Delapan; Cerita Bina

44 6 1
                                    

❝ Menjadi diriku tidaklah mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menjadi diriku tidaklah mudah. Namun aku bersyukur, karena aku bisa bertahan hingga saat ini. Itu karena kamu hebat

***

Macetnya lalu lintas menjadi pertanda bahwa petang telah hadir menggantikan teriknya mentari. Bunyi klakson yang saling bersahutan menjadi teman selama Bina bekerja.

Bina diam-diam bekerja paruh waktu tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Ia bekerja di sebuah kafe yang saat ini sedang terkenal di kalangan muda-mudi. Alasannya bekerja adalah, dia gak mau bebanin ledua orang tuanya, dan setidaknya dia bisa bantu ekonomi keluarganya walaupun tidak banyak.

" Terima kasih, selamat datang kembali." Bina baru aja melayani seorang pelanggan.

" Kak Eca, jaga kasih dulu sebentar ya. Gua mau cek stok bahan-bahan dapur dulu," ucap Bina.

Gadis yang disapa 'kak Eca' itu adalah teman kerja Bina. Umurnya satu tahun di atas Bina, dan memiliki nama lengkap Freya Adini.

" Tenang aja, aman." Setelah mendapat persetujuan dari temannya itu, Bina bergegas mengecek bahan-bahan yang dimaksud. Sewaktu ingin pergi ke dapur, netra matanya gak sengaja liat seseorang yang ia kenal lagi ada di deket kafe. Dia kaya lagi mau nyebrang gitu, tapi karena emang sekarang jam pulang kerja jadi jalanan ramai banget.

" 𝘋𝘪𝘢 𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢𝘪𝘯? 𝘒𝘰𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘴𝘪𝘯𝘪? "

Melihat laki-laki itu kesulitan untuk menyebrang, Bina berinisiatif untuk membantunya sebentar.

" Kak, gua keluar dulu sebentar ya. Gak lama kok," katanya. Lalu pergi dengan berlari.
" Belum gua jawab udah main kabur aja itu anak," sahutnya. Karena rasa penasaran yang tinggi, Freya mencoba mengikuti kemana Bina pergi.

" Masa iya itu cowonya? Mungkin cuma mau nolongin kali ya," pikir Eca.

Kini Bina tengah berada di samping Arka. " Kamu kok bisa sini?" tanya Bina.

" Bukan urusan kamu," jawab Arka datar. Bina memberengut sebal," Yaudah sih. 'Kan cuma tanya, kalo gak boleh tau juga gapapa."

" Yaudah sini, aku bantu kamu nyebrang." Baru aja Bina mau menyentuh tangan Arka, laki-laki itu udah nolak duluan. " Yaudah kalo gak mau dipegangin tangannya, kamu bisa pegang ujung lengan baju aku atau pundak aku. Terserah kamu deh," ujarnya.

Arka ragu. Tapi nanti dia malah telat, dengan gerakan pelan ia mengangkat tangannya dan memegang ujung baju gadis di sebelahnya ini.

" Jangan dilepas ya, kita mau nyebrang nih sekarang."

Asa dan Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang