Dua Belas;

29 4 0
                                    


𝘈𝘬𝘶 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢
Juna

***

Di lantai rumah sakit yang dingin,terlihat dua orang laki-laki yang menunjukkan raut wajah khawatir. Devan, mondar-mandir karena begitu khawatir pada Arka. Terlebih lagi tadi seharusnya ia tidak lalai begitu aja, sedangkan Juna, laki-laki itu tengah merutuki kecerobohannya dengan bersandar di tembok dengan posisi duduk di lantai.

Terlebih setelah mendengar penjelasan dari Devan, sepupunya. Hatinya begitu sakit, hanya karena buku miliknya yang tertinggal Arka harus berbaring di rumah sakit. Ia terus saja merutuki kebodohan dan kecerobohanya.

Ia bersumpah, ia akan mencari siapa pelaku dibalik kejadian adiknya ini. Dan kenapa tidak ada satu pun orang yang menolong saat itu? Justru mereka seolah mendapat tontonan gratis.

" Berhenti salahin diri lo sendiri bang," ujar Devan menasehati.

" Gak bisa Dev, semua ini salah gua. Kalo aja gua gak ceroboh tadi, Arka gak akan jadi kaya gini." tangisan Juna semakin terdengar. Iya, memang sedari ia awal melihat kondisi Arka ia sudah menangis.

" Gua paham bang. Tapi lo gak boleh kaya gini, doain aja Arka baik-baik aja. Dia juga gak akan suka liat lo kaya gini," kata Devan.

" Tenangin diri lo dulu ya. Lo udah hubungin bunda kan?"

Juna hanya mengangguk. Di depan ruang UGD, mereka terus merapalkan doa untuk Arka. Berharap tidak ada bagian tubuh yang rusak parah, atau semacamnya.

" JUNA!" teriak wanita paruh baya. Di lorong yang sepi itu, suara tangis keduanya mendominasi. " Kenapa bisa kaya gini nak? Kenapa Arka bisa di sekolah kamu?" bunda bertanya dengan tetap memeluk Juna.

" Bunda maaf. Ini semua salah Juna," jawabnya dengan begitu menyesal. " Kenapa kamu bilangnya gitu?"

" Ini semua karena aku yang ceroboh bun. Coba aja kalo aku gak sengaja jatuhin buku pelajaran aku pasti Arka gak akan kaya gini. Aku gagal bun jadi abang yang baik buat dia,"  Juna menjelaskan diiringi tangisan.

Devan mendekat, " Ini salah saya juga bun. Saya lalai dalam mengawasi Arka, kalo aja tadi saya cepet nemuin Arka, dia gak akan ada di rumah sakit kaya gini," tambah Devan.

Kana mengusap surai kedua laki-laki itu secara bergantian. " Dengerin bunda ya, ini bukan salah kalian. Jangan hakimin diri kalian kaya gini, mungkin ini cobaan buat kita. Berhenti salahin diri sendiri ya? Arka juga pasti sedih kalo liat kalian kaya gini," ucapnya.

Kana tidak marah. Ia tau betul bahwa mereka— Juna dan Devan, begitu menyayangi Arka. Mereka juga manusia yang bisa melakukan kesalahan, dan kelalaian.

" Udah gapapa. Ini kok anak bunda jadi pada cengeng gini sih," ujarnya menghibur.

Juna mengusap air matanya kasar, lalu menatap mata sang bunda. " Juna janji bun. Juna akan cari siapa pelakunya, Juna akan bawa masalah ini ke jalur hukum.

" Eh? Gak boleh gitu bang. Bunda gak akan larang kalo abang mau cari pelakunya, tapi bunda gak setuju kalo harus bawa-bawa hukum."

" Tapi bun—"

" Bang. Kita selesaikan secara kekeluargaan oke?" bujuk sang bunda. Juna menghela nafas kasar, dengan terpaksa Juna mengiyakan hal itu. Tapi tetap, dalam hatinya ia akan memberi pelajaran pada orang itu.

" Keluarga pasien Arka?" suara dokter yang baru aja keluar dai UGD membuat ketiganya mendekat.

" Saya orang tuanya dok."

" Gimana kondisi adik saya dok?" tanya Juna.

" Gak ada yang parah kan dok?" giliran Devan yang bertanya.

Dokter itu terseyum ramah. " Ibu bisa ikut saya ke ruangan sebentar?"

Kana menatap Juna dan Devan bergatian. Ia memberi interuksi jika semua baik-baik aja.

" Bunda ke dalem dulu ya. Kalian tunggu sini, udah gak akan ada apa-apa. Jangan khawatir lagi ya?" ucap Kana memberi kalimat penenang bagi keduanya.

Walaupun sebenarnya ia pun sama halnya dengan mereka. Takut. Takut mendengar hal yang tidak ingin ia dengar, takut jika asumsi-asumsinya benar.

Ia hanya bisa berdoa. Agar semua baik-baik aja, dan apa yang dia pikirkan sedari tadi salah.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

©flblume

A/N :

Jangan lupa tinggalkan jejak feedback :)

Asa dan Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang