9

7 4 2
                                    

Chapter Sembilan

Happy Reading!

****

"Kamu nggak papa kan Ibu tinggal sendiri di sini? Ibu ada urusan sebentar," Amanda berjongkok mensejajarkan tingginya dengan gadis kecil itu, "kamu mau ibu belikan apa? Nanti ibu beliin pulangnya?"

Aster menggelengkan kepalanya, "Tidak Ibu, Aster tidak mau dibelikan apa-apa. Ibu kalo mau pergi, pergi aja. Aster juga mau tidur siang."

Amanda mengusap lembut kepala gadis didepannya itu, "Anak pintar, kalo gitu ibu pergi dulu yah. Kalo butuh apa-apa minta sama Kakek Nenek aja yah, kalo ga sama Bibi Ananda."

Amanda meninggalkan Aster di kamar itu sendirian, tak lupa sebelum pergi ia memberi kecupan manis di dahinya sebagai bukti kasih sayangnya padanya. Ia juga berpesan pada orang tuanya dan saudari kembarnya agar memperlakukan Aster sebaik mungkin. Jika mereka berbuat sesuatu yang membuat Aster menangis maka bersiap-siaplah mereka berhadapan dengan Jeff, ancaman yang Amanda lontarkan kepada mereka sebelum pergi.

Keadaan rumah itu setelah Amanda pergi berubah drastis. Aster yang katanya tadi ingin tidur siang malah berlarian mengejar kucing peliharaan Ananda, membuat yang punya kucing geram dengan tingkahnya. Aster sengaja berlarian mengejar kucing milik Ananda karena dia bosan di kamar. Ditambah lagi ibu nya pergi, dan tidak ada mainan yang ada seperti di rumahnya.

"Aster, Ketty jangan dikejar. Nanti dia stress!" teriak Ananda yang berusaha mengejar Aster.

Aster seakan menulikan pendengarannya, ia terus saja mengejar-ngejar kucing imut itu. Dan tepat halaman belakang, anak itu menangkap kucing putih bernama Ketty itu. Ia menggendongnya, dengan sengaja ia menggendong dengan cara yang salah agar yang punya kucing marah.

Ananda memegangi dadanya yang sedikit nyeri akibat berlarian mengejar Aster. Ia langsung mengambil alih gendong kucing kesayangannya itu dari Aster. Wanita itu tidak mau kucingnya mati akibat stres dekat-dekat dengan Aster terus menerus.

"Kamu jangan pernah sentuh kucing saya," ucap Amanda sebelum melangkah meninggalkan Aster.

"Katanya mau jadi ibuku, tapi kok pelit sih!" cibir Aster yang membuat langkah Ananda terhenti.

Ananda membalikkan badannya kembali menghadap Aster, "Iya memang aku ingin menjadi ibumu, tapi jika harus membiarkanmu bermain-main dengan kucingku ini aku tidak bisa. Aku akan memberikanmu apapun, selain kucing ini."

Aster mendekati Amanda, "Benarkah?"

"Iya, sayang. Apa maumu?"

"Turuti apapun yang Aster bilang, sehari aja."

"Oke."

Gadis kecil itu menyunggingkan senyumannya lalu melangkah meninggalkan bibinya, ia juga meminta agar bibinya mengikutinya. Ia memasuki kamarnya dan meminta agar bibinya mengipasinya, padahal kamar itu sudah dilengkapi dengan AC. Namun, gadis kecil itu kekeh ingin bibinya mengipasi nya dengan kipas tangan yang ia jumpai di meja belajar ibunya. Aster meminta bibinya mengipasi nya sampai dirinya terlelap tidur.

Karena ingin mendapat restu dari anak sang pujaan hati, Ananda rela mengipasi gadis kecil itu layaknya seorang pelayan yang sedang menidurkan rajanya. Padahal, dia sama sekali tidak pernah melakukan itu pada siapapun. Bahkan kepada orang tuanya yang membiayainya dari lahir sampai sekarang pun tak pernah memperintahkannya untuk melakukan ini semua, tapi gadis kecil yang baru ia kenal tadi siang sudah berani memerintah Ananda. Ini Ananda yang bodoh atau Aster yang terlalu pandai sih?

Ananda sudah merasa pegal, tapi sepertinya gadis kecil itu belum ada tanda-tanda akan tidur.

"Bibi lelah yah?" Ananda hanya mengangguk, "sini tiduran sama Aster, kita tidur bersama."

Ananda langsung merebahkan tubuhnya di samping Aster dan menutup matanya. Belum sampai lima menit, gadis itu terlelap dalam tidurnya. Mungkin karena kelelahan, sedangkan gadis kecil melamun sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang ini.

Gadis kecil itu turun dari tempat tidur dan mengelilingi kamar ibunya, mencari barang yang menarik untuk ia permainkan. Saat sedang berada di meja belajar ibunya, ia melihat kucing Ananda sedang tiduran di samping meja belajar.

Dia mendekati kucing itu dan langsung menggendongnya. Namun, sebelum ia menggendong kucing itu, hewan berbulu abu-abu itu lari ke arah balkon kamar. Gadis itu pun mengikuti kemana hewan imut itu lari. Hewan abu-abu itu berjalan di atas pagar balkon, sedangkan gadis kecil itu mencoba meraih tubuh hewan itu.

Karena tinggi gadis itu lebih pendek dari pagar balkon, gadis itu mencoba menaikkan satu kakinya ke besi pagar. Namun, tetap saja ia tidak bisa meraih tubuh hewan berbulu abu-abu itu.

Gadis itu menaikkan kembali kakinya sampai ia berada di atas pagar balkon, ia mencoba berdiri dan mendekati kucing itu. Saat ia sudah berada tepat di dekat hewan itu, dengan tiba-tiba hewan peliharaan Ananda itu meloncat ke pagar balkon kamar sebelah, membuat gadis kecil itu terkejut dan gadis itu kehilangan keseimbangan yang membuat terjatuh ke bawah.

"IBUUU!!!" teriak gadis itu saat terjatuh ke bawah.

Darah bercucuran keluar dari gadis kecil itu, dan gadis kecil itu tergeletak di halaman samping rumah itu. Para penghuni rumah itu seakan tuli dengan teriakan gadis kecil itu.

Gadis kecil itu, putri Jeff, tergeletak di sana cukup lama. Sekitaran beberapa menit sampai sebuah mobil memasuki pekarangan rumah itu dan pengemudi rumah itu langsung berlari ke arah gadis kecil itu tergeletak.

"ASTER!!!" teriaknya dan langsung meraih tubuh mungil gadis itu, membawanya masuk ke dalam mobilnya. Membawa putrinya ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan, ia mencoba memanggil-manggil nama putrinya supaya membuka matanya. Namun, putrinya tidak merespon panggilannya. Ia semakin dibuat takut dengan darah yang terus mengalir keluar dari kepala putri kecilnya itu.

Sesampainya di rumah sakit, ia meminta agar dokter menyelamatkan putri kecilnya itu. Ia akan melakukan apapun untuk putri kecilnya itu.

"Lakukan yang terbaik untuk putri saya, jika terjadi sesuatu pada putri saya. Saya akan menutup rumah sakit ini!" tegasnya pada seorang dokter yang sedang memeriksa Aster.

"Baik, Nyonya. Tolong bersabarlah," ujar sang dokter.

"Bagaimana saya bisa bersabar disaat nyawa putri saya sedang diambang batas!"

"Maaf nyonya, putri anda harus dioperasi dan membutuhkan banyak darah. Kebetulan golongan darah putri anda sedang kosong di rumah sakit ini, apa golongan darah anda sama dengan putri anda?" tanya suster yang tiba-tiba masuk ke ruangan itu.

Amanda menoleh pada suster itu, "Apa? Golongan darahnya tidak ada di rumah sakit ini?! Rumah sakit apa ini! Dasar bodoh! Apa golongan darahnya?"

"A"

"Ambil darah saya sebanyak yang kalian butuhkan!"

"Baik nyonya, mari ikut saya."

Sang suster membawa Amanda ke ruangan pendonor darah. Sesampainya di ruangan itu, tanpa bertele-tele Amanda langsung menyuruh suster untuk melakukan pendonoran. Ia tidak ingin berlama-lama di ruangan itu. Perempuan itu ingin berada di dekat putrinya.

"Ini semua karena Ananda! Apa yang keluarga itu lakukan sampai tidak bisa menjaga putriku?! Dasar keluarga tidak punya hati nurani! Aku bersumpah akan memberi mereka balasan yang setimpal dengan apa yang mereka lakukan pada putriku!" 

_ _ _ _ _ _ _  

Yuhuuu JA kembali lagi.... 

Satu kata untuk jeff?

Satu kata unntuk Amanda?

Satu kata unntuk sikecil Aster?

SEE YOU NEXT CHAPTER!!!

Jeff And AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang