Chapter Dua belas
Happy Reading!
*****
Baru saja menginjakkan kakinya di ruangan putrinya, ia menyaksikan pemandangan yang sangat menyakitkan. Istri tercintanya sedang berada didalam dekapan lelaki lain. Tanpa menghiraukan kedatangannya, lelaki itu mengeratkan pelukannya pada Amanda. Seolah-olah menunjukan pada Jeff bahwa Amanda lebih nyaman berada di pelukannya.
Tatapan Jeff tak lepas dari mereka, “Lepaskan wanita saya atau anda akan merasakan akibatnya sendiri!”
Amanda menoleh pada suaminya, mengusap air mata yang mengalir di pipinya lalu berkata, “Buat apa kamu kesini?”
“Tentu menjenguk putri kecil kita, Sayang.” Jeff mendekati istrinya dan dengan tatapannya ia mengisyaratkan agar lelaki yang duduk di samping istrinya pergi.
Alex ingin bangkit dari duduknya, tapi ditahan oleh Amanda. “Kamu disini saja, aku butuh bahumu,” ujar Amanda.
Alex mengusap lembut surai rambut Amanda, “Ada suamimu sayang, aku akan menunggu di luar. Jika kamu membutuhkanku, panggil saja pasti aku langsung menghampirimu,” ucapnya lalu mengecup kepala mantan kekasihnya itu dan berlalu pergi.
Sepeninggalnya Alex, ruangan itu terasa sunyi. Tidak ada yang memulai percakapan diantara keduanya. Amanda sibuk dengan ponselnya, sedangkan suaminya mengamati kegiatan Amanda. Jeff sangat ingin memeluk wanitanya dan mengucapkan kata maaf, tapi ia tahu saat ini bukan lah waktu yang tepat.
Amanda meletakkan ponselnya di tasnya lalu menatap suaminya, ia tidak bisa berlama-lama di situasi saat ini. Ia harus meluruskan masalah ini.
“Aku ingin cerai,” lirih Amanda.
Jeff menatap tajam mata indah Amanda, ia tidak salah dengar kah. “Aku tidak mau! Apa kamu tidak pikirkan apa yang akan terjadi jika Aster mengetahui bahwa kita akan berpisah! Apalagi sekarang dia belum sadar, harusnya kamu ngertiin aku. Jangan egois kamu!”
“Apa? Aku egois?” Amanda mengusap air matanya, “yang egois itu kamu! Kamu udah khianati pernikahan kita! Jika saja kamu tidak bermain dengan jalang itu pasti aku tidak akan meninggalkan Aster di rumah ayah dan semua ini tidak akan terjadi! Yang seharusnya disalahkan akan apa yang menimpa Aster adalah kamu! Kamu, Jeff!”
Jeff tidak tahan melihat Amanda yang menangis sesenggukan, ia sangat merasa bersalah akan semua ini. Secara perlahan ia membawa wanitanya kedalam dekapannya, walau awalnya Amanda memberontak akhirnya wanita itu luluh dan menangis didalam dekapan suaminya.
“Maafkan aku, aku tidak bermaksud mengkhianati pernikahan kita. Tolong beri aku kesempatan kedua. Aku janji tidak akan pernah mengulangi kesalahanku lagi,” lirih Jeff pada Amanda. Wanita itu tidak membalas ucapan suaminya, ia enggan mengeluarkan sepatah kata.
Mereka sama-sama diam hampir cukup lama. Amanda masih dalam dekapan hangat suaminya. Dapat Jeff rasakan wanitanya sedang menangis di dalam dekapannya, dengan lembut ia mengusap surai indah Amanda.
Cukup lama mereka dalam posisi seperti itu sampai terdengar suara, “Ibu…” sangat lirih sampai tak terdengar. Untung Amanda mendengar suara itu dan langsung saja berlari kearah ranjang sang putri kecil. Ia menggenggam tangan kecil putrinya dan berucap, “Iya sayang, ibu disini.” Air matanya yang sedari tadi tak bisa ia bendung kembali mengalir membasahi pipinya. Walau bukan ibu kandung Aster, ia sangat sedih melihat anak kecil yang baru beberapa hari lalu memanggilnya ibu kini berbaring di rumah sakit.
“Cepat panggilkan dokter, Bajingan!” teriak wanita itu pada suaminya dan Jeff yang berniat menghampiri ranjang putri kecilnya langsung berlari keluar ruangan dan memanggil-manggil dokter dan perawat sesuai perintah istrinya. Alex yang sedang duduk santai di depan ruangan pun terkejut dengan teriakan Jeff, dengan cepat ia masuk ke ruangan dan menghampiri Amanda.
“Ada apa? Apa anakmu sudah siuman?” tanya Alex, Amanda hanya menganggukkan kepalanya. Alex pun melihat kondisi putri kecil mantannya itu, ia tersenyum dikala mendapati senyuman indah di wajah putri Amanda.
“Hai cantik? Gimana masih sakit kepalanya?” pertanyaan yang bodoh terlontar dari mulut Alex, sudah pasti masih sakit.
“Masih sakit, Ayah,” lirih Aster.
Amanda dan Alex pun saling pandang, Amanda hendak mengatakan pada Aster bahwa Alex bukanlah ayahnya. Namun, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan masuklah para perawat dan dokter. Jeff langsung menyuruh dokter memeriksa putri kecilnya.
“Keadaan Aster sudah membaik, tinggal menyembuhkan luka di kepalanya,” ucap dokter setelah memeriksa keadaan Aster lalu beliau keluar dari ruangan itu dan diikuti oleh beberapa perawat tadi.
Aster menatap semua orang yang berada di ruangan ini bergantian, dan berakhir pada Alex. “Ayah. Haus,” lirihnya.
Jeff dengan sigap langsung mengambilkan air di nakas sebelah ranjang putrinya. Disaat ia akan membantu Aster minum, putrinya malah merengek meminta minum dan terus memanggil ayah. Tatapan putri kecilnya itu tak lepas dari Alex.
Alex yang ditatap seperti itu pun tak tega dan mengambil alih gelas yang dipegang oleh Jeff. Dengan telaten ia membantu Aster minum. Setelah minum, Aster malah meminta Alex untuk menggendongnya.
“Sayang, ini Om Alex bukan Ayahmu. Ayahmu itu Jeff,” ujar Amanda menunjuk Jeff.
Aster menyenderkan kepalanya pada dada bidang Alex dan menggeleng, “Tidak ibu, Ayah Aster ini.”
“Apa-apaan kamu Aster! Ayah kamu itu saya, bukan dia!” teriak Jeff pada Aster dan membuat anak kecil itu ketakutan. Aster mengeratkan pelukannya pada Alex, raut wajahnya seperti menahan sakit dan benar saja setelah itu ia memegang kuat kepalanya, “Ayah kepala Aster sakitt,” lirihnya.
Alex pun langsung membaringkan Aster di ranjangnya dan meminta Amanda untuk memanggilkan dokter lagi. Ia terus berada di dekat Aster karena tangannya di genggam erat oleh anak kecil itu. Sedangkan Jeff yang melihat itu pun merasa bersalah. Lagi-lagi ia membuat keadaan di sini kacau.
Tak lama dokter kembali masuk ke ruangan itu dan memeriksa keadaan Aster. Beliau menyuruh perawat menyuntikkan obat pereda nyeri agar sakit kepala Aster mereda. Disaat perawat itu menyuntik di lengan Aster, genggaman ditangan Alex pun semakin kencang sepertinya Aster merasakan sakit.
“Tahan ya sayang, nanti juga tidak sakit lagi.” Alex mengusap lembut kepala Aster dan mengecup singkat kening anak kecil itu.
Setelah perawat itu menyuntikkan obat pereda nyeri, Aster pun menutup matanya. Kata dokter, ini pengaruh obat tadi.
Jeff mengajak dokter duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Ia ingin menanyakan tentang keadaan anaknya.
“Dok, sebenarnya apa yang terjadi pada putri saya? Mengapa dia tidak mengenali saya dan malah menganggap bajingan itu ayahnya?”
“Seperti apa yang Anda katakan, besar kemungkinan putri Anda mengalami amnesia yang di sebabkan oleh benturan di kepalanya. Namun, untuk memastikan hal ini kita perlu memeriksanya kembali nanti setelah Aster siuman,” jelas Dokter.
Amanda mendekati mereka dan berucap, “Jika benar putri saya mengalami amnesia, lalu apa yang harus kita lakukan? Apa harus membawa putri kami berobat keluar negeri agar bisa sembuh?”
“Tidak perlu, rumah sakit ini bisa menyembuhkan putri kalian. Asalkan kalian bersabar dan jangan memaksakan ingatan putri kalian. Apalagi usia putri kalian masih kecil, akan berakibat buruk jika kalian memaksakan ingatannya.”
“Tapi Dok, dia tidak mengenali saya.”
“Lambat laun pasti dia akan mengingat anda, Tuan. Tolong bersabar dulu. Saya pamit undur diri, masih ada pasien yang harus saya periksa.” Dokter itu berpamitan dan keluar dari ruangan itu.
“Alex, kamu mau kan menjadi ayah Aster. Dia membutuhkanmu,” mohon Amanda penuh harap pada lelaki yang sedang duduk di samping ranjang Aster.
Jeff menatap ke arah Amanda, “Apa-apaan kamu! Aster anakku dan aku lah ayahnya! Dia tidak butuh lelaki lain!”
“Jangan egois Jeff, kamu bisa lihat sendiri kan tadi? Dia ketakutan berada di dekatmu! Dia butuh Alex untuk menjadi ayahnya bukan kamu Jeff!”
__________
Allow 🙌🏻
Gimana nih sama part ini? Kalo Alex jadi ayahnya Aster beneran gimana nih? Setuju ga??Salam manis, pinky
See you …
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeff And Amanda
RomanceDon't copy my story⚠️ ~~~~~~~ Pertemuan tidak sengaja Jeff dengan mantan kekasihnya itu membuat lelaki itu gagal move on. Pertemuan yang tidak di sangka-sangka itu membuat hidup Amanda berubah. Begitu juga dengan kehidupan Jeff. Sifat protektif Jef...