***
" Bin, udah semua kan?" tanya Saka selaku ketua osis. " Ban, bin, ban, bin, aja lo. Gak enak banget didengernya," protes Bina.
" Ribet ya lo." Bina menatap sedikit sinis Saka, " Ye, lo mah. Emak bapak gua kasih nama bagus-bagus, masa lo singkat begitu sih malih."
" Nanti kalo gua bilang Bina, lo malah salting lagi. Gak tanggung jawab ya gua, udah gua wanti-wanti kan." Bina mengernyit heran, apa maksud dari temannya ini.
" Ngomong apaan deh lo. Gak jelas banget, unsur saltingnya tuh dimana ya bapak Saka yang terhormat?"
" Ada lah, nih gua kasih tau. Kalo gua panggil Bina, nanti dikira mau bina rumah tangga sama lo lagi," jawabnya dengan pede. " Dih? Pede banget lo, salty tau gak? Kek jangkrik, garing."
" Ye, lo mah kalo dikasih taunya. Lo kira gua kerupuk apa, segala garing."
" Lawak lo," sahut Bina. Saka hanya menyengir tak berdosa, " Serius nih sekarang. Udah semua kan lo cek? Awas aja ada yang ketinggalan, gua tampol lo."
" Udah kok, lo cek lagi aja kalo gak percaya."
" Percaya kok, yaudah yuk. Yang lain udah pada jalan juga kan, masa ketosnya telat sih datengnya."
Cape, Bina cape. Mau resign aja jadi temen Saka. Padahal dari tadi kan yang ngajak debat itu dia, jadi kalo pun telat ya karena diri dia sendiri.
" Siapa suruh lo ngajak debat dulu tadi," ujar Bina. " Enak aja lo, gara-gara lo lah. Udah cepet masuk mobil, kalo debat lagi beneran telat nanti."
" Untung lagi bener ini orang," dumel Bina.
Jadi, hari ini sekolah mereka lagi adain bakti sosial. Sekolah mereka adain baksos ini di salah satu panti asuhan, dan kenapa Bina bisa sama Saka? Itu karena Bina adalah sekretaris osis, kalo Saka sih udah tau ya jabatannya apa. Dan karena Saka bawa mobil, alhasil sisa barang-barang yang mau disumbangin ke panti diangkut ke mobil Saka karena gak muat.
" Pakai seatbelt nya, nanti kalo gua kena tilang awas aja lo. Lo yang bayar denda pokoknya," peringatnya. " Iya, ini udah kali. Bawel banget lo sumpah hari ini," keluh Bina.
" Biarin aja sih, gak suka aja lo."
" Emang," jawabnya pelan. Takut diturunin di tengah jalan kalo ngomong keras-keras. Kan gak lucu kalo gitu.
***
Suasana kediaman keluarga Arka begitu senyap. Itu karena sang kakak—Juna yang sedang berada di sekolah, dan bunda yang sedang berkunjung ke suatu tempat.
Terdengar seperti suara pintu utama dibuka, Arka yang tengah bermain piano kala itu menghentikan jari-jemarinya yang sedang menari di atas tuts.
" Ini gua Devan," sapanya. Arka menoleh sebentar, dan kembali melanjutkan permainanya. Bahkan sapaan Devan pun hanya dibalas raut wajah datar— seperti sebelumnya.
" Lo yakin gak mau dateng? Ayo, gua anterin kalo lo mau."
Arka menghentikan permainanya, " Enggak. Kalo kamu mau dateng, gapapa."
" Masa dateng sendiri sih? Ayolah, lo ikut juga ya? Emang lo gak kangen gitu sama mereka? Ah, mereka kalo tau pasti sedih banget sih," bujuk Devan dengan sedikit drama.
Arka menatapnya datar, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. " Ganti baju dulu," katanya.
Devan yang mendengar itu bersorak senang. Akhirnya ia berhasil membujuk laki-laki berkedok kulkas ini.
" Halo, saya berhasil bujuk dia. Sebentar lagi kita jalan ke sana," ucapnya melalui sambungan telepon.
" Ayo." Arka meninggalkan Devan di belakang. " Saya tutup dulu kalo gitu," pamitnya. Lalu memasukkan ponselnya ke dalam jaket yang ia kenakan.
" Tungguin dong, tadi aja gak mau. Sekarang kaya buru-buru banget," keluhnya. Arka berdesis kesal, " Ampus bos. Yaudah ayo masuk," kata Devan.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan kediaman keluarga Arka. Cuaca hari ini cukup bagus, jalanan pun nampak sedikit ramai.
***
Suasana panti saat ini sangat ramai. Banyak yang berlalu lalang karena sedang menyiapkan acara hari ini. Nanti juga akan ada games, dan penampilan dari beberapa anak dari sekolah Bina.
" Bin gimana,semua aman kan?" tanya Saka.
" Aman kok,ini katanya nanti Naufal sama yang lain juga mau ke sini abis pulang sekolah."" Bukannya hari ini ada jam tambahan ya?"
Bina mengedikkan kedua baunya, " Bolos kali. Kaya gak tau Naufal aja," sahutnya santai. Saka hanya bisa geleng kepala mengingat kelakuan temannya itu." Yaudah yuk, samperin anak-anak yang lain. Mau mulai kan acaranya," ajak Saka.
•••
©flblume
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa dan Rasa
Fanfiction[Jangan lupa follow sebelum membaca] Yang Jungwon; Menjadi berbeda itu, bukan berarti tidak mendapatkan hak yang sama. Memang sudah kodratnya manusia memiliki kelebihan dan kekurangan dalam segi hal apa pun. ❝ Tapi aku tidak ingin menjadi pelangi u...