Tiga; Kedua Kalinya

108 8 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Udara malam ini begitu menusuk ke dalam tulang. Sinar rembulan bersinar begitu terang, ditemani indahnya bintang malam.

Bina sedang berada di jalan menuju minimarket. Di rumahnya sedang tidak ada orang, karena orang tua dan adiknya pergi ke rumah saudaranya. Suasana jalanan malam ini tidak ramai seperti biasanya. Mungkin masih banyak yang terjebak dalam lautan kendaraan selepas menyelesaikan pekerjaan mereka.

" Tau gitu gua bawa jaket tadi. Dingin juga ternyata," gumamnya. Bina menggosokkan kedua telapak tangannya supaya lebih hangat.

𝘉𝘶𝘨

𝘉𝘶𝘨

" Itu pelajaran buat lo! Karena lo udah nabrak dan kotorin baju sama sepatu gua!" terdengar samar-samar ada keributan. Hal itu membuat Bina berhenti sebentar, ia menajamkan pendengarannya. Perlahan, ia mengikuti arah sumber suara itu. Dan betapa terkejutnya dia melihat pemandangan di depannya ini.

" STOP!" teriaknya dengan lantang. " Ayo bangun," Setelahnya,Bina menatap tajam orang di depannya ini. " Anda punya hati gak sih?! Dia manusia! Bukan hewan, bahkan hewan pun gak pantes buat diperlakukan kaya gitu juga."

Orang itu mendecih, " Lo siapa sih?! Ikut campur aja, lo gak tau apa permasalahannya! Lo tau gak? Dia udah nabrak gua, dan bikin baju sama sepatu gua kotor karena ketumpahan kopi. Dan itu gara-gara si buta ini!"

" Udah tau buta jangan nyusahin orang dong lo! Mati aja lo! Biar gak nyusahin orang," sarkasnya.

Sakit. Itu yang dirasakan Bina,kata-kata kasar yang diterima terlalu kasar. Apa karena dia beda? Harus diperlakukan bahkan dicaci maki seperti itu? Tapi laki-laki di sampingnya ini justru masih memasang wajah datar.

" Lo tau gak sih, kalo kata-kata lo itu udah kasar banget. Lo—"

" Saya udah minta maaf juga tadi. Saya diem bukan karena saya gak bisa melawan mas nya, dan memang kenapa kalo saya buta? Setidaknya walaupun saya buta, saya gak kaya mas yang dikasih fisik sempurna tapi sikap dan sifatnya kaya sampah. Itu alasan kenapa saya diam sedari tadi, karena saya tidak mau menjadi sampah seperti mas nya."

" 𝘎𝘪𝘭𝘢! 𝘒𝘦𝘳𝘦𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨, " Bina diam-diam tersenyum. Laki-laki di depannya ini mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa lembar uang berwarna merah.
" Segini cukup? Buat beli sepatu sama baju yang kotor karena saya tadi," katanya.

Merasa seperti dipermalukan oleh lawannya, orang itu pergi dengan wajah kesal. Tanpa membawa uang yang diberikan laki-laki itu.
" Oh, itu orangnya udah pergi. Uangnya kamu masukin lagi aja," jelas Bina.

" Makasih." Laki-laki itu pergi meninggalkan Bina sendirian di sana. " Eh, tunggu!"
" Eumm..., anu, itu luka lo harus diobatin dulu. Ayo, ikut gua dulu. Kita ke apotek di deket sini." Bina menuntun laki-laki ini, namun laki-laki itu menolak. Jadi Bina memutuskan untuk memberitahu kemana aja arahnya.

Asa dan Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang