Tiga Belas; Berbeda

28 3 2
                                    


*budayakan vote sebelum membaca.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maaf membuatmu menjadi tidak nyaman, aku terpaksa. Karena aku ingin kamu hanya untukku

— Naufal


***

Terhitung sudah hampir empat hari Bina menjadi gadis yang pemurung. Dia memang bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, terlebih lagi setelah perdebatan dirinya dengan Naufal. Dan selama itu juga dia berusaha mencari tau dimana rumah sakit laki-laki itu dirawat dengan cara mencari tau nama saudaranya yang bersekolah di sini.

Namun sayang, Naufal memiliki cara tersendiri agar Bina tidak bisa melakukan niatnya itu. Memang sejak hari itu, Naufal berubah hampir 180°. Ia menjadi laki-laki arogan, dan pemaksa. Meskipun sifat jahil masih melekat dalam dirinya.

" Woi Bina! Ngelamun lagi kan lo," tegur Jehan.

Seperti biasa, Bina akan merespon itu dengan senyum palsu. " Gak usah senyum-senyum lo. Kenapa sih? Cerita sini sama gua, jangan dipendem. Gak baik tau," sambungya mengingatkan.

" Di bilang gua gapapa Jehan. Emang gua kenapa sih? Aneh lo mah," sahut Bina dengan tertawa pelan. Jehan memutar bola matanya jengah, " Mulut lo emang selalu bilang gitu. Tapi mata lo, mata lo itu gak bisa bohong na. Kenapa? Apa ada hubungannya sama si Naufal?"

Bina menghela nafas kasar, " Ya gitu deh." Jehan berusaha memahami perasaan sahabatnya ini. Meskipun ia juga tidak tau apa masalah antara keduanya, ia juga gak mau maksa Bina buat cerita.

" Yaudah, kalo lo udah mau cerita silahkan. Gua 24/7 buat lo," katanya diakhiri kekehan.

" Udah kaya satpam gua aja lo. 24/7 ada nuat gua hahaha...," ledek Bina. Jehan cemberut mendengar itu, masa iya di samain kaya satpam.

" 𝘐𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘨𝘶𝘢. " batinnya. Bina baru sadar kalo Naufal tidak ada di sekitarnya saat ini.

Jehan berdecak sebal, lalu menepuk bahu sahabatnya itu. " Tuh kan, lo ngelamun lagi. Kesambet baru tau rasa lo," katanya.

" Hehe... Gua keluar dulu ya. Kalo itu curut satu cariin, bilang aja lo gak tau. Atau gak liat gitu, apa aja deh terserah lo bilang apa. Tapi jangan bilang lo sempet ngobrol sama gua," pintanya. Setelah itu, Bina melambaikan tangannya seraya keluar dari kantin.

***

Saat ini koridor begitu ramai. Banyak murid-murid yang berlalu lalang dan berlomba-lomba untuk pergi ke kantin. Di lapangan juga terlihat beberapa murid laki-laki yang tengah bermain bola.

Namun saat Bina melewati segerombolan cewe, ia tidak sengaja mendengar mereka tengah membicarakan perihal masalah tempo hari itu.

" Gua masih gak percaya deh, kalo si Juna punya adik yang buta.

" Oh, jadi itu adiknya? Kok bisa sih? Secara Juna kan nyaris ssempurna gitu"

" Gua kalo jadi Juna sih, mau banget. Terus dia juga udah empat hari absen kan?"

" Ah, gimana sih lo. Ya pasti dia jagain adiknya yang buta itu lah, makanya absen. "

Mereka tertawa karena sahutan salah satu temannya. Bina sangat kesal mendengar itu, tapi itu bukan hal yang harus dipermasalahkan untuk saat ini. Ia memutuskannya untuk menghampiri mereka sembari melihat sekitar, takut kalo ada Naufal. Kesempatan emas ini jadi gagal kalo sampai ketauan dia. Karena Bina akan memcari informasi itu melalui mereka.

" Maaf, tadi gua gak sengaja kalian ngomongin cowo yang namanya Juna. Maksud kalian itu, kejadian yang empat hari lalu itu bukan?" tanyanya dengan hati-hati.

" Iya kejadian waktu itu. Kenapa emang?"

" Eum..., boleh tau gak kalo Juna itu anak kelas berapa? " ketiga gadis itu saling menatap satu sama lain. Lalu kembali memfokuskan tatapannya pada Bina, " Dia anak kelas 12 IPA 1. Nama lengkapnya Juna Yasahiro," jawab salah satu gadis itu.

Bina mengangguk paham, " Kalo gitu makasih ya infonya." Bina tersenyum ramah sebelum pergi meninggalkan ketiga orang itu. Sedangkan mereka menatap gadis itu heran dan memilih untuk acuh.

Setelah mendapat informasi yang ia dapatkan. Ia bergegas untuk pergi ke ruang guru, ia ingin mencari wali kelas dari IPA 1 guna menanyakan alamat Juna.

Namun saat ingin pergi ke sana, lagi-lagi gagal. Naufal yang tidak sengaja melihat Bina berbelok ke kanan, menghampiri gadis itu dan menarik tangannya.

" Bikin kaget aja lo! Ngapain sih narik-narik? Lo pikir gua kambing?" sewotnya.

" Kemana? tanyanya tanpa mempedulikan omelan gadis itu. Bina menatap sebal, " Kepo banget lo kaya dora aja nanya mulu. Lagian lo kenapa sih aneh banget. Waktu itu lo ngata-ngatain gua, sekarang udah kaya pengawal gua aja yang kalo kemanapun diikutin, ditanya mau kemana. Risih tau gak?" sahutnya, seolah ia mengeluarkan semua yang ia pendam beberapa hari ini.

" Gua kan udah minta maaf soal itu. Dan lo, sekarang dalam pengawasan gua. Gak terima penolakan dalam bentuk apa pun," jawab laki-laki menyebalkan itu.

Bina melotot tidak percaya. " Apa-apaan sih lo? Main ambil keputusan sendiri aja, gak ada ya, gak ada kaya gitu. Lo pikir gua anak kecil apa, segala diawasin kaya gitu. Lagi juga nih ya, gua bukan pacar lo kali," gerutunya sebal.

" Makanya cari pacar sana, biar gak gangguin gua mulu," sambungya lalu pergi meninggalkan Naufal di tengah koridor.

Sebelum Bina pergi menjauh, Naufal kembali bersuara. " Yaudah kalo mau lp gitu. Lo pacar gua mulai sekarang," ujarnya dengan santai.

Sontak membuat Bina menghentikan langkahnya, ia berbalik ke belakang menatap tidak percaya pada laki-laki yang berjarak dua meter darinya.

" Gila lo! Cari yang lain aja sana, dasar sinting." Bina melanjutkan langkahnya dengan berlari. Naufal merasa gemas melihat tingkah gadisnya itu. Ah, gadisnya ya? Seperti ada kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya. Ia tidak peduli lagi, pokoknya Bina akan menjadi miliknya seorang. Bagaimana pun caranya, bahkan jika harus memaksa gadis itu.

Cinta datang karena terbiasa bukan?

Cinta datang karena terbiasa bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••
©flblume

A/N :
Maaf kalo ada typo. Jangan lupa untuk tinggalkan feedback nya.


Asa dan Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang