

Jeff And AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang