Extra part
Satu tahun berlalu
Seseorang lelaki kini sedang berada di makam seseorang yang selama ini masih tersimpan rapi direlung hatinya, sosok gadis ceria, sosok gadis yang selalu mengumbar aura positif.
"Assalamu'alaikum"
Ucap lelaki itu yang langsung meletakan bunga mawar diatas kuburan sang kekasih, hampir setiap minggu lelaki itu tidak pernah absen berkunjung kerumah baru sang kekasih.
"Apa kabar? Enak ya di sana? Pasti lo lagi kumpul sama bokap lo, lagi cerita- cerita. Lo pasti udah ketemu Mama gue ya? Kalo udah, salamin ya!" Monolog Sangara dengan suara berat.
"Kadang suka putus asa dengan keadaan mau cepet-cepet nyusul kalian aja, biar bisa kumpul berempat bareng! Iya, berempat! Aku, Kamu, Nyokap gue, Bokap lo. Kita ngobrol bareng gitu!" Ujar Sangara seperti orang gila, karena berbicara sendiri. Ya, begitulah Sangara kalau pergi ke makam pasti sendiri agar dia lebih luluasa dalam menyampaikan keluh kesahnya.
"Capek, tau nggak capek hidup di dunia Ras!, sikap Papa makin menjadi-jadi. Kalo boleh milih lebih baik waktu ew
Lama dia terdiam sambil mengelus dan menatap batu nisan yang tertulis indah nama sang pemilik hati."Makasih atas waktu singkatnya, Ras!"
"Maaf ya, kemarin gue lancang masuk kamar lo dan lagi-lagi gue lancang baca buku diary lo, tapi gue terharu banget dengan isinya!" Ujar Sangara yang menampilkan senyum tipis.
Ya, kemarin memang lelaki itu bertamu kerumah Laras. Setelah hari ini di mana gadis yang sangat dia cintai meninggal, Sangara merasa sangat terpukul, bahkan hari-harinya hanya berada di dalam kamar milik sang gadis. Bisa dikatakan selama seminggu Sangara menginap di rumah Orang tua Laras, awalnya hanya bolak balik tapi Susan Mama Laras yang merasa kasian dengan Sangara membolehkan lelaki itu tidur di rumahnya. Dan bahkan setelah mendengar cerita bahwa kehidupan lelaki itu cukup menyedihkan, jiwa keibuan dalam diri Susan muncul dan sekarang bisa dikatakan Sangara adalah anak angkat dari Susan, bagaimana dengan Daffa? Ya, setelah melewati banyak rintangan untuk meminta pintu maaf dari Daffa akhirnya Daffa mampu memaafkan Sangara dan sudah menganggap Sangara adalah adiknya.
"Gue suka senyum sendiri kalo lagi baca buku diary lo, gue merasa di cintai banget! andai lo masih ada di sini Ras, bakal gue jaga lo terus. Tapi, Allah lebih sayang lo dia nggak mau lo makin sakit."
"Boleh cerita nggak? Gue sekarang udah kuliah, nggak kerasa ya udah setahun aja lo ninggalin gue!"
Ya, sudah satu tahun Sangara dan ke tiga sahabatnya masuk Perguruan tinggi. Lagi-lagi mereka mengambil jurusan yang sama.
Kalau di tanya? Kenapa memilih Fakultas atau jurusan yang sama? Pasti mereka akan kompak menjawab.
Biar sukses bareng!!!
Sahabat sejati bukan? Wkwk
"Dan jujur hati gue masih tertutup buat orang baru, entah kenapa menurut gue lo itu selalu ada di saat kemana pun gue pergi!" ucap Sangara yang langsung termenung menatap batu nisan itu.
Sangara kembali bersuara.
"Walaupun nantinya, gue menemukan tambatan hati yang baru, dia harus siap mendapatkan setengah hati yang ada di diri gue, Bukan karena tak cinta namun separuh hatiku telah lo bawa ke dalam abadian!"
"Udah ah, gue pamit pulang! Minggu depan gue kesini lagi, jangan pernah bosen untuk dengerin keluh kesah gue,"
"Oh iya, satu lagi! Kenapa lo udah nggak pernah datang lagi ke mimpi gue? Ayo dong ntar malem dateng ya, kangen nih gue!" Ucapnya sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARAS[Sudah Terbit]
Teen Fiction[BELUM REVISI] "Gimana kalau aku, nggak bisa tungguin kamu pulang kak!" Ucap Laras yang menangis. "Gue belum minta maaf ke dia!" Ujar Sangara dengan tubuh kian bergetar. Kisah dua orang remaja yang di satukan oleh takdir dan di pisahkan oleh keada...