Sesuai janjinya hari ini setelah pulang sekolah gadis itu akan pergi ke suatu tempat, kali ini dia tidak banyak bicara seperti biasanya. Dia lebih memilih diam dari pada berceloteh riah dengan orang yang membawanya ini. Ya, dia dibonceng oleh Carles.
"Kak boleh nanya?" Ucap Laras pada Carles, mereka saat ini sudah berada di parkiran rumah sakit.
"Hmm"
Laras Ragu-ragu untuk bertanya, apakah ini waktu yang tepat atau tidak. Sebab dia sangat penasaran apa yang dilihat waktu jam pelajaran tadi. Dengan keberanian dia berucap.
"Kak Gara masih tunangannya kak Salsa?"
"Kenapa"
"Emm.. Nggak papa kak nanya doang" Ujar Laras sedikit bohong, biarlah biar dia saja yang akan mencari tahu sendirinya baru setelah itu dia akan membongkar kebenarannya.
"Srius" Tanya Carles sedikit curiga.
"Srius"
"Yang gue denger katanya emang Sangara berniat untuk menyudahi tunangan dengan Salsa tapi belum tau kapan" Jelas Carles.
"Udahkan?kalo udah ayo masuk"
"Eh, iya kak"
Perasaan Laras saat ini sedang tidak dikatakan baik, sepanjang perjalanan jantungnya berdetak dua kali lipat dari normalnya. Dia memikirkan bagaimana kondisi Sangara saat ini.
"Kak" Seru Laras pada Carles.
"Jangan takut, nggak akan terjadi apa-apa kok"
Kini mereka telah sampai didepan pintu ruang inap milik lelaki itu.
"Berhubung lo udah dateng, gue permisi bentar mau ke kantin" Ucap Bahar, dia sengaja memberi ruang gadis dibelakang Carles untuk berbicara luasa dengan lelaki didalam.
"Yang lain belum pada dateng bang?"
"Belum" Ucapnya yang segera pergi dari sana.
"Mau masuk atau diluar lihat dari kaca?" Tanya Carles pada gadis disebelahnya ini, dapat dilihat dari gerak-gerik tubuh gadis itu sedang tidak Baik-baik saja.
"Boleh masuk?"
"Hmm"
Clek
Setelah melakukan prosedur untuk steril dengan keberanian gadis itu masuk ruangan putih dengan berbagai alat-alat medis, tubuhnya kini bergetar melihat keadaan lelaki yang selama ini mengisi hari-harinya terbaring lemah tak berdaya."Assalamu'alaikum"
"Apa kabar kak, maaf baru bisa dateng butuh waktu untuk bisa mengembalikan rasa luka yang ditorehkan kakak menjadi maaf" Ujar Laras yang menangis dalam diam sambil memegang wajah Sangara.
"Kakak nggak usah khawatir aku udah maafin kakak kok, tapi rasa kecewa itu masih ada jadi ayo bangun bantu aku untuk hilangkan rasa kecewa itu" Jeda Laras sebentar" Nanti kalo kakak bangun Laras janji akan masakin kakak makanan yang enak, kan waktu itu kakak mau coba masakan aku"
Lama Laras terdiam menikmati wajah indah lelaki yang dihadapannya itu, pedih, sakit bahkan kecewa pada dirinya sendiri kenapa membiarkan lelaki itu berjuang sendiri dengan keadaan kritis begini.
"Bangun ya ganteng, nanti aku bakal kasih tau apa yang aku lihat dalam beberapa minggu terakhir saat kakak nggak ada disekolah" Ujar Laras.
"Laras pamit pulang dulu ya kak, besok Laras besuk kakak lagi. Cepet bangun" Ucapnya yang mencium kening milik lelaki itu.
Semua yang di sana seketika menatap pintu terbuka tersebut, mereka menatap gadis didepannya itu dengan perihatin dapat dilihat matanya masih terlihat bekas air mata serta sedikit membekak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARAS[Sudah Terbit]
Teen Fiction[BELUM REVISI] "Gimana kalau aku, nggak bisa tungguin kamu pulang kak!" Ucap Laras yang menangis. "Gue belum minta maaf ke dia!" Ujar Sangara dengan tubuh kian bergetar. Kisah dua orang remaja yang di satukan oleh takdir dan di pisahkan oleh keada...