Chapter Dua puluh tiga
Happy Reading!
*****
Jeff, Adit dan juga Luna sedang membaca hasil tes DNA yang telah mereka lakukan beberapa jam lalu. Dan hasilnya sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Jeff sangat bahagia setelah bertahun-tahun ia mencari keberadaan adiknya akhirnya ia bisa menemukannya. Lelaki itu tak henti-hentinya memeluk adik kecilnya itu. Namun, tiba-tiba dering telepon mengganggu momen bahagianya. Saat ia mengecek ternyata Mba Susi yang meneleponnya. Beliau mengabarinya jika Amanda menangis-nangis sambil memecahkan barang-barang yang ada di dalam kamarnya dan mencoba keluar dari rumah itu. Mba Susi meminta agar Jeff cepat pulang dan menangkan istrinya. Lelaki itupun tanpa banyak pikir langsung saja meminta Adit untuk mengantarkannya pulang dan meminta Luna untuk pulang bersamanya.
Saat ia sampai rumah ia melihat keadaan rumah yang kacau balau. Vas bunga indah yang berfungsi sebagai hiasan sebelum menaiki tangga sekarang sudah hancur tak berbentuk. Sepanjang anak tangga bercecer darah yang mengarah ke kamarnya. Dengan cepat ia menaiki tangga dan diikuti oleh Adit dan juga Luna. Terlihat Amanda yang sedang terduduk di atas ranjang dengan kaki yang mengeluarkan darah. Nafasnya tersendat-sendat mencari udara yang tak lagi manis. Matanya menatap kosong, seolah dunia telah kehilangan warna. Setiap tetes adalah racun, menggores pipinya yang pucat pasi bak porselen retak, meninggalkan bekas luka yang tak akan pernah sembuh. Aliran air mata itu bukan sungai kecil nan tenang, tapi arus deras penuh amarah dan penyesalan, menghanyutkan serpihan-serpihan dirinya yang telah hancur.
"Kenapa lagi?"
Amanda menoleh kearah suaminya dan betapa terkejutnya ia melihat gadis yang berdiri tak jauh dari suaminya. "Sudah berapa banyak jalang yang kamu tiduri diluaran sana tanpa sepengetahuanku, Jeff?"
"Apa maksudmu?"
"Wanita mana lagi yang akan kamu bawa kerumah tangga kita?"
"Dia adikku."
Amanda tertawa getir mendengar jawaban suaminya. Sambil mengusap air matanya, dengan suara parau dia berucap, "Lebih baik kita cerai! Aku tidak sudi berbagi lelaki dengan jalang seperti dia!" tunjuknya kepada Luna.
Dalam sekejap, udara seakan membeku. Pandangan mata Jeff yang semula lembut bagaikan air terjun nun jauh di balik pepohonan, kini berganti dengan kilat amarah yang menyambar tanpa ampun. Tangannya melayang, merobek ruang di antara mereka. Detik berikutnya, Amanda merasakan pipi kirinya terbakar, seolah disambar letupan api yang tak terlihat. Dunia seakan berputar dalam pusaran kegilaan, warna pun memudar menjadi abu-abu bagai lukisan usang yang terlupakan. Nafasnya tercekat, dadanya sesak oleh rasa sakit yang tak terucap, bagai ribuan jarum es yang menusuk jantungnya yang rapuh. Monitor di sampingnya berteriak nyaring, mengumumkan kepada dunia bahwa sebuah hati telah hancur berkeping-keping.
Jeff menatap tangannya, tangan yang selalu menggenggam istrinya kini berani menyakiti istrinya. Dia termenung memikirkan apa yang telah ia lakukan. Sedangkan wanitanya, kini dia menghapus kristal bening yang luruh di pipinya, melangkahkan kakinya melewati orang-orang yang sedari tadi menjadi saksi. Dengan menghiraukan rasa perih yang melanda kakinya, wanita itu terus saja menuruni anak tangga.
"Nyonya mau kemana, Nyonya?" tanya Mba Susi menghampiri majikannya dengan raut muka khawatir karena luka di telapak kaki majikannya itu belum sempat ia obati.
Wanita itu tak menjawab pertanyaan Mba Susi, tatapannya kosong dengan air mata yang terus mengalir deras layaknya air terjun di pegunungan. Mba Susi terus saja mengekor pada Amanda dan membujuk wanita itu agar mau diobati lukanya, ia khawatir beling yang menancap dikaki Amanda akan semakin dalam. Sampai ruang tamu, dia mencoba menghentikan majikannya itu. Namun, tetap saja Amanda tidak mendengarkan ucapannya. Mba Susi pun langsung berlari kearah kamar dan meminta agar Jeff mencegah Nyonyanya. Ia tidak mau Amanda kenapa-kenapa, apalagi sekarang wanita itu sedang mengandung Tuan mudanya.
Dengan langkah lebarnya Jeff menyusul Amanda yang sudah sampai teras rumahnya. Ia mencekal tangan istrinya dan meminta maaf padanya. Wanita itu seakan tuli, tanpa menoleh kearah suaminya ia mencoba melepas cekalan tangan suaminya. Namun, Jeff mengeratkan cekalannya, tidak akan melepaskan tangan istrinya kali ini.
Jeff berjalan kedepan istrinya dan menatap manik hitam istrinya, "Kita obati kaki kamu dulu ya?"
"Kakiku nggak sakit, tolong lepaskan aku kali ini Jeff."
Pria itu menghela nafas panjang, meraih tangan istrinya yang satu lagi dan mencium kedua tangannya. Dengan lembut Jeff bertutur, "Kamu dengerin saya dulu, ya? Dia itu adiku yang pernah saya ceritain dulu, Adit menemukannya baru-baru ini."
"Udah lah, kamu nggak usah bohong lagi. Aku udah tahu kalo selama ini kamu main sama jalang dibelakangku. Bahkan minggu kemarin kamu pergi ke bar dan main dengan jalang itu lagi kan!" tukas Amanda yang membuat suaminya tidak bisa berkata-kata lagi. Memang benar apa yang baru saja Amanda ucapkan dan kali ini ia tidak bisa mengelak lagi.
"Tolong lepaskan aku kali ini, Jeff!"
Amanda menghempaskan tangan suaminya dan berjalan kearah pintu gerbang. Namun baru beberapa langkah tiba-tiba suara seorang gadis menghentikannya. Katanya, "Saya memang adik kandung Tuan Jeff, namun jika kehadiran saya membawa kehancuran untuk rumah tangganya. Lebih baik saya pergi dari kehidupannya saja."
Amanda menghadap kebelakang dan melihat gadis itu berjalan kearahnya. Ia menggenggam tangan Amanda sambil berucap, "Saya yakin Kakak saya tidak pernah bermain dengan wanita lain selain anda."
"Tahu apa kamu?" tanya Amanda. "Bahkan dia berani main dengan jalang seminggu setelah pernikahan kita. Dan apa kamu pikir aku percaya kalau kalian adalah adik kakak? Kamu adalah jalang kecil Jeff!"
Jeff tidak bisa menahan amarahanya disaat adiknya dikatain jalang oleh istrinya, ia menghampiri istrinya itu dengan penuh emosi. Lagi-lagi ia melayangkan tangan pada istrinya. Entah begitu kuatnya tamparan Jeff atau Amanda yang tidak bisa menahan tamparan itu, sampai-sampai wanita itu terjatuh ke samping.
Mba Susi yang menyaksikan itupun langsung menghampiri Nyonyanya yang sedang merintih kesakitan. Dengan tertatih-tatih ia membantu majikannya itu bangun. Namun, majikannya itu mengatakannya padanya jika perutnya sakit. Saat melihat perut majikannya itu tidak sengaja Mba Susi melihat darah yang mengalir di kaki kiri majikannya, karena panik ia pun berteriak meminta bantuan pada Jeff untuk membawa Amanda ke rumah sakit. Namun, Amanda menolak saat Jeff ingin menggendongnya dan malah meminta Adit untuk membantunya. Jeff pun memberi kode pada Adit untuk menuruti keinginan istrinya. Mereka pun akhirnya membawa Amanda ke rumah sakit terdekat.
Sepanjang jalan Amanda terus saja merintih sakit dan hal itu membuat Jeff sangat khawatir. Berkali-kali ia merutuki diri sendiri karena sudah menyakiti istrinya. Ingin sekali ia memutar waktu dan mencegah ini semua. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Semua yang terjadi tidak akan pernah bisa berubah. Ia hanya bisa berdoa semoga anak yang sedang istrinya kandung baik-baik saja.
__________
Allow 🙌🏻
Tuh kan bener, kasian amat si Amanda, eh tapi dia salah paham mulu dah. Si Jeff juga napa main tangan dah. Oke segiti dulu babay…Salam manis, pinky
See you …
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeff And Amanda
RomanceDon't copy my story⚠️ ~~~~~~~ Pertemuan tidak sengaja Jeff dengan mantan kekasihnya itu membuat lelaki itu gagal move on. Pertemuan yang tidak di sangka-sangka itu membuat hidup Amanda berubah. Begitu juga dengan kehidupan Jeff. Sifat protektif Jef...