❝ Hanya dalam hitungan detik semua menjadi sebuah ilusi ❞- Bina
***
Langit biru cerah telah menyambut pagi ini. Merdunya cicitan burung menjadi alunan melodi penyemangat hari.
Suasana pagi di kediaman keluarga Juna nampak begitu rusuh. Hal itu disebabkan oleh si sulung yang ribut dengan segala perlengkapan sekolahnya pagi ini.
" BUNDA! LIAT BUKU TUGAS BIOLOGI JUNA GAK?" teriak Juna. Kana yang baru saja keluar daei arah dapur mengomeli anak sulungnya itu. " Ini masih pagi Juna. Jangan teriak-teriak gitu ah! Gak enak kan didenger tetangga."
" Bunda 'kan udah sering ingetin, jangan letakkin buku sembarangan. Sekarang waktu dibutuhin jadi uring-uringan kan," sambung Kana.
" Mereka 'kan punya telinga bun, jadi wajar aja kalo denger aku teriak," jawabnya.
" Ini anak kalo di kasih tau sama orang tua. Ada aja jawabannya," balas Kana sebal. Beda hal nya dengan Arka, walaupun keliatan cuek, arogan gitu masih ada sisi penurutnya, ya walaupun cuma sedikit sih.
" Semalem bukannya abang kerjain di kamar aku?" ujar Arka yang sedari tadi hanya menjadi penonton keduanya.
" Tumben banget ini anak manggil abang. Kesambet apa ya bun?" herannya. Kana menyentik pelan dahi Juna, " Kamu ini. Adiknya manggil abang kok malah diheranin sih, berarti 'kan ada kemajuan."
" Hehe..., 'kan cuma bercanda bunda sayang."
Kana menggelengkan kepalanya, ada aja kelakuan putra sulungya ini.
" Orang ngomong serius, malah dijawab apa."
" Bercanda 'kan dibilang yaampun. Jangan marah dong ka," balas Juna dengan wajah melas. Pasalnya kalo Arka marah itu dua kali lipat lebih serem dari biasanya.
" Hm. Coba cek sana," titah sang adik. Kali ini Juna menuruti apa yang dikatakan oleh adiknya.
" Yaudah kalo gitu bunda berangkat ya sayang. Hari ini ada pesenan soalnya, bilangin sama Juna kalo bunda berangkat ya. Assalamu'alaikum," pamit sang bunda. Gak lupa Arka buat salim.
" Hati-hati ya bun," katanya. Kana membalas dengan senyuman manis.
Arka meraba tangannya ke area meja makan. Ia mencari piring berisi roti bakar buatan sang bunda tadi. Gak lupa juga dia siapin makanannya buat Juna, takut telat soalnya.
" Bener ada ternyata ka. Untung lo kasih tau," ujar Juna yang sudah kembali ke meja makan. " Yaudah nih sarapan dulu, nanti telat. Udah semua kan barang-barangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa dan Rasa
Fanfiction[Jangan lupa follow sebelum membaca] Yang Jungwon; Menjadi berbeda itu, bukan berarti tidak mendapatkan hak yang sama. Memang sudah kodratnya manusia memiliki kelebihan dan kekurangan dalam segi hal apa pun. ❝ Tapi aku tidak ingin menjadi pelangi u...