10

9 4 2
                                    

Chapter Sepuluh

Happy Reading!

*****

Didepan ruang operasi, Amanda terus menerus memanjatkan doa agar operasi putrinya berjalan lancar. Sudah hampir satu jam, tapi belum ada tanda-tanda pintu ruangan itu terbuka.

"Bagaimana dia bisa terjatuh? Apa ada yang mendorongnya?" tanya seseorang yang sedari tadi duduk di samping Amanda.

Amanda menoleh pada orang itu sambil berucap, "Aku tidak tau apa yang terjadi, Lex. Aku sedang memergoki suamiku bermain dengan jalang. Saat aku pulang ke rumah," Amanda menjeda ucapannya, "aku sudah melihat putriku tergeletak di halaman rumah."

"Jadi suamimu tidak tau apa yang terjadi dengan putri kalian?" Amanda menggeleng "sudah kamu hubungi dia?" wanita itu menggeleng lagi "mana ponselmu? Sini aku saja yang menghubungi dia. Mau bagaimanapun dia ayah dari putrimu dan dia berhak tau apa yang terjadi dengan putrinya."

Amanda mengangguk dan merogoh sling bag nya. Mengambil dan menyerahkan handphone miliknya pada lelaki yang ada di sampingnya.

"Handphone baru?" tanya lelaki itu sembari mengambil benda pipih itu dari tangan Amanda.

"Iya, handphone lamaku entah dimana."

"Ini apa sandinya?"

"Sama dengan yang dulu."

Lelaki itu membuka handphone Amanda dan menghidupkan data nya. Banyak panggilan masuk dari satu nomor yang Amanda kasih nama 'Devil' ia yakini itu dari suami wanita yang sedang duduk di sampingnya.

Dia langsung menekan log panggilan ke nomor itu dan tak ada lima menit, panggilan sudah tersambung.

"Dimana kamu, Amanda?! Aku mencari mu sedari tadi? Tolong jangan buat aku bingung mencari keberadaanmu?!"

"Datang ke rumah sakit Husain Husada sekarang juga jika kamu mencintai Amanda!" ucap lelaki itu dan langsung mematikan sambungan teleponnya. Ia mengembalikan handphone pada pemiliknya sambil berucap, "Jika dalam lima menit suamimu tidak datang, maka gugat cerai dia dan nikah denganku. Kau terlalu baik untuk pria brengsek sepertinya. Aku akan membuatmu dan putrimu bahagia."

"Aku tidak mempunyai hak atas anak itu, dia anak kandung Jeff dengan istri pertamanya."

"Jadi kamu istri keduanya?" Amanda hanya menganggukkan kepalanya "kenapa kamu mau menjadi yang kedua Amanda? Kamu tidak pantas untuk dinomor duakan?" geram lelaki itu.

Alexander Exilio Pramendy, sahabat atau mantan Amanda disaat ia duduk di bangku SMA. Walaupun statusnya sudah menjadi mantan, hubungan keduanya baik-baik saja. Tidak seperti kebanyakan orang. Lelaki itu sudah menganggap Amanda sebagai salah satu wanita yang harus ia jaga selain ibu dan adik perempuannya.

Ia akan selalu ada untuk Amanda. Seperti tadi, ia rela melewatkan rapat penting hanya karena telepon dari wanita itu. Dan tanpa pikir panjang ia langsung menghampiri Amanda ke rumah sakit ini setelah mendengar suara Amanda yang meminta bantuannya.

Hubungan Amanda dan Alex tidak ada yang berubah dari sebelum atau sesudah mereka pacaran. Bagi mereka masa-masa pacaran hanyalah coba-coba karena bisikan dari teman-teman mereka dulu.

Disaat Alex sedang menenangkan Amanda yang tiba-tiba saja menangis karena mengingat kondisi Aster yang tergeletak lemah dihalaman rumahnya, tiba-tiba ada yang menarik kerah kemeja hitamnya. Orang itu langsung melayangkan pukulan ke wajah Alex.

"Cukup Jeff! Jangan berani-berani kamu sakiti dia atau sekarang juga kita bercerai!" teriakan Amanda menggema di lorong rumah sakit itu.

Jeff langsung melepaskan cengkraman tangannya pada kerah Alex dan mendorong lelaki itu. Pria dengan penampilan kusutnya itu menghampiri Amanda dan meraih tangan wanita itu, "Sayang, maafkan aku. Please, jangan pernah ucapkan kata sialan itu lagi."

Jeff And AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang