Acara

259 23 6
                                    

Hari demi hari kini sudah dilewati gadis tersebut, sudah terhitung 7 hari kepergian sang Papa tercinta. Kini sekarang mereka sedang berada di sebuah panti asuhan untuk melakukan acara yasinan bersama anak yatim guna mengenang kepergian sang Papa.

Terlihat sekali Susan, Daffa dan Laras sedang khusyuk dalam memanjatkan doa. Begitu juga dengan ketiga sahabat Laras dan geng woktai.

Geng woktai memang sekarang sudah semakin dekat dengan  Laras, Amel, Arin dan Melisa. Bahkan di sekolah pun mereka sudah sering sekali berkumpul.

"Semoga amal ibadah bapak Bagas diterima di sisi Allah SWT, dilapangkan kuburnya. " Ucap Ustadz yang berada di situ.

"Amin" Ucap Mereka.

Setelah acara doa selesai, Laras, Susan dan Daffa sedikit memberikan rezeki pada anak yatim tersebut. dan sekaligus salam perpisahan pada mereka semua karena acara sudah sepenuhnya selesai.

"Kalian jangan pulang dulu ya, Kerumah tante dulu"

"Siap tante" Ucap mereka.

Mereka beriringan menuju rumah Laras, Mobil keluarga Laras di depan dan ke 4 geng woktai mengikuti dari belakang dengan  berpasang-pasangan. Cuma Sangara yang sendiri.

"Mel pegangan yang kuat dong"

"Ini udah pegangan Mat, buta lo ya"

"Bukan gitu, Nanti lo jatohkan jadi berabe, bisa-bisa acara malam ini jadi batal. "

"Biarin"

"Kebiasaan"

"Aa.... Apa? Ga kedengeran lo ngomong apa sih? " Ucap Amel dengan  suara yang sedikit lebih keras, sebab dia tidak mendengar omongan si Mamat. Karena bunyi suara motor yang bersahutan.

Mereka berdua yang selalu berdebat berbeda lagi dengan pasangan Carles dan Arin, sejak sedari tadi mereka hanya diam kalau pun bicara itu hanya seperlunya saja.

"Rin kalo gue bawa motornya ugal-ugalan, lo tegur gue ya. " Ucap Carles yang memecahkan keheningan yang tercipta dari mereka ciptakan.

"Apa kak? Ga kedengeran? " Ucap Arin yang sedikit memajukan posisinya.

"Itu kalo gue bawa motornya ugal-ugalan, nggak Papa lo tegur gue?" Ucap Carles dengan suara sedikit berteriak.

"Oh iya kak" Ucap Arin Canggung.

Mereka kembali diam sepertinya sedang menikmati ke gugupan masing-masing.

"Nggak nyangka gue bisa di bonceng oleh kak Carles" Batin Arin.

"Kenapa sih dengan gue? " Batin Carles.

Mereka tidak tahu saja bahwa sedari tadi ada yang mengintai mereka, dengan emosi orang tersebut membanting barang yang ada didalam mobil tersebut.

"Kurang ajar"

"Lo kenapa sih?"

"Gue jadi semakin benci sama Laras, gara-gara dia Sangara udah jarang ketemu gue. Bahkan untuk bales pesan pun udah ga mau di balesnya"

"Gue aja juga benci sama tu anak, Bisa-bisanya dia ngedekatin Deo"

"Untung Galang nggak ikut-ikutan deketin Laras" Ucap Sindi.

Deg

"Pulang"

"Kok pulang? Kan belum selesai jadi detektif"

"Iya Sa, kok pulang sih? "

"Gue masih ada urusan" Ucap Salsa yang merasa tidak enak, dia kepikiran atas ucapan Sindi. Ya, memang benar Sahabatnya itu memang sedari kelas X sudah mulai menyukai seseorang galang.
Tapi bagaimana jadinya jika Sindi tahu bahwa Galang adalah selingkuhannya.

LARAS[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang