Tujuh; Aneh

46 7 0
                                    

❝ Sulit bagiku untuk memendam rasa sampai saat ini ❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sulit bagiku untuk memendam rasa sampai saat ini

Naufal Zavier


***

Bina dan Saka sedang berada di perjalanan pulang. Diikuti Naufal di belakangnya, tadinya Naufal maksa supaya Bina bareng dia aja. Katanya sih, mau ngajak Bina makan dulu di tempat biasa. Tapi Bina nolak, mau langsung pulang aja. Berakhir dia pulang satu mobil lagi sama Saka.

" Lo kenapa sih anjir?! Diajakin makan bareng sama Nopal gak mau. Terus sekarang nih, lo senyum-senyum gak jelas. Serem gua liatnya," ujar Saka.

Bina gak jawab, dia masih sibuk sama dunianya sendiri. " Woi, curut! Diajak ngomong juga malah senyam senyum aja lo."

" LO GAK KESURUPAN JURIG PANTI KAN?!" teriak Saka heboh. Bina berdecak sebal, " Apaan sih lo! Mana ada gua kesurupan, ganggu aja deh lo."

" Huh! Alhamdulillah, ini baru Bina. Marah-marahnya udah balik soalnya," sahutnya. " Ye... lo mah! Lo kata gua apaan emang." Bina menonjok bahu Saka. " Sakit anjir! Lo cewe tapi tenaganya kaya bukan cewe."

Bina memilih menghiraukan ucapan Saka. Dia kembali tersenyum mengingat kejadian tadi, ah rasanya dia seperti sedang bermimpi. Tanpa disadari, mobil yang ia tumpangi sudah sampai di pekarangan rumahnya. Rumah sederhana dengan pekarangan yang tidak terlalu luas, namun nampak begitu asri untuk dipandang.

" Turun lo! Udah sampai nih, serem juga gua liat lo lama-lama," ujar Saka. " Iya-iya turun nih, ribet banget lo. Tau gitu gua naik bis sekolah aja," gerutunya. Kayanya Saka harus perbanyak stok sabarnya lagi deh.

Saka menurunkan jendela mobilnya, " Bilang makasih kek lo sama gua, udah gua kasih tumpangan juga. Mana gratis lagi," katanya. Bina berbalil mendengar itu, " Hah! Makasih ya, Saka yang baik hati dan bawel juga ngeselin," sahutnya dengan senyum terpaksa.
Saka mendengus sebal, dan pergi meninggalkan rumah Bina.

Naufal sedari tadi hanya menjadi penonton keduanya. Saat Bina ingin masuk ke dalam rumah, tiba-tiba Naufal menarik tangannya.
" Apaan sih lo! Tiba-tiba dateng main tarik aja, sakit tau gak? Lepasin ih!" teriak Bina sembari berusaha melepaskan cengkraman Naufal.

" Gua mau ngomong," katanya dengan nada datar.

"𝘈𝘯𝘦𝘩 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘥𝘦𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬, 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘬𝘢𝘺𝘢 𝘨𝘪𝘯𝘪. " batin Bina.

" Yaudah sih kalo mau ngomong 'kan di sini juga bisa kali," sahut Bina. Naufal menghentikan langkahnya, dan melepaskan cengkraman tangannya dari tangan Bina.

" Dia siapa?" tanya Naufal dengan nada tidak bersahabat. Bina mengernyit bingung, " Dia? Siapa sih anjir yang lo maksud? Yang jelas kenapa sih kalo ngomong tuh," jawabnya.

" Ck, cowo yang tadi duduk sama lo. Gak usah purs-pura lupa deh lo."

Ah, Bina ingat sekarang. Laki-laki yang dimaksud Naufal adalah Juna. " Apaan sih lo! Siapa juga yang pura-pura lupa?! Emang lo nya aja yang nanya nya gak jelas."

" Jawab aja kenapa sih! Tinggal jawab aja susah banget," sahutnya kesal. Sontak sikap Naufal yang gak biasa gini makin buat Bina bingung dan heran.

" Kenapa sih emangnya? Mau gua jawab apa enggak bukan urusan lo kali. Lagian juga ya, lo kenapa jadi aneh gini sih? Gak biasanya tau gak?"

Naufal tersadar dengan sikapnya saat ini. Bodoh. Justru sikapnya jadi bikin Bina curiga nantinya, pokoknya Bina gak boleh tau tentang perasaannya. Kalo kalian nebak dia suka sama Bina, itu bener banget. Tapi Naufal cuma bisa pendem perasaan dia, karena takut Bina risih atau parahnya jadi menjauh. Sebenernya dia suka jailin Bina, atau pun ganggguin gadis itu karena dia punya rasa.

"Y-ya..., g-gua cuma takut dia orang jahat. Nah, iya itu." Bina menatap laki-laki di depannya ini dengan memicing. Memastikan bahwa ucapannya itu bener atau cuma alibi aja.

" Lagian ya, kalo dia mau culik lo gimana? Kan kasian dianya, harus culik cewe kaya lo. Yang kepala batu, ngeselin, bawel," lanjutnya.

" 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘨𝘶𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘭𝘰 𝘯𝘢. "

" Ngaco aja deh lo. Pikiran lo terlalu jauh, lagian gua kasih tau nih ya, dia itu tunanetra. Tau gak lo apaan maksudnya?"

" Lo pikir gua se-bego itu apa? Tau lah gua, jangan lo pikir gua gak tau ya anjir," jawabnya dengan wajah kesal. Bina tertawa kecil melihatnya, " Ngapain lo ketawa-ketawa? Lo kira gua lagi ngelawak apa?" ujarnya semakin kesal.

" Kalo diliat-liat sih, muka lo emang cocok buat jadi pelawak al." Naufal mengapit kepala gadis itu, gak tau apa kalo lagi cemburu. Bukan cowo aja yang gak peka, cewe juga kadang sama aja.

" Lo tuh kenapa sih nyebelin banget hari ini."

" Lepasij ih! Ketek lo bau jengkol, lepasih gak?!" Bina berusaha melepaskan diri dari Naufal. " Kurang asem lo! Lagi mana ada ketek bau jengkol bibin."

" Ada lah! Lo buktinya, lagi juga ya hari ini kan gua dispen, jadi gak ketemu lo seharian lah. Baru ketemu juga tadi, pas mau selesai acara."

Bener juga sih yang dibilang Bina. Aduh Naufal, kok bisa gak dikontrol dulu ngomongnya. Nanti kalo curiga gimana, lo gak akan bisa kaya gini lagi.

" Udah ah, gua mau masuk. Jangan bengong, nanti lo jadi makin aneh,dadah! " Bina masuk kembali ke dalam rumahnya, meninggalkan Naufal seorang diri.

" Masa sih ketek gua bau jengkol?" monolognya.Naufal mencium keteknya sendiri, masa iya dibilang nau jengkol.
" Enggak ah! Emang suka ngada-ngada itu anak."

" 𝘑𝘢𝘥𝘪, 𝘤𝘰𝘸𝘰 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘥𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘶𝘵𝘢? 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘨𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘉𝘪𝘯𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘪𝘢?  𝘉𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘪𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘳𝘢𝘣 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵."

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

©flblume

A/N :

Halo semua! Selamat pagi😁 semoga kabar kalian baik dan sehat selalu ya. Maaf kalo ada typo, jangan lupa feedback nya. Maaf baru update, lagi sibuk banget soalnya hehe.

Makasih buat yang udah baca, see you later!

Asa dan Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang