Egois

300 21 5
                                    

Hari senin pagi nampaknya cuaca di jakarta sedang dirundung hujan, membuat gadis yang sedang menatap awan dari jendela kamarnya, dia nampak enggan untuk pergi ke sekolah.

"Segitu bencinya kamu, hingga hilang bak ditelan bumi" Lirih Laras sambil menatap keluar.

"Aku yang kecewa, kok kamu yang hilang" Laras yang mengusap air matanya.

Ya, terakhir dia melihat Sangara seminggu yang lalu bertepatan dengan insiden lelaki itu membentak laras didepan umum. Hingga sekarang dia sudah tidak pernah lagi melihat lelaki itu dan terhitung satu minggu sudah lelaki itu absen dari pelajaran, bahkan aktivitas lelaki itu seolah ditutup rapat oleh orang terdekatnya.

"Ah, kenapa sih kok mikirin dia lagi!" Ucap Laras dengan nada tidak suka.

Tok... Tok... Tok

"Sayang, mama boleh masuk?" Teriak Susan dari luar pintu kamar anaknya.

"Masuk aja ma!" Teriak Laras yang duduk di pinggir kasur.

Cklek.
Pintu kamar Laras terbuka menampakkan sang mama yang mulai mendekatinya.

"Anak mama, nggak jadi sekolah?" Tanya Susan yang duduk di samping Laras.

"Bentar lagi nunggu reda hujan ma" Balas Laras.

Lama Susan menatap Laras sedangkan yang di tatap sudah mulai gelisah takut dia ketahuan baru saja menangis.

"Kamu abis nangis?" Curiga Susan.

"Nggak kok" Ujar Laras dengan sebaik mungkin.

"Kirain, kenapa nggak absen aja hari ini?"

"Maunya gitu, tapi hari ini ada ulangan harian"

"Ya udah, minta antar Abang kamu aja." Usul Susan.

"Tapi___"

"Udah nggak usah banyak mikir, Nanti Mama yang bilang! kamu siap-siap sana. Mama ke kamar Bang Daffa dulu" Ucap Susan yang ingin keluar dari kamar Laras.

Saat ini Laras sudah berada di dalam mobil milik Daffa, keduanya sama-sama diam. Gadis itu lebih memilih menyaksikan hujan yang turun membasahi bumi di banding bercanda gurau bersama.

"Kamu sehat?" Tanya Daffa memecahkan keheningan didalam mobil, dia curiga dengan adiknya ini jangan-jangan lagi ada masalah atau ada hal yang lain?

Laras menoleh kearah Abangnya "Emang aku keliatan sakit gitu?"

"Nggak sih, kayak banyak diam aja. Ada masalah?"

"Nggak ada Bang" Ucap Laras dengan mencoba tidak panik.

Keheningan pun terjadi kembali, kali ini Daffa semakin yakin ada yang di sembunyikan gadis itu, tapi apa? Entahlah biar gadis itu sendiri yang akan bercerita.

"Laras pamit ya Bang!"

"Iya, sekolah yang rajin ya Tuyul" Ceplos Daffa saat sudah sampai di depan sekolah Harapan Bangsa.

Deg

"Abang!" Ucap Laras dengan nada tidak biasa, dan pergi begitu saja.

LARAS[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang