❝ 𝗞𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗮𝗸𝘂 𝘆𝗮𝗸𝗶𝗻, 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝘂𝘀𝘁𝗮𝗵𝗶𝗹 𝘀𝗲𝗹𝗮𝗴𝗶 𝘁𝗲𝗿𝘂𝘀 𝗯𝗲𝗿𝘂𝘀𝗮𝗵𝗮 ❞***
Kenzo Mahaprana Arka, laki-laki dengan sejuta bakat meski memiliki kekurangan dalam segi fisik. Lontaran kata-kata kasar sudah menjadi makanan sehari-harinya,justru ia menjadikan itu sebagai penyemangat untuk membantunya terus berusaha menggapai mimpinya.
Laki-laki yang sering disapa Arka ini merupakan seorang tuna netra. Meski begitu, baik bunda dan Juna tidak sedetik pun malu memiliki anggota keluarga yang berbeda seperti Arka. Meski terkadang muncul rasa iba, melihat bagaimana Arka diperlakukan oleh orang lain.
" Lo udah hafal kan sama gerakan yang gua ajarin minggu lalu? Kalo udah, kita coba bareng-bareng ya sekarang."
Saat ini Juna dan Arka sedang berada di taman dekat rumah mereka. Untungnya, taman saat ini sedang sepi. Memang sih, taman ini biasanya juga jarang di datangin orang-orang. Selain jarang diketahui, taman ini juga tidak seperti taman di pusat kota yang indah dan banyak memiliki fasilitas bagus. Meski begitu, keasrian taman ini masih terasa.
" Kita mulai ya. Satu, dua, tiga." Mereka mulai menggerakan seluruh badannya dengan begitu lincah. Arka memang seorang tuna netra, namun ia tidak buta total. Masih ada sekelebat bayangan yang samar-samar bisa ia lihat. Menurut dokter, ia masih mempunyai harapan untuk kembali melihat. Namun, sampai saat ini belum ada pendonor yang cocok untuknya.
" Istirahat bentar ya, sambil diskusi tentang gerakan lo tadi."
" Padahal baru mulai, kok udah istirahat aja?" katanya.
" Baru mulai darimana Arka, udah hampir satu jam kita latihan tau. Lo gak cape emangnya? Ini nafas gua udah kek gini, tega lo." Mendengar jawaban saudaranya itu, Arka justru tertawa pelan.
" Lo ketawain gua ya?" selidik Juna. Arka menggeleng, Juna tersenyum melihat tingkah adiknya ini. " Oh iya, gerakan lo tadi udah bagus sih. Emang biasanya juga bagus anjir, tapi pas di bagian gerakin bahu, lo harus sedikit turun. Paham kan maksud gua?"
" Iya, paham kok Juna." Arka tersenyum tipis. " Abis ini mau pulang atau masih mau di sini? Ngadem dulu gitu," tanya Juna.
" Terserah kamu, aku ikut aja."
Juna berpikir sebentar, " Di sini dulu ya sebentar lagi. Tapi gua mau beli minum dulu, soalnya airnya abis. Lo tunggu sini dulu, jangan kemana-mana. Gua cuma sebentar kok," peringatnya.
Arka mengganguk paham. Selepas Juna pergi, Arka menekuk lututnya dan memejamkan matanya. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya, memberi rasa tenang. Mungkin banyak yang tidak tau, dengan kekurangan yang Arka miliki justru ia memiliki kelebihan yang jarang bisa dilakukan orang lain.
Piano, salah satu alat musik yang disukai Arka. Ia mulai belajar main piano sejak umurnya 6 tahun. Dulu, ibunya sering kali mengajarkannya bermain, hingga kini ia sudah mulai mahir bermain piano. Bahkan, ia bisa menulis sebuah lagu ciptaannya sendiri. Ia memang bermimpi bisa menjadi seorang pianis sekaligus seorang idol.
Arka juga pandai dalam hal menari. Menurutnya, selain musik yang bisa mengekspresikan segala yang ia rasakan, menari juga bisa membuatnya merasa lebih tenang. Meski banyak yang meremehkan dirinya karena kondisi fisiknya yang berbeda. Namun itu tidak membuatnya patah semangat.
Juna juga berencana ingin memberikan karya Arka kepada seorang produser lagu. Siapa tau itu bisa mengubah nasib Arka, dan membuktikan kepada orang-orang yang selalu memandang sebelah mata terhadap saudaranya. Selain itu juga, bisa memotivasi para penyandang disabilitas di luar sana untuk terus berusaha menggapai mimpi mereka.
Tapi Arka menolak itu, menurutnya lagu-lagu yang ia tulis cukup ia simpan. Terkadang, ia mainkan untuk dua orang yang ia sayangi itu.
" Ka, bunda tadi telepon. Katanya kita disuruh pulang sekarang, ada om Wilan di rumah." Juna membantu Arka untuk bangun.
" Tumben om Wilan ke rumah, sekarang kan belum akhir bulan. Menurut kamu kenapa?"
" Iya juga sih, pasti ada sesuatu deh ka. Ya udah kita pulang aja sekarang, biar tau kenapanya."
•••
©flblume
A/N :
Jangan lupa vote dan komen ya, biar aku semangat buat update. Makasih yang udah baca cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa dan Rasa
Fanfiction[Jangan lupa follow sebelum membaca] Yang Jungwon; Menjadi berbeda itu, bukan berarti tidak mendapatkan hak yang sama. Memang sudah kodratnya manusia memiliki kelebihan dan kekurangan dalam segi hal apa pun. ❝ Tapi aku tidak ingin menjadi pelangi u...