14

6 0 0
                                    

Chapter Empat belas

Happy Reading!

*****

Gadis berkepang dua itu menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Kakak barunya. Hari ini, hari terakhir ia menginjakkan kaki di sekolah lamanya. Dan hari pertama ia akan memulai pendidikannya di SMA Pelita Jaya. Ia akan memulai lembaran baru di sekolah itu, suasana baru dan teman baru, mungkin jika saja ada yang mau berteman dengan gadis cupu seperti dirinya ini. Ia berharap akan mendapatkan teman baru di sana, seenggaknya itulah harapan yang selalu ia ucapkan disaat pertama kali berangkat sekolah.

"Masak apa Na? Keliatannya enak, harumnya sampai kamar Kakak loh."

Luna menoleh ke arah meja makan dan di sana Adit, Kakak barunya, sudah duduk manis dengan setelan jasnya. Gadis itu menghidangkan nasi goreng buatannya untuk Kakaknya, ia harap dia akan menyukainya.

"Em, ternyata nasi goreng. Sudah lama tidak memakan makanan ini," ucap Adit sebelum menyuapkan sesuap nasi goreng ke dalam mulutnya. Luna memperhatikan kakaknya memakan makanan buatannya, raut wajah Kakaknya sulit untuk dibaca setelah menelan makanannya. Ia sangat penasaran apakah kakaknya suka atau tidak dengan nasi gorengnya, ia pun bertanya, "Maaf kak, aku jarang sekali memasak."

"Buat apa kamu minta maaf? Nasi goreng buatanmu enak, lumayan lah untuk gadis seusiamu. Kebanyakan gadis-gadis seusiamu itu lebih pandai bermain sosial media daripada alat dapur."

"Aku kira rasa nasi gorengnya nggak enak, syukur deh kalo enak."

Mereka melanjutkan sarapan pagi tanpa ada perbincangan diantara keduanya. Menikmati nasi goreng dengan telur mata sapi buatan Luna dengan tenang. Adit sudah lama tidak merasakan masakan rumahan seperti ini, bahkan ini pertama kalinya ia merasakan mempunyai keluarga. Sejak kecil ia selalu memasak untuk dirinya sendiri atau untuk Jeff. Dan ya setiap ia memasak pasti selalu gagal dan berujung membuang masakan itu. Mereka lebih memilih membeli makanan di luar, bukan mereka lebih tepatnya Jeff karena dia pria yang sangat teramat memilih perihal makanan.

"Kau terlihat lebih cantik jika rambutmu terurai," celetuk Adit memecahkan keheningan diantara keduanya.

Luna menyentuh rambutnya yang ia kepang menjadi dua, sangat menggambarkan gadis culun. Namun, ia suka penampilan seperti itu. Jika ia berangkat sekolah dengan rambut di urai maka nanti siang hari ia akan merasa tidak nyaman.

"Namun, jika kamu lebih nyaman seperti itu ya sudah," celetuk Adit lagi.

Luna hanya menundukkan pandangannya lalu tak lama ia berdiri dan membawa piring kotornya untuk ia taruh di wastafel. Setelah itu ia berpamit ke kamarnya untuk mengambil tas sekolahnya. Di dalam kamar, ia membuka kepangan rambutnya dan merapihkan rambutnya lagi.

Setelah semuanya selesai, ia melangkahkan kakinya keluar kamar dan menghampiri Adit yang sudah menunggunya di teras rumah. Kedatangan Luna membuat lelaki itu terkejut, ia sangat terpesona akan kecantikan gadis itu.

"Nah seperti itu kan keliatan cantiknya," puji Adit yang membuat rona merah muncul di pipi Luna.

Adit melangkahkan kakinya memasuki mobil dan diikuti oleh Luna. Adit akan mengantar Luna ke sekolah lamanya untuk mengurus perpindahan sekolah gadis itu. Semalam Adit sudah memerintahkan anak buahnya untuk mendaftarkan adiknya ke sekolah SMA Pelita Jaya. Setelah perpindahan Luna selesai, gadis itu akan langsung ke SMA Pelita Jaya.

Saat diperjalanan menuju ke sekolah lama Luna, Adit mendapatkan telepon dari Jeff. Lelaki itu meminta Adit mengurus keluarga Adiguna. Lelaki itu juga menceritakan tentang Aster, dan meminta saran padanya mengenai permintaan Amanda. Adit setuju dengan Amanda, menurutnya tidak apa jika Alex menjadi Ayah sementara bagi Aster.

“Nanti saya akan mendatangi kediaman Adiguna, kamu tenang saja di sana, Jeff. Sampaikan salam saya untuk Aster,” ucap Adit sebelum memutuskan hubungan teleponnya dengan Jeff.

Luna menoleh kearah Adit sambil berucap, “Kak Adit beneran mau daftarin Luna sekolah di sana? Mahal loh, lebih baik Luna sekolah di sekolah negeri aja.”

“Udah kamu jangan hiraukan tentang biaya, tugasmu itu cuma belajar” Lelaki itu mengusap lembut surai rambut Luna, “udah kelas XII belajarnya ditingkatkan lagi, jangan sampe kecewain Kakak.”

Tanpa terasa mereka berdua telah sampai di sekolah lama Luna. Mereka lalu menuju kantor kepala sekolah dan mengurus surat perpindahan Luna. Untungnya kemarin malam Adit sudah mengabari kepala sekolah Luna yang ternyata rekan bisnis Jeff, jadi mudah untuk menyiapkan surat perpindahan Luna. Tanpa basa-basi Pak Damar langsung saja memberikan apa yang di minta oleh Adit, dan memberi sedikit wejangan untuk Luna. Beliau sangat menyayangkan Luna pindah, karena dia salah satu siswi yang mengharumkan nama baik sekolah dengan prestasi-prestasi yang Luna raih.

Setelah mendapatkan surat perpindahan, Adit mengantarkan Luna ke SMA Pelita Jaya. Ia hanya mengantarkan sampai di depan gerbang sekolah itu, karena ia ada kepentingan mendadak. Adit sudah mengabari temannya yang menjadi guru di sekolah itu. Dan Adit meminta agar Luna langsung saja ke ruang kepala sekolah, teman lelaki itu sudah menunggu Luna di depan ruang kepala sekolah.

Adit menunggu sampai gadisnya masuk ke sekolah itu dan setelahnya ia melajukan mobilnya meninggalkan sekolah itu. Ia harus mencari satu hal tentang gadisnya itu.

Lelaki berjas hitam itu melajukan mobilnya ke arah rumah sakit Cinta Ibu untuk menemui salah satu orang yang akan ia tanyai mengenai gadisnya. Sebenarnya ia sudah tau banyak tentang gadisnya, cuma satu hal yang ia tidak tahu. Asal usul gadis itu. Orang-orangnya tidak bisa menyelidiki tentang keluarga gadisnya.

Nek Harum lah yang akan Adit tanyai tentang masa lalu Luna, hanya beliau lah yang tau mengenai masa lalu Luna.

Adit menanyai Nek Harum, dan dengan terbata-bata Nek Harum menjelaskan bahwa beliau dulu menemukan bayi di dengan pintu rumahnya. Bayi yang sangat manis dengan liontin di lehernya. Awalnya beliau berniat menaruh bayi itu di panti asuhan. Namun seiring berjalannya waktu, bayi itu mampu membuat hari-hari Nek Harum berwarna. Sedari dulu Nek Harum ingin mempunyai anak, tetapi ia tidak bisa hamil. Akhirnya Nek Harum merawat bayi itu sampai sekarang. Bayi kecil itu sekarang menjadi gadis cantik yang dicintai oleh Adit, Aluna Prameswari.

Adit meminta pada Nek Harum untuk menunjukkan liontin Luna. Dan wanita paruh baya itu langsung mengeluarkan liontin yang ia pakai. Nek Harum sebenarnya ingin memberikan liontin itu pada Luna, tetapi ia menunggu waktu yang tepat.

“Apa hubungan Anda dengan Luna, Tuan?”

Adit melihat-lihat liontin Luna, terlihat tak asing. Ia seperti pernah melihat liontin ini, tapi ia tidak ingat dimana. “Saya mencintainya,” lelaki itu mencoba membuka bandul liontin Luna, “dan saya ingin menikahinya,” lanjut lelaki itu.

Tekk!!

Akhirnya bandul liontin itu bisa terbuka dan betapa terkejutnya ia melihat foto yang ada di dalam bandul itu. Foto yang mampu menjawab semua pertanyaan yang ada di otaknya. Dan ternyata dugaannya selama beberapa hari ini benar.

“Akhirnya selama bertahun-tahun kita menemukannya, tak disangka dia udah jadi gadis yang sangat cantik.”

__________

Allow 🙌🏻
Gimana nih sama part ini? Kira-kira Aluna siapanya Adit ya? Teman kecilnya? Atau jangan-jangan anak dari musuhnya? Let's find out the answer in the next chapter!!

Salam manis, pinky
See you …

Jeff And AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang